Familier dengan Paradoks Omnipoten? Atau sering juga orang sebut sebagai paradoks batu?
Itu lho, pertanyaan filosofis yang nanyain: bisakah Tuhan menciptakan batu yang Dia sendiri tidak sanggup mengangkatnya?
Jawaban yang muncul menjadi dilema:
1. Jika Tuhan bisa, maka Dia tidak Maha Kuasa. Karena Tuhan pada akhirnya tak mampu mengangkat batu tersebut.
2. Jika Tuhan tidak bisa, maka Dia pun juga tidak Maha Kuasa. Karena tidak mampu menciptakan suatu hal.See?
Abaikan contoh itu.
Yang ini agak lain soalnya. 😕Oke, kali ini saya punya pikiran yang nyeleneh dan cukup mengganggu. (😂😂😂 semoga saja setelah ini saya enggak dimasukkan ke daftar pasien psikiatri, atau malah peserta pondok pesantren)
Nah, tapi teman, pertama², saya mohon dengan sangat, ketika membaca ini, simpanlah dulu baik² prinsip² yang sudah kalian pegang. Saya enggak mau terjadi ricuh di fragmen ini.
Dan ... pastikan bahwa jika kalian berniat membuka dan lanjut baca, itu berarti pikiran kalian sudah harus terbuka, rileks, dan siap melanglang buana bersama saya.
Tapi saya sarankan tetap hati-hati ya. Ini cukup radikal. Kalo enggak kuat iman, bisa2 jatuh ketiban tangga 😁😁😁 Enggak, saya enggak mau kaya gitu sih. Ini murni sebatas pemikiran absurd yang enggak tahu harus dibegimanain. Jadi kalau mau debat silakan dibawa santai saja, karena ini bukan acara saklek ala-ala pengajian yang membahas kitab yang sahih, ESQ, hipnoterapi, atau bahkan pencucian otak 😐Well, kita mulai.
Hmm, sebenarnya saya masih ragu, entah sudah ada atau belum yang mengusulkan hal seperti ini sebelumnya. Kalo kalian sudah pernah denger atau "berpikir kotor" seperti ini silakan dishare aja.
Jadi saya berpikir begini lho:
"Jika manusia ternyata dibiarkan bisa berevolusi teruuuus sampai mencapai tingkat intelijensi yang luar biasa tinggi dan pada akhirnya punya kesempatan untuk mengatur seluruh jagad raya, termasuk memengaruhi kerajaan DNA, bahasa dan budaya universal, sosio-humaniora, hukum kuantum, psiko-spiritual, dsb., untuk mencapai kondisi utopis dan kosmos, apakah itu bukan sebuah pertanda bahwa manusia semakin mendekati ranah kemampuan Tuhan? Sang Maha Segala-galanya.
Kita tahu manusia itu unik dari makhluk lain. Sudah diciptakan paling mendekati bentuk Sang Pencipta, kepintarannya pun juga gitu (ada yang berpendapat bahwa si makhluk pelontos bermata besar ala² film ekstraterestrial itu ada juga karena menjadi salah satu bentuk evolusi manusia). Tapi kita cuma bisa tebak-tebak berhadiah, mau dibawa ke mana morfologi bentuk manusia di masa depan. Ada juga yg bilang kalo evolusi manusia nantinya akan mendekati bentuk astral. Jadi ya, semacam ruh begitu.
Terus manusia itu ibarat titik pertemuan segala sifat makhluk, makanya itu mungkin disebut ciptaan yang sempurna. Manusia bisa beda-beda spektrum, mulai dari kaya malaikat (seperti saya, muwahaha 😊😊😊) sampek yang kaya iblis sekali pun. Mulai dari punya sifat anggunnya tumbuhan, sampek kaya (mohon maaf) binatang.
Lagi, tubuhnya terdiri dari bentangan kerajaan mikroba dari spesies A sampek balik lagi ke A yang menduduki trofik tertinggi di rantai makanan. Menyerap mulai dari unsur Hidrogen yang nomor atomnya 1 sampek unsur ke sekian-sekian x x x. Lengkap kap kap deh.Selain itu manusia juga punya sifat tidak mudah puas, selalu skeptis, serta paling dinamis dan adaptif alias pinter survive dibanding makhluk lain.
Bagaimana bila para manusia pada akhirnya menemukan "kunci kehidupan" dalam pencarian filosofisnya selama miliaran tahun. Seluruh (saya bicara sellluruuuhh) penelitian akhirnya bisa dimeta-analisiskan dalam konsorsium superkompleks dan canggih, sehingga bisa menyingkap takbir yang membelenggu dunia fana selama ini.
Dan suatu waktu setelah membuka tirai kebenaran itu, mengklaim diri "mereka" sebagai Tuhan (dalam tanda petik) karena sudah bisa menciptakan kehidupan dari tangannya sendiri. Mengetahui makna realitas yang bukan hanya abal-abal. Ingat kata-kata Mark Twain: truth is stranger than fiction.
Dan ketika berbicara soal "mereka", saya jadi membayangkan sebuah oknum yang menjelma ke dalam tubuh atau badan individu. Satu itu banyak, dan banyak itu satu. Pernah bertanya-tanya mengapa dalam kitab suci biasanya ada kata ganti Kami selain Aku? Hmmm, silakan dihubungkan sendiri 😉
Tidak berhenti sampai di situ, karena eksistensi Tuhan dalam tanda petik yang saya bicarakan di sini adalah berasal dari makhluk yang berevolusi, maka harus ada suatu mekanisme feedback untuk menciptakan kestabilan eksistensi entitas mereka di dalam ruang waktu. Mau tidak mau mereka harus menciptakan jembatan antara masa depan ke masa lalu. Sebuah semesta yang looping.
Artinya, Tuhan dalam tanda petik dan tanda tanya itu tadi harus menciptakan makhluk yang merupakan masa lalu mereka dan menjalani kehidupan sejak awal.
Maka kesimpulannya kita akan terjebak di dalam lingkaran setan dan cerita pengantar tidur saya selesai sampai di sini."
Naudzubillah sih. Ahaha.
Bagaimana? Aneh ya?
Kamu merasa seharusnya kamu tidak membaca ini?
Haha. Percayalah, saya juga berpikir bahwa seharusnya saya tidak memikirkan ini.Sleep tight :3
Hope we'd meet on Hx-2 as soon as possible :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragmen Dirgahayu
RandomPikiran adalah satu wadah dua arah Hanya jika ia terbuka Pikiran adalah sebilah candrasa Hanya jika ia terasah Pikiran adalah kebulatan tanpa ilusi Hanya jika ia termaknai . . . Diperbaharui setiap mood saya bereaksi