Dahulu hanya api kehilangan kobar
Nyaris lenyai, lindap ditelan gulita
Ada sepi yang menjerit sumbang
Membuat segala cerap melahir abaiRona itu lugu mendedar
Merasuk, mencetus tiba-tiba
Dirimu hanya perlu satu mantra
Dan jantung ini pun kembali menggiatHidup kita sering berputar dalam satu roda
Kauajak aku kembali mengabar prahara
Lalu kutarik kau berteduh di pusat topan
Berjalan lebih tenang dan pelan
Tak harus lekas, sebab hati masih enggan melepas
Biarlah waktu yang cepat menua
Cerita kita abadi sajaImpuls berdenyar dari dua gugus galaksi
Walau tak banyak, jejaknya selalu terang saat melukis rasi
Padahal semesta memang senang menguji
Persenyawaan pun berhenti, neurotransmisi mati
Serasa cuma kejang sesaat tiada arti
Sejak itu isi kepala jadi ikutan lucu
Berdoa di atas sisa-sisa yang entah apa bisa terburu
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragmen Dirgahayu
RandomPikiran adalah satu wadah dua arah Hanya jika ia terbuka Pikiran adalah sebilah candrasa Hanya jika ia terasah Pikiran adalah kebulatan tanpa ilusi Hanya jika ia termaknai . . . Diperbaharui setiap mood saya bereaksi