Ofensif

1.5K 156 34
                                    

Pernah nggak sih ketohok sama tulisan orang, padahal orang itu nggak niat sama sekali buat nohok kamu? Niat dia general, ingin ke khalayak umum. Dan kamu mau balas komen ke dia, tapi ya mikir-mikir dulu. Iya nggak sih ini tulisan buat aku? Jangan2 bukan? Kalo aku bales, ntar malah bikin masalah tambah runyam?

Atau nggak kamu pernah bikin tulisan, terus orang lain tiba-tiba komentar dengan nada yang tidak sedap karena kesinggung. Padahal kamu nggak maksud ke dia sama sekali. Pasti wajahmu akan langsung seperti ini:
ಠ_ಠ

Atau yang lebih ekstrem lagi--ini cerita temen saya ketika di facebook--antara si A dan si B sampek bikin banyaaak banget status di wall masing2, yang isinya ya semacam narasi yang saling menjatuhkan gitu, tapi tuh mereka nggak berani ngomong langsung dan selesaiin masalah mereka. Hadeh, mau dibilang pengecut kok ya kasar banget ya #eh-udah-kelanjur-bilang.

Nah, dengan sangat terpaksa saya menyimpulkan bahwa contoh-contoh di atas adalah kegiatan yang kurang dewasa.
(Nah loh, ini kalimat saya sudah masuk kategori ofensif nggak ya?)

Ada yang bilang kalo ada masalah jangan dipendem, jadi penyakit. Tapi masalahnya kalo dikeluarin, tapi bukan pada tempatnya juga malah jadi penyakit baru. Penyakit sosial namanya. Di tempatnya itu maksud saya ya ke orangnya langsung. Jadi mereka bisa langsung menyanggah, berargumen, atau justru menerima dan meminta maaf. Hanya dengan itu masalah bisa cepet selesai. Simple.

So, kita musti gimana?

Jalinlah hubungan interpersonal yang baik.

Maksudku, bisa kan ya kita langsung Private Message (kalo emang ga mau tatap muka, #bukan karena mukanya jelek loh ya) ke y.b.s.
Bilang baik-baik kekurangannya, "Gini loh, aku tuh sebenarnya kurang suka dengan... bla bla bla."
Tapi ingat ya, jangan menyalahkan orang, tapi salahkan perilaku dan hasil perbuatannya. Hal itu lebih tidak menyinggung perasaan orang tersebut. Blame free culture.

Maka dari itu, jangan pernah meremehkan kekuatan tulisan, ya. Kata-kata bisa saja tajam, tak ubahnya pedang. Dakwah ya dakwah, berbagi kebaikan ya berbagi kebaikan. Tapi hindari aktivitas propaganda.

Kalo kamu peduli (dalam hal ini ingin menunjukkan kekurangan dan menginginkan perbaikan) terhadap orang-orang di sekitarmu, sementara kamu masih bisa punya akses ngomong ke dia, tunjukkan sejelas-jelasnya, nggak perlu di samar-samarkan. Tentunya dengan aturan main yang baik, semuanya akan bisa hidup tenang.
:)

Fragmen DirgahayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang