Narasi dalam Diri

859 57 4
                                    

Tanyakan pada dirimu, apa yang tak kau punya.
Kan kucari dalam duniaku, karena hakikat kau ada
adalah untuk belajar dan mengajari. Begitu pun aku.

Masih kuat aroma hari kemarin. Seperti kopi yang melekat di sela-sela gusi. Yang kala diteguk berlebihan bikin dada berdesir, perut bergejolak, dan pikiran beterbangan. Tetapi esoknya ketagihan.

Tanyakan pada dirimu, apa yang kau mau.
Kan kupelajari semampuku. Karena sejujurnya aku sedang pura-pura mencari batas. Walau tawarannya benar-benar sudah jelas.

Ingatlah ketika hujan turun mengutuk, tak lekaslah aku turut merajuk. Ada hangat yang tersimpan, saat butirannya membasahi dua insan.

Ini bukan yang pertama, tetapi tetap saja. Satu per satu simpul yang kukendurkan ternyata terikat kembali. Kau sendiri bahkan tak bisa berkata-kata, kecuali biarlah begini. Karena sejauh apa pun kemungkinan bisa terjadi, apabila yang hak adalah dekat, siapa yang berdaya mengingkari?

Image source:
https://www.google.co.id/search?q=bergandenyan+tangan+siluet&client=ms-android-samsung&prmd=inmv&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjh_6uqjuTQAhWHv48KHYl3DIIQ_AUIBygB&biw=412&bih=652#imgrc=-A92N5S8qWey4M%3A

Fragmen DirgahayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang