Menjadi Pembantu

1.1K 120 31
                                    

Anda sekarang punya gelar apa?
Jenderal besar?
Perwira?
Profesor?
Doktor?
Magister?
Sarjana?
Mungkin di luar itu?
Atau justru semua gelar sudah Anda kantongi?

Coba simpan dulu julukan-julukan keren tersebut, karena sekarang saya akan bertanya.
Untuk apa Anda bersemangat sekali menempuh perjalanan panjang dalam hidup demi sampai pada gelar tertinggi yang Anda cita-citakan?

Terbersit uang?
Terbayang jabatan?
Terulas gengsi?

Tak apa, itu manusiawi kok, lebih tepatnya nafsu-wi (ಥ⌣ಥ)

Nafsu alias id itu memang akan selalu melekat pada kita sepanjang masih hidup. Karena mungkin di dimensi ketiga ini--salah satunya--dengan itu kita bisa sedikit menikmati hidup. Padahal hidup itu seluruhnya adalah ujian, baik susah maupun senang, dan siapa yang suka diuji coba acung jari! Nah makanya kita diberi nafsu supaya bisa menikmati ujian kita :')

Namun kehendak dari nafsu justru harus ditekan. Anda tahu, psikiatri saja bilang kalo id alias nafsu bawaan itu kuat pada bayi baru lahir dan akan menurun seiring menuju kedewasaan. Kelainan perkembangan ini disebut regresi. Jadi kalo seseorang masih mikirin nafsu terus sampai usia dewasa, bisa disimpulkan bahwa dia mungkin ABG tua (//・_・//)

Saya kembalikan ke topik.

Bahwasannya intisari dari kita bekerja adalah untuk melayani, dan bukan menerima gaji.

Pembeli adalah raja. Penjaga toko swasta, perusahaan jasa, bahkan pebisnis besar pun harus memperlakukan konsumen sespesial mungkin, karena konsumen telah menyerahkan harta terbesarnya, berupa kepercayaan.

Warga adalah sumber daya. Perdamaian negara adalah sarana hidup sentosa. Bapak presiden, menteri, kepala daerah, hakim, polisi, dan tentara pun harus bahu membahu mengatur Indonesia dan seisinya ini agar terhindar dari katastrofi kesenjangan sosial.

Siswa adalah penyambung rantai generasi. Guru adalah lentera. Gelap ilmu wajib hilang. Masa depan harus benderang. Murid nakal dan bebal, gurulah yang bertanggung jawab bila ia gagal.

Pasien adalah amanah. Spesialis, dokter umum, dokter gigi, dokter hewan, perawat, ahli gizi, bidan, farmasi, semuanya dianggap setara dengan dewa penyembuh. Jika tidak berhasil, tuntutan hukum akan melayang.

Lihat kan? Kita ini semuanya adalah pelayan. Pembantu. Dari tukang becak sampai presiden, tidak ada bedanya. Semuanya didikte agar memenuhi kewajiban masing-masing. Beban. Ini moral, itu hukum. Siapa yang merasa hidupnya bebas? Atau mungkin lebih tinggi dari yang lain?

Jadi sekarang pertanyaannya adalah:

Untuk apa Anda bersemangat sekali menempuh perjalanan panjang dalam hidup, demi sampai pada gelar tertinggi yang Anda cita-citakan ... jika ternyata hanya akan menjadi seorang pembantu?

Pikirkan dulu jawabannya.
Anda juga bisa berkomentar di inline.
:)











Baik, sebagai penutup, saya akan bilang, bahwasannya tidak ada salahnya menjadi seorang pembantu dan dikendalikan oleh sesuatu yang lebih agung di atas kita. Karena yakin saja bahwa tujuan dari ini semua adalah sesuatu yang baik. Akan menjadi sangat baik jika Anda bisa memikirkan sisi yang lebih baik.

Esensi hidup adalah berbagi, bukan berkelahi berebutan porsi dan posisi.
Maka hanya dengan membantu, kita juga akan dibantu. Oleh karenanya, jangan ragu untuk menjadi pembantu. Setinggi apa pun Anda, juga akan berakhir di level yang sama.
:)

Fragmen DirgahayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang