Part 7

56.7K 3.5K 45
                                    

Clarisse mematut bayangannya di cermin untuk yang kesekian kalinya. Malam ini dia mengenakan dress hitam selutut sederhana dengan potongan gaun cukup terbuka di bagian punggung, memperlihatkan kulit putih dan bahunya yang indah. Rambut dark brown-nya di sanggul rapi di atas kepala dan di semat dengan jepitan cantik berwarna silver. Sementara wajahnya di pulas natural tanpa riasan berlebihan.

Sejenak Clarisse mendesah sambil terus mengamati pantulan wajahnya di cermin, melihat raut wajahnya sendiri yang tidak bersemangat sama sekali untuk acara makan malam sesaat lagi.

"Sayang, kau sudah selesai?"

Suara teredam Eliza, Ibunya, menginterupsi pikirannya seketika. "Sudah, Bu."

Eliza membuka pintu dan memasuki kamar putrinya perlahan. "Kenapa wajahmu seperti itu?" tanyanya kemudian.

Clarisse menarik nafas dalam. "Aku tidak apa-apa, Bu."  datar.

Eliza mendekati putrinya lalu memutar tubuh Clarisse ke arahnya. "Apa kau tidak mau di jodohkan dengan pemuda pilihan Ayahmu?"

"Bukan itu. Aku hanya gugup karena sebentar lagi aku akan bertemu dengan pemuda itu."

Eliza menatap putrinya dengan seksama. "Kau tidak kelihatan gugup sedikit pun. Kau malah kelihatan bosan dan jenuh, sayang."

Clarisse tersenyum kaku. "Benarkah?"

"Katakan yang sebenarnya pada Ibu. Apa kau menolak perjodohan ini?"

Clarisse terdiam sejenak. Dia mempertimbangkan jawaban apa yang akan dia berikan untuk Ibunya saat ini. Dia memang tidak ingin di jodohkan dengan laki-laki pilihan Ayahnya. Namun dia juga tidak akan sanggup melukai hati kedua orang tuanya jika dia menolak perjodohan itu. "Tidak. Aku akan menerima perjodohan ini."

"Apa kau yakin? Jika kau tidak mau juga tidak apa-apa, sayang. Ayahmu tidak akan memaksakan keinginannya itu padamu."

"Tidak, Ibu. Aku akan mencoba berkenalan dengan pemuda itu."

Eliza tersenyum seraya mengenggam lembut tangan Clarisse. "baiklah, jika kau setuju. Ibu akan menunggumu di ruang makan nanti." Eliza melepas tautan tangannya dan hendak keluar. "Ah, Ibu lupa satu hal. Apa Ayahmu sudah memberitahumu siapa pemuda yang ingin di jodohkan denganmu itu?"

Clarisse menggeleng. "Memangnya dia siapa?" tanyanya penasaran.

Eliza menaikkan alisnya. "Apa kau benar-benar belum tahu siapa pemuda itu?"

"Aku memang belum tahu, Bu."

Eliza nampak berpikir sesaat. "Pemuda itu bernama Tristan Wellington. Pewaris utama Wellington Inc."

Tubuh Clarisse sontak membeku. Tristan? Apa aku tidak salah dengar? "Siapa?" tanyanya memastikan.

"Tristan Wellington." sahut Eliza lagi. Dia memperhatikan keterkejutan Putrinya saat mendengar nama itu. "Apa kau mengenalnya?"

Pikiran Clarisse mendadak kosong. Ingatan masa lalu pun turut berputar-putar di benaknya seketika. Dia ingat kalau dia pernah mengalami nasib memprihatinkan ketika dia masih kecil dulu dan nama itu, seolah tak asing lagi di telinganya. "Tidak. Aku tidak mengenalnya."

Eliza mengamati rona memucat yang terukir di wajah Clarisse. "Jika kau tidak mengenalnya, lalu kenapa kau terkejut seperti itu?"

Clarisse mencoba menghalau bayangan mengerikan di dalam ingatannya itu dan berkali-kali menggumamkan kalimat menenangkan di dalam hatinya. Nama Tristan tidak hanya satu di dunia ini. Pasti itu Tristan yang lain. Ya ya... Pasti... tidak mungkin Tristan yang dulu aku kenal masih hidup setelah apa yang orang tuanya alami. "Tidak apa, Ibu. Sebaiknya aku merapikan penampilanku lebih dulu." Clarisse mencoba menghindari tatapan Ibunya yang menyelidik.

The Target ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang