For my lovely readers, terima kasih sudah menunggu cerita ini dengan sabar. thanks juga ya untuk pengertian dan doa kalian buat aku. (Semua upaya kalian ngebuat aku semangat dan ga sabar pengen lanjutin cerita ini) sekali lagi danke, syukron, kamsahamnida, merci dan arigatou gozaimasu ya... ^_^
Khusus untuk part ini, aku akan kasih peringatan dulu.
Warning 18+
Yang di bawah umur, mohon tidak mengintip apalagi membacanya. Dan untuk yang memenuhi umur dsb (?) jangan salahin aku kalo kalian iri dan pengen jadi Clarisse ya^_~ *mupengmodeon* hihihihi....
Untuk playlist, aku masih setia dengerin BSB - drowning. Menurut aku, lagu itu benar-benar cocok menggambarkan kebersamaan tristan & Clarisse.
Enjoy...
***
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Pertanyaan Alisson tampak membuat Nicholas terkejut. Sedetik kemudian lelaki itu menyunggingkan seulas senyum lembut, menyamarkan raut kekecewaan dari wajahnya akibat pembicaraannya dengan sang Ayah dua jam lalu. Entah mengapa dirinya malah tiba di apartemen Alisson alih-alih menjemput Clarisse yang sekarang tak tahu berada di mana. Tampaknya Paul harus mencari keberadaan putrinya sendiri karena mulai saat ini Nicholas tak mau memperdulikan kebersamaan Clarisse dengan Tristan lagi.
"Maaf mengganggumu malam-malam begini, Alisson. Bolehkah aku masuk?" ucapnya sambil mengamati penampilan wanita itu yang terlihat baru bangun tidur. Tubuh langsingnya di balut piyama putih sedangkan rambut pirangnya terikat asal-asalan di atas kepala. Namun entah bagaimana aura kecantikan justru terpancar dari wajahnya yang polos tanpa make up tersebut.
Mata amber Alisson sejenak menyipit tajam. "Apa yang membuatmu yakin kalau aku akan membuka pintu ini untukmu, Nick? Ini sudah larut malam. Dan kenapa kau bisa berada di sini?"
Nicholas mendesah pelan. "Aku akan menjelaskannya di dalam, Alisson. Please, untuk malam ini saja. Biarkan aku menginap di sini."
"Apa? Kau mau menginap di sini?" tanya Alisson tak percaya. 'Tidak. Lebih baik kau pulang saja, Nick. Aku tidak mau Ayahmu marah lagi seperti dulu." ia hendak mendorong pintu ketika Nicholas mencegahnya.
"Tunggu! Izinkan aku untuk kali ini saja, Alisson." Nicholas membuka pintu kembali lalu masuk ke dalam dan menguncinya, mengabaikan tatapan Alisson yang kini memandanginya dengan horor. Ia kemudian melirik wanita itu dan terkekeh pelan. "Jangan memandangiku seolah-olah aku ini seorang penjahat, Alisson." gumamnya santai.
"Kau itu memang penjahat, Nick." timpal Alisson tak suka. "Selalu menggunakan kekuasaan dan pemaksaan untuk mendapatkan apapun yang kau mau." walaupun Alisson sudah mengakui perasaan sukanya kembali, itu bukan berarti sikap sinisnya berubah. Wanita itu malah seperti hewan buas pemarah jika ketenangannya di ganggu oleh Nicholas.
Tubuh Nicholas menegang. lelaki itu tampak terperangah dengan kalimat Alisson barusan. Meski begitu, ia tak mengambil pusing hal tersebut. Entah mengapa melihat tingkah dan sifat Alisson yang sekarang justru membuatnya ingin berlaku jahil kepada wanita itu. "Bukankah kau menyukai hal itu, Alisson? Kau tentu tidak lupa malam-malam kebersamaan kita lima tahun yang lalu bukan?" sahutnya dengan mata berbinar.
Rona merah sontak memenuhi wajah Alisson. "Jangan mengungkit hal itu lagi, Nick!"
"Bagaimana bisa aku melupakan hal itu? Coba jelaskan padaku, bagian mana yang tidak kau sukai dari kekuasaan yang dulu aku lakukan terhadapmu, huh?"
Wajah Alisson kian memerah seperti tomat matang. Wanita itu mencoba menghindari pembicaraan mereka dengan melangkah masuk ke arah dapur dengan Nicholas mengekori di belakang. Lelaki itu tampak tidak memperdulikan nilai-nilai kesopanan lagi jika menyangkut wanita yang di cintainya. "Kenapa kau mengikutiku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Target Man
Storie d'amore17+ (Cerita sudah diterbitkan secara self publish. Tersedia juga di google playbook) Tristan, pria pendiam yang memiliki masa lalu kelam di hadapkan pada permasalahan sulit ketika di pertemukan dengan Clarisse Peterson, wanita cantik yang tanpa disa...