Berita penculikan Clarisse tersebar dengan cepat dan akhirnya sampai ke telinga Paul. Lelaki paruh baya itu begitu marah sekaligus panik usai Stevan memberitahunya perihal hal tersebut dari rekan kerja Nicholas yang saat ini sedang berada di pelabuhan London, Adam Hilberg. Menurut lelaki berdarah Finlandia itu, kemungkinan besar Nicholas akan turut hadir di sana sesaat lagi.
"Apa kau yakin dengan kabar itu, Stevan?" tanya Paul melalui ponselnya yang terhubung dengan asisten kepercayaannya itu. Semua gejolak emosinya terukir jelas di wajahnya.
"Saya yakin, Tuan. Mr. Adam juga akan memberitahu kabar selanjutnya kepada kita, terutama jika Tuan Nicholas sudah berada di sana."
"Lalu bagaimana dengan Clarisse? Apa kau tahu di mana Clarisse di sekap?" Paul menekan emosinya yang bergejolak hebat, berusaha berpikir jernih di tengah ingatannya tentang peristiwa di masa lalu yang hampir merenggut nyawa Clarisse.
"Saya belum tahu, Tuan. Beberapa penegak hukum di sana juga berupaya mencari tahu keberadaan Nona muda dan Tuan Tristan yang sampai detik ini belum di ketahui."
Mendengar nama Tristan di sebut, mendadak api kemarahan berkobar di dalam hati Paul. Semua ketakutan dan kecemasannya terbukti saat akhirnya putrinya bersama Tristan.
Mereka berdua memang seharusnya di pisahkan...
Terlalu banyak rintangan yang menghadang, terutama latar belakang Tristan yang kelam. Hubungan darah yang tercipta di antara laki-laki itu dan pemimpin mafia pun membuat semuanya semakin berat. Ia tidak bisa merestui hubungan mereka bagaimana pun caranya.
Sambil menahan semua kekhawatirannya, Paul pun berkata. "Lakukan semampumu, Stevan. Segera kirim beberapa detektif untuk melacak keberadaan Clarisse. Aku ingin putriku di temukan sebelum Eliza mengetahui hal ini. Dia pasti akan cemas dan tidak akan berhenti hingga Clarisse di temukan." jelasnya sambil memikirkan sang istri yang sekarang entah berada di mana.
"Baik, Tuan. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan Nona Muda."
"Satu lagi, Stevan. Jika kau berhasil menghubungi Nick atau rekan kerjanya itu, katakan padanya kalau aku sudah mempercayainya." Paul tampak termenung sejenak. "Aku akan menerima kehadiran Alisson dan tentu saja, bocah bernama Christopher itu."
***
Tempat itu sepi, tidak ada seorang pun yang terlihat di sana. Berbagai kapal-kapal besar yang tertambat di dermaga pun seolah-olah hanyalah hiasan semata untuk menutupi suasana hening yang menggelayuti sekelilingnya, membuat tingkat kewaspadaan Tristan meninggi.
Terhitung sudah dua jam keberadaan Clarisse belum di ketahui, dan sejak itulah Tristan segera menuju tempat pemberitahuan Daniel. Lelaki itu rupanya menepati janjinya dan ingin mempertemukannya langsung dengan Clarisse. Namun tak pernah ia duga, tempat sunyi mencekam yang sekarang ia pijak ternyata begitu sepi meski sang surya masih setia bersinar terang. Langit berwarna cerah, yang menunjukkan kalau hari sudah memasuki siang itu seakan melengkapi kondisi tempat yang awalnya ia kira pasti ramai.
Mencengkeram senjata andalannya erat-erat, springfield Armory loaded 1911, Tristan melangkah perlahan memasuki area satu persatu gudang yang di temukannya, memeriksanya dengan waspada dan penuh ketelitian. Ia beralih mengamati kapal-kapal yang tertambat liar di dermaga saat dirinya tidak bisa menemukan siapapun di dalam sana.
Tristan kemudian menajamkan pendengaran sekaligus penglihatannya, mencoba menemukan jejak-jejak keberadaan orang lain. Namun hingga beberapa menit kesunyian dan deburan air yang samar-samar terdengar di kejauhan, dia pun mulai meningkatkan kesiagaannya, berharap seseorang akan menyambutnya dengan senjata atau mungkin dengan bom waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Target Man
Romantizm17+ (Cerita sudah diterbitkan secara self publish. Tersedia juga di google playbook) Tristan, pria pendiam yang memiliki masa lalu kelam di hadapkan pada permasalahan sulit ketika di pertemukan dengan Clarisse Peterson, wanita cantik yang tanpa disa...