Part 23

38.4K 2.7K 88
                                        

Part ini panjang, guys. And jangan iri sama Clarisse ya:-)

***

Brayden menatap heran sekaligus jengkel ke arah dua orang laki-laki yang saat ini tergeletak tak berdaya di kasur ranjangnya sejak satu jam yang lalu. "Hei, kalian bodoh. Cepatlah bangun. Apa kalian berniat menghabiskan malam di apartemenku?"

Hening. Kedua laki-laki itu nampak bergelung nyaman dan nyenyak tanpa sekalipun bergerak dari posisinya masing-masing.

"Alan, Chad!" Brayden mulai menaikkan suaranya. Entah mengapa kedua laki-laki itu datang ke apartemennya tanpa sebab. Mereka bahkan langsung mencari kamar begitu ia membuka pintu dan langsung tertidur hingga sekarang.

Merasa tak mendapat respon apapun, Brayden pun mencoba menahan kesabarannya dan berjalan mendekati Chad yang berbaring tenang di sisi kiri ranjang. "Jangan menguras kesabaranku, Chad. Cepatlah bangun! Kau datang dengan penampilan kotor seperti ini dan malah tertidur begitu saja di ranjangku!" dia menepuk keras lutut Chad yang di balas erangan panjang laki-laki itu.

"Ahhh...!!!" mata Chad nampak masih mengantuk ketika ia meringis dan berkata. "Kau tepat sekali memukul bagian tubuhku yang paling sakit, Bray."

"Sakit?" mata Brayden menatap bingung lutut Chad yang tertutupi celana denim kusam berwarna hitam. "Apa yang sudah terjadi padamu sebenarnya?"

"Nanti saja. Aku membutuhkan istirahat setelah seluruh tubuhku terasa remuk sekali." Chad kembali memejamkan matanya saat gerutuan Brayden terdengar lagi.

"Aku tidak mengharapkan pakaian kotormu itu menodai sprei ranjangku, Chad. Bangunlah!"

Chad mengerang kembali. "Astaga... Biarkan aku beristirahat setengah jam lagi, Bray. Apa kau tidak kasihan padaku?"

Brayden mendesis. "Kasihan? Memangnya kenapa aku harus mengasihanimu?"

"Aku akan memberimu penjelasan tapi nanti." sahut Chad. "Saat ini yang ku butuhkan hanyalah tidur." ia menarik selimut dan mulai mencari posisi nyaman untuk tertidur lagi.

"Ya Tuhan... Enak sekali mereka memonopoli ranjang besarku." sembur Brayden kesal. Pandangannya lalu beralih ke arah Alan dan ia pun segera menghentikan niatnya untuk membangunkan laki-laki itu. Sudah bukan rahasia lagi kalau Alan adalah sosok makhluk hidup yang susah sekali di bangunkan. Dahinya kemudian mengernyit saat matanya menangkap penampilan keduanya yang terlihat berantakan. Pakaian yang Chad kenakan bahkan sobek di beberapa bagian. Tak hanya itu saja, tubuh mereka pun nampak mengalami luka-luka yang hampir tak terlihat jika saja tak ada perban yang melindunginya. Apa yang sebenarnya sudah terjadi pada mereka?

Jika sudah seperti ini, sepertinya ia harus mengurungkan niatnya untuk mengundang Ashley ke apartemennya seperti kemarin malam. Ia tak mau wanita seksi itu melihat kekacauan Alan dan Chad walaupun kedua laki-laki itu tertidur layaknya orang mati.

Brayden mendesah lalu beranjak ke ruang depan setelah suara bel menyapa pendengarannya beberapa kali. Ia pun membuka pintu dan tertegun saat mengamati sosok yang berdiri di hadapannya sekarang. "Mr. Anthony?"

Anthony tersenyum tipis, menyamarkan gurat-gurat tanda kelelahan di wajah tuanya. "Brayden, apa aku mengganggumu?"

Brayden menggeleng. "Tidak. Ada keperluan apa anda datang kemari?"

"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu. Bolehkah aku masuk?"

"Tentu saja." Brayden membuka pintunya lebar-lebar. "Silahkan masuk."

Anthony mendudukkan dirinya di sofa berwarna putih.

Brayden menutup pintu di belakangnya dengan pelan. "Anda ingin minum apa?"

The Target ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang