Langit sore hari berubah gelap, kabut tipis pun mulai menebal di kawasan pedesaan kota Liverpool yang penuh dengan pohon-pohon lebat di setiap sisi jalan. Suasana sunyi mencekam yang sudah beberapa hari melanda kota tersebut seakan hilang tak berbekas saat suara raungan mobil terdengar sangat kencang, begitu pun dengan letusan pistol yang tak pernah berhenti dan memekakkan telinga. Entah sudah berapa lama mereka saling berburu dengan harapan peluru yang mereka luncurkan mampu menaklukkan lawan masing-masing.
Keadaan itu tetap tak berubah bahkan ketika salah satu mobil pengejar, Bentley, kehilangan kendali akibat rentetan peluru yang mengenai kaca dan kedua ban depannya hingga terbalik mengenaskan. Mobil itu terpental jauh hingga beberapa meter sebelum menabrak pohon besar di tepi jalan dan terbakar. Apinya yang membumbung tinggi pun menciptakan gumpalan asap tebal yang dapat membahayakan pengguna jalan raya lainnya.
"Cepatlah, Al. Mereka semakin mendekati kita!"
Alan mendesis tak suka mendengar nada penuh perintah milik Chad itu. "Jangan samakan mobil dengan motor, Chad. Ini tidak semudah yang kau lihat!" ia menginjak pedal gas, mempercepat laju mobil range rovers miliknya hingga menembus batas maksimal.
Tristan -yang duduk di kursi depan tepat di samping Alan- terus menembaki mobil di belakangnya dengan serius, berniat melarikan diri dari kejaran mobil berjumlah empat itu usai mereka terlibat baku hantam di pekarangan rumah yang nyaris mengenai Alan. Lelaki itu benar-benar payah dalam segi pertarungan dan senjata. Beruntung ia dengan sigap menembak lelaki tak di kenal itu tepat di lehernya, membuatnya jatuh tak berdaya di atas tanah yang lembab dan kotor seketika. Lelaki tua yang ia cemaskan, Anthony, justru bertarung gagah berani dengan pistol teracung di sebelah tangannya. "Chad, bisakah kau menghubungi rekanku?"
Chad mengisi peluru, begitupun dengan lelaki tua yang duduk di belakang mobil tersebut. "Rekanmu yang bernama Eric itu?"
"Ya." Tristan melempar cepat ponselnya ke arah belakang yang segera di tangkap oleh Chad. "Bilang padanya untuk mengubah arah jalan dan jangan sampai melalui pusat kota Liverpool." dengan napas memburu, ia menembaki mobil BMW di belakangnya dengan brutal, menghancurkan kaca dan body depan mobil tersebut hingga mengalami kerusakan parah. Mengernyit tak nyaman, ia pun memaksakan lengan kirinya turut andil dalam pertarungan tersebut. Di raihnya pistol semi otomatis yang sebelumnya di gunakan oleh Alan secepat kilat.
Sementara itu, Chad berbicara keras dengan Eric di antara terjangan peluru di sekelilingnya. "Eric! Aku Chad, teman Tristan. Dia memberitahuku kalau kau harus mencari jalan lain dan jangan... Apa??" Chad berusaha menangkap setiap kata yang di lontarkan Eric. "Halo... Halo? Eric, kau masih di sana?!" sambungan telepon itu terputus begitu saja.
"Tidak ada gunanya berbicara di telepon dalam kondisi seperti ini!" ucap Anthony keras sambil mengokang senjata dan bersiap-siap meluncurkan pelurunya lagi pada mobil Mazda berwarna hitam. Suasana semakin berisik dan mencekam ketika muntahan peluru tak pernah habis terdengar. Bahkan telinga Alan pun sudah tak sanggup lagi menampung bunyi ledakan keras itu.
"Ya Tuhan.... Apa peluru terkutuk itu tak pernah habis?!" maki lelaki itu dengan napas menderu kesal. Sejenak ia tak fokus dan hampir saja menabrak mobil lain yang melintasi sisi kiri jalan tersebut dari arah berlawanan.
"Hati-hati, Al! Kau bisa membunuh nyawa kita berempat secara langsung!" pekik Chad.
"Berisik, Chad! Teriakanmu semakin membuatku kesal setengah mati, kau tahu?!" balas Alan tak kalah keras.
"Jangan berdebat!" sela Anthony dengan peluh keringat yang mulai membasahi dahi dan pelipisnya. "Fokuskan diri kalian pada musuh!" usianya yang sudah tua membuat tenaganya tak sama seperti dulu. Ia mulai merasa lelah dan letih. Ia lalu melirik Chad yang begitu semangat menembaki musuh walaupun napasnya terengah-engah. Tatapannya kemudian beralih kepada Tristan, cucunya yang begitu kuat dan tangguh meski lengan kirinya masih di balut perban. Lelaki itu tak terlihat letih sedikitpun bahkan sejak ia mengemban tugas berat sebagai seorang CEO sekaligus Agen MI6. Entah mengapa timbul rasa bangga di dalam dirinya karena sudah mengasuh Tristan dan membantu kehidupan ketiga teman cucunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Target Man
Romance17+ (Cerita sudah diterbitkan secara self publish. Tersedia juga di google playbook) Tristan, pria pendiam yang memiliki masa lalu kelam di hadapkan pada permasalahan sulit ketika di pertemukan dengan Clarisse Peterson, wanita cantik yang tanpa disa...