Part 16

38.1K 2.5K 52
                                        

"Bray, ini gawat. Ada masalah darurat yang membutuhkan kita sekarang juga."

Nada suara panik yang terdengar dari ponselnya mengganggu tidur Brayden yang nyenyak. "Hmmm? Ada apa?" sahutnya parau.

"Apa kau masih tidur?"

"Hhmmm..."

"Bray? Apa kau mendengarku?"

"Hmmm.." gumam Brayden malas. Matanya masih terkatup rapat dan dia tak bisa menebak siapa yang meneleponnya di pagi hari itu.

"Shit... Bray, bangunlah. Ada masalah mendesak yang harus kau ketahui saat ini juga."

Mata Brayden perlahan terbuka saat merasakan gerakan halus di sampingnya. Bibirnya pun membentuk sebuah senyuman lebar ketika pandangannya menemukan rambut cokelat berkilau milik seseorang tergerai bebas di atas dadanya yang telanjang. Rambut ikal itu membingkai wajah cantik rupawan yang kini memeluknya posesif dan penuh kelembutan.

"Ya Tuhan, Bray. Wake up!?"

"Shit! Aku sudah bangun, bodoh!" rutuk Brayden ketika telinganya berdenging mendengar teriakan yang dia yakini milik Chad itu. Suaranya yang keras nampak mengganggu tidur wanita itu yang kini sibuk menggeliat dan mengerjapkan matanya yang berwarna hijau cerah. "Apa aku membangunkanmu, Ashley?" bisik Brayden sensual. Keberadaan wanita seksi yang berprofesi sebagai model itu mampu mengalihkan pikirannya dari ocehan Chad yang tiada henti.

Wanita itu tersenyum menggoda lalu bangkit, menunjukkan tubuh telanjangnya yang menggiurkan tanpa bersusah payah menutupinya dengan selimut putih yang kini melorot hingga ke pinggulnya. "Tidak, sayang." secara perlahan, Ashley mendekatkan wajahnya ke wajah Brayden sambil mengusap bahu kokoh dan dada bidang laki-laki itu.

Batin Brayden bersorak senang saat sedetik kemudian bibir Ashley yang lembut melumat bibirnya penuh nafsu. Wanita itu menindihnya dan melingkarkan lengannya di sekeliling leher Brayden, menuntut ciuman dalam yang mungkin akan berlanjut hingga kegiatan panas seperti tadi malam jika saja suara Chad yang keras tidak menginterupsinya.

"Bray, please. hentikan nafsumu yang tidak terbatas itu!? Alan membutuhkan kita untuk menghadapi kemarahan Tristan di rumah Anthony sekarang juga!!!"

Brayden menghentikan kegiatannya sejenak lalu mendesis kesal ketika kegiatan favoritnya terganggu. Dengan perlahan, dia bangkit ke posisi duduk dan membiarkan Ashley bergelayut manja di lengannya yang kekar. "Memangnya apa hubungannya denganku?!"

"Ya Tuhan, Bray. Apa kau tidak mendengar penjelasanku barusan?! Kenapa otakmu menjadi idiot jika sudah berhubungan dengan Ashley? Apa wanita itu sudah memberimu seks hebat hingga kau jadi tuli seperti ini?!"

"Hentikan ucapanmu yang tidak sopan itu, Chad." sanggah Brayden sambil melirik Ashley yang nampak tidak terpengaruh dengan ucapan sahabatnya tersebut. Wanita itu malah tersenyum geli sambil sesekali mengecup bibirnya.

"Ok, aku akan menghentikannya jika akal sehatmu sudah kembali."

"Jangan bermain-main denganku di saat seperti ini, Chad. Kau sudah menganggu aktifitas panasku dengan sengaja lalu memberiku kabar tak penting seperti itu, huh?!"

"Tak penting?! Kau mengira masalah kali ini sepele hanya karena aktifitas ranjangmu terganggu, huh? Apa kau tidak penasaran dengan apa yang sudah terjadi saat ini?"

Brayden mengusap wajahnya kasar. Sementara Ashley mencoba menenangkan laki-laki itu dengan mengusap dadanya sambil sesekali membisikkan kata-kata 'calm down atau easy' di telinga Brayden. Bermaksud membalas kebaikan wanita itu, Brayden pun mengusap lembut punggung telanjang Ashley yang sudah menjadi partner seks tetapnya selama kurun waktu dua minggu itu. "Memangnya apa yang kali ini Tristan lakukan? Apa dia sudah meniduri Clarisse dan ketahuan Nicholas?" ucapnya dengan nada meremehkan.

The Target ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang