Part 36

42.2K 2.1K 90
                                    

Seorang laki-laki bertubuh tinggi dan berbadan kekar memasuki area rahasia setelah sebelumnya berhasil mengelabui rekan-rekannya di MI6. Lelaki berambut cepak itu patut berbangga diri usai flashdisk yang ia cari-cari sedari dulu akhirnya jatuh ke tangannya dengan mudah. Keberhasilannya menjalankan tugas selama satu tahun ini tampaknya akan segera mencapai puncak ketika ia bisa melihat kejatuhan salah seorang sniper kebanggaan MI6 dan pewaris sah Wellington Inc, Tristan Wellington.

Sambil mengumbar seringaian lebar, lelaki itu membuka penutup kepala yang di gunakannya dengan sekali sentakan lalu mempercepat langkah kakinya menuju area tersebut. Tempat di mana kemungkinan besar bos mereka akan menghabisi keponakannya sendiri tanpa banyak waktu.

Jika di lihat sekilas, tempat itu tidaklah asing. Terletak di sebelah barat daya kota Dover, area itu tentu menjadi lahan yang cocok untuk menyelundupkan muatan-muatan berbahaya tanpa pemeriksaan ketat. Kamuflase pun bisa mereka jalankan sesuai rencana karena tak lama lagi pihak kepolisian pusat dan MI6 akan fokus menjaga area bandara dan pelabuhan London yang sudah di penuhi puluhan kartel pembawa ecstasy, heroin, schopolamine dan berbagai macam jenis narkoba lainnya. Mereka tentu tak mengira jika permainan ini sepenuhnya akan di kendalikan oleh laki-laki buronan yang selama ini mereka cari.

"Kau telat tiga puluh menit, Daniel." teguran tajam terdengar saat laki-laki itu memasuki tempat rahasia mereka. Cahaya redup yang berpendar di sekelilingnya membuat lelaki itu tak bisa menebak seperti apa raut wajah bosnya tersebut. Tapi jika di dengar dari suaranya, bosnya itu sedang tak punya waktu untuk bercakap-cakap ringan.

"Maaf, boss. Aku harus membersihkan apa yang ku lakukan dulu di M16." ucapnya datar. Ia mengambil tempat duduk yang jauh dari lelaki berbahaya di hadapannya itu lalu mengendus aroma yang sudah ia hapal. "Apa anda membawa schopolamine?" tanyanya seraya mengedarkan pandangannya ke segala arah kemudian mengernyitkan dahi. MI6 pasti tidak mengira jika salah seorang agennya ternyata seorang mata-mata. Dan tampaknya dialah dalang dari semua tragedi yang menimpa MI6 dan Tristan belakangan ini. Khusus untuk peristiwa pengeboman di terowongan Merseyside, ia tak terlihat di manapun karena sedang bertugas di bawah pengawasan lelaki mafia tersebut.

"Ya. Aku tidak akan bisa lepas dari benda terkutuk itu. Tubuhku sudah di takdirkan untuk selalu menikmatinya, Daniel." lelaki itu lalu mencondongkan tubuhnya kedepan. "Apa yang harus kau bersihkan kali ini? Apa kau berhasil mendapatkan flashdisk-nya?" matanya berkilat mengerikan di bawah naungan alis tebalnya.

"Tentu saja. Sayangnya keberuntungan laki-laki itu tidak pernah habis. Kasus cybercrime yang aku limpahkan padanya juga tak bisa menarik simpati MI6 agar memecat dan mengurungnya kembali di balik jeruji besi." timpal Daniel sambil mendengus sebal. Sudah satu tahun ia menyusup ke dalam MI6 setelah laki-laki itu memerintahkannya untuk mencari keponakannya yang entah berada di mana. Awalnya ia hampir putus asa, namun kekecewaannya langsung sirna tak berbekas ketika ia bertemu dengan rekannya sendiri yang nyaris berwajah mirip sekali dengan bosnya tersebut.

"Tidak apa-apa. Yang harus kau lakukan sekarang adalah mengaburkan identitasmu dan segeralah lakukan apa yang ku inginkan." titah lelaki itu tajam. "Sudah setahun kita merencanakan hal ini dan tentunya, kau pasti tahu konsekuensi apa yang akan kau terima jika kau gagal menjalankan tugasmu kan?"

"Ya." jawab Daniel kemudian. Benaknya memikirkan keluarga besarnya dengan cemas. "Apa kita harus menjebaknya?"

"Tidak perlu." laki-laki itu tersenyum lebar seakan apa yang ia katakan selanjutnya hanyalah lelucon. "Dia punya kekasih ya?"

"Anda tahu dari mana?"

Hawa dingin mengambang di udara, membuat siapapun bergidik takut saat lelaki itu mengeluarkan seringaian khasnya yang tampak begitu mengerikan. "Telingaku tidak tuli, Daniel. Aku bisa mendapatkan informasi sekecil apapun bahkan lebih cepat darimu. Dan sepertinya rencana kita akan berjalan mulus jika putri Paul Peterson itu terlibat." lelaki itu menuangkan beer-nya di gelas mungil kristal yang ada di hadapannya. "Aku tidak mengira dia akhirnya jatuh cinta dengan seorang wanita. Ku pikir dia akan terlihat sama sepertiku. Melajang seumur hidup." tambahnya sambil terkekeh senang sekaligus menakutkan. Sudah bukan rahasia lagi kalau masa lalu Tristan terkuak di hadapannya. Suatu kebenaran yang tidak pernah ia sangka di alami oleh keponakannya tersebut.

The Target ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang