Part 44

39.3K 2.5K 362
                                        

Part ini aku dedikasikan untuk semua reader setia TTM yang sudah meluangkan waktunya untuk baca, komen dan vote... Thank you so much ya^_^ tanpa kalian, TTM mungkin ga ada apa2nya... *kecupsatu-satu*

Dan biar kita akrab, cukup panggil aku mba, kaka, tancik juga boleh (tante cantik) hahaha... jangan panggil thor, ngerasa anak lama watty yang karyanya udah bagus. Padahal aku baru setahun bergabung di sini loh. Ini juga pengalaman pertama aku nulis di medsos. Masih perlu belajar lagi dan lagi mengenai EYD, diksi, kosa kata dan segala tetek bengeknya.

Maaf untuk part kemarin ya? Kita sama-sama sedih. Kalian baper? Aku lebih baper lagi (karena aku wajib ikut merasakan apa yang si tokoh rasakan) Kalau di antara kalian ada yang ngerasa kok aku kasih masalah demi masalah berat ke Tristan cs mulu sih? Untuk hal ini mohon di mengerti ya, aku bikin cerita itu ga hanya untuk di baca aja, tapi juga untuk di maknai apa yang terkandung di dalamnya. Itu berlaku untuk dua cerita aku, ES dan TTM. Dan mudah2an berlanjut sampe ke cerita berikutnya.

Jujur, Aku ga suka bikin cerita yang happy2 aja tanpa ada sesuatu yang harus di perjuangkan oleh para tokohnya. Entah itu tentang cinta, persahabatan, kekeluargaan, pengorbanan dsb. Hidup tuh ga semudah itu. Perlu usaha keras untuk meraih kebahagiaan bahkan ada yang harus jatuh bangun berulang kali.

Bukankah di awal cerita juga udah aku jelasin kalau cerita ini akan berat? Kira-kira definisi apa yang menggambarkan cerita berat? Apa bahasanya kah, konfliknya kah atau yang lainnya?

Kepanjangan ya? Ok, Sekali lagi mohon maaf kalau apa yang aku utarakan di cerita ini ngebuat kalian ga suka. Tapi inilah imajinasiku, pola pikirku. Aku udah uzur (26 thn tua kah?) jadi harap maklum kalau daya pikirku juga jadul dan ketinggalan zaman... Hehehe...

Mudah2an kalian mengerti apa yang pengin aku sampaikan ya.. Love you, guys ^_~

***

Langit tampak cerah nan hangat dengan secercah mentari pagi mengintip di sela-sela awan. Angin pun berhembus lembut, terasa sejuk hingga menyebarkan aroma segar rerumputan terawat di sekelilingnya, melingkupi suasana sunyi dan sepi yang selalu tercipta di sana.

Sehelai dedaunan gugur, terbang terbawa angin dan jatuh di atas gundukan tanah berumput. Dengan di temani sejumlah bunga krisan di sisinya, daun itu seakan turut serta menjadi saksi bisu bentuk duka yang mendalam atas meninggalnya sosok pria yang di cintai oleh banyak orang.

Cherished Memories of a
Beloved Son and Brother

NICHOLAS JOSEPH PETERSON

Born 31st July 1980
Died 20st January 2013

Tak jauh dari sana, seorang wanita terus memandangi batu nisan tersebut, membaca kata demi kata yang tertera dengan mata mengabur lalu entah untuk yang keberapa kalinya, bulir-bulir airmata kembali membasahi wajahnya yang cantik.

Nick, I miss you... Apa kau juga merindukanku?

Ungkapan hati wanita itu tak berbeda jauh dengan wanita di sebelahnya. Sama-sama memanjatkan doa dan harapan untuk pria yang mereka sayangi. Dengan mengenakan gaun panjang berwarna hitam dan sebuah selendang untuk menutupi rambut mereka, keduanya tetap berdiri tegak, mencoba berbesar hati meski seluruh jiwa raga mereka terasa kosong seolah-olah rasa kehilangan itu tak akan pernah pergi.

Sudah enam bulan berlalu sejak peristiwa itu terjadi, tak ada satu orang pun yang mampu melupakan detik-detik Nicholas menghembuskan napas terakhirnya. Tim dokter pun sudah melakukan berbagai usaha untuk menolong nyawa laki-laki itu. Namun rupanya Tuhan berkehendak lain.

The Target ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang