Part 26

37.1K 2.4K 48
                                    

Makasih ya untuk reader yang setia nunggu update-an terbaru TTM. Part ini aku dedikasikan untuk semua reader yang bener-bener sayang sama Tristan dan Clarisse. Tanpa kalian, tentu tokoh Tristan ga akan mungkin di sukai dan punya fans. *yang berasa fans fanatiknya tunjuk tangan ya (termasuk aku)*

Jujur loh, ini pertama kalinya aku bikin tokoh pendiam yang super duper susah di bandingin tokoh Raphael atau Alex di ES. Kalo di antara kalian ada yang belum baca ES, aku saranin baca itu dulu ya *hehehe... Promosi dulu* bagi kalian yang udah baca, pasti kalian bisa ngeliat persamaan dan perbedaan tokoh Tristan dengan Raphael dong.

Dan ga lupa, aku ucapin thank you so much buat kalian yang udah ngasih semangat, saran, kritik sekaligus voment. Untuk part selanjutnya, aku minta kalian sabar ya.... Aku pasti nyelesaiin TTM hingga end. Itu janji aku. Aku ga akan pernah gantungin cerita. Jadi, jangan khawatir meski update-nya lambat, ok?

***

"Kenapa kalian malah diam saja? Bukankah kalian ingin melanjutkan cumbuan panas itu?"

Tristan bergeming. Begitupun dengan Clarisse yang hanya bisa memaku wajah Nicholas dengan mata membulat lebar. Spontan Clarisse pun melepaskan kaitan lengannya di leher Tristan namun tetap tak beranjak dari sisi laki-laki itu.

"Tidak ku sangka...." Nicholas memberi senyuman remeh kepada Clarisse. "Adikku yang polos dan tak berpengalaman bisa berciuman penuh gairah dengan laki-laki kaku dan pendiam seperti ini. Apa kalian ingin memberikan tontonan gratis untukku dan Robert?"

Keduanya tetap diam saja hingga Nicholas pun mendengus tak sabar. "Apa kalian tuli dan tidak bisa mendengarku?"

Rupanya Clarisse yang pertama kali sadar dari keterkejutannya. "Nick, ku mohon... Jangan--"

"Jangan apa, Clare? Kau ingin membela Tristan lagi?"

Clarisse berusaha bersikap biasa saja di depan Nicholas. "Tidak. Aku ingin kau tahu kalau aku mencintai Tristan dan Jangan berburuk sangka terhadapnya, Nick. Ku mohon...."

Tak terasa, tangan besar Tristan meraih pergelangan tangan Clarisse dengan lembut. "Jangan membelaku, Clare. Biarkan aku berbicara berdua saja dengan kakakmu sekarang." bisiknya pelan.

"Tidak." sahut Clarisse sambil menggeleng keras. "Kau tidak boleh berbicara dengannya. Dia pasti tidak akan pernah memahami apapun yang ingin kau katakan itu."

"Tenanglah.... Tak kan terjadi apa-apa di antara kita."

"Tidak." ucap Clarisse lagi. Kali ini ia menahan lengan Tristan yang ingin menjauhinya. "Ku mohon, jangan seperti ini. Aku tidak ingin di paksa berpisah denganmu lagi....  Cukup sekali mereka memaksa keinginan mereka padaku. Please...."

"Jika kau tidak memperbolehkanku berbicara dengan Tristan, sebaiknya kau saja yang ikut bersamaku, Clare. Kita pulang sekarang juga." perintah Nicholas bagaikan ketukan palu pengadilan untuk Clarisse. Ia menatap tajam Tristan yang nampak ingin mengatakan sesuatu. "Ada yang ingin kau katakan padaku, Tristan?"

"Ya. Bisakah kita berbicara berdua saja?" sahut Tristan sebelum Clarisse kembali menyela.

"Tidak! Jangan berbicara dengannya, Tristan!" Clarisse mulai memikirkan segala hal buruk yang mungkin akan terjadi jika mereka berdua berbicara secara pribadi.

"Hei, tenanglah...." Tristan merengkuh kedua bahu Clarisse dan mengamati bola mata wanita itu yang cemas dan panik. "Jangan berpikir yang tidak-tidak. Tak kan terjadi hal yang buruk di antara kita. Kau percaya padaku kan?"

"Tapi aku tetap tak bisa membiarkanmu berbicara dengannya."

"Sssttt...." bisik Tristan menenangkan. "Tidak apa-apa, Clare. Tak ada yang perlu kau khawatirkan. Jika aku tidak berbicara dengan kakakmu, masalah tidak akan pernah selesai."

The Target ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang