Part 10

50.4K 3K 44
                                    

"Kau dari mana saja, Tristan?

Suara Anthony mengagetkan Tristan yang baru saja masuk ke dalam mansion. Tristan mengurai ikatan dasi hitamnya lalu melirik Anthony yang sedang mengamatinya lekat-lekat. "Aku dari kantor Chad."

Anthony menaikkan alisnya. "Kantor Chad? Ada keperluan apa kau ke sana?"

Sejenak Tristan sedikit ragu untuk memberitahu Anthony. "Tidak ada apa-apa."

Anthony beranjak mendekati Tristan. "Jika tidak ada apa-apa, lalu kenapa kau terburu-buru pulang dari kediaman Mr. Peterson tiga jam yang lalu?"

Tristan terdiam.

"Apa yang sebenarnya kau pikirkan sekarang? Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?" tanya Anthony penasaran.

Tristan menghela nafas. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya perlu mengurus sesuatu secepat mungkin."

"Hal apa yang perlu kau urus dengan meninggalkan calon tunanganmu seperti itu? Apa kau tidak memikirkan perasaan Clarisse?"

Tubuh Tristan mendadak di serang rasa hangat ketika mendengar nama Clarisse di sebut. "Aku belum memikirkan pertunangan atau pun yang lainnya." bisiknya ragu. Entah mengapa wajah Clarisse selalu terbayang dalam ingatan Tristan ketika dia memutuskan untuk menjauhi wanita itu. Melupakan lengkungan manis yang selalu terbit di pipi wanita itu saat tersenyum cerah, menciptakan sesuatu dalam dirinya yang justru membuatnya gusar dan gelisah.

Anthony melipat tangan. "Benarkah? Kau bermaksud menolak pertunangan itu?"

Tristan terdiam sejenak. "Ya." jawabnya singkat.

"Kenapa?"

Lidah Tristan mendadak kelu. Dia tidak menemukan satu pun alasan logis untuk menjawab pertanyaan Anthony itu.

"Kau tidak menyukai wanita itu?"

Tristan semakin menenggelamkan dirinya dalam kebisuan. Sementara Anthony merutuki sikap diam Tristan yang menurutnya luar biasa menyebalkan itu. "Jadi, apa jawabanmu?" tanya Anthony tak sabar.

Tristan berdehem. "Ya. Aku tidak menyukainya."

"Kau yakin dengan jawabanmu itu?"

"Tentu." jawab Tristan cepat.

Anthony menarik nafas dalam-dalam. "Kenapa kau tidak mencoba mengenalnya terlebih dahulu? Mungkin saja kau jadi menyukainya, kan? Lagipula mau sampai kapan kau terus menyendiri seperti ini?" gumam Anthony sinis.

Tristan melepas kancing teratas kemeja putihnya yang entah mengapa membuatnya sesak nafas. "I don't know. Aku hanya tidak ingin menjalin hubungan dengan wanita sampai kapan pun." tukasnya sambil beranjak pergi dan kemudian membeku saat merasakan sentuhan Anthony di pergelangan tangannya. Secepat kilat Tristan menepis tangan itu dan mengamati Anthony dengan tajam. "Don't touch me."

Anthony terkejut dengan respon Tristan yang kasar itu. "Ada apa?"

Tristan menghembuskan nafasnya sejenak. Mencoba menghilangkan bayangan mimpi buruk yang pernah dia alami saat masih kecil dulu. Tanpa berkata apa-apa lagi, Tristan segera beranjak pergi ke kamar pribadinya meninggalkan Anthony yang masih terdiam di tempatnya.

Sementara Anthony memandangi punggung Tristan dengan nanar. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Kenapa dia tak pernah mau bersentuhan dengan tanganku sedikit pun?

Dengan gerakan cepat, dia menyusul Tristan yang sudah melangkah jauh di depannya. Langkah kakinya pun terdengar menggema di lorong-lorong gelap yang sepi karena hari yang sudah larut itu. Dan ketika dia sudah sampai di depan kamar Tristan, hilang sudah keinginannya untuk mengetuk pintu. Tangannya berhenti dan dengan gerakan perlahan, dia memutar kenop pintu dan membukanya.

The Target ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang