Part 32

37.5K 2.3K 96
                                    

Dear readers, Maaf ya untuk post yang lama ini. Sebagai gantinya, aku bikin part ini panjang:-) semoga kalian suka ya...

***

Suara ketukan sepatu terdengar menggema di ruangan yang sudah di penuhi para pria berpakaian hitam-hitam. Suara itu kian menghentak kencang ketika sebuah kursi tersedia tak jauh dari langkahnya, tepat di bagian ujung ruangan yang kental dengan budaya eropa. Kursi yang juga di lapisi kain beludru mewah berwarna biru laut itu berjumlah sepuluh dan mengelilingi sebuah meja panjang transparan yang hampir semuanya terbuat dari kaca berkualitas tinggi.

Ketukan sepatu tersebut lalu berhenti sejenak, sementara kilatan tajam yang terpancar dari bola mata lelaki itu tampak memindai seluruh pasukan dan anak buahnya yang terlihat begitu patuh, berdiri dengan sikap hormat yang tidak di tutupi. Mereka berjumlah banyak dan berasal dari Spanyol. Tapi tak sedikit dari mereka yang berasal dari negara Amerika Latin, khususnya Kolombia yang selama ini selalu menjalin kerjasama dengannya dalam hal bisnis kotor yang sudah digelutinya selama empat puluh tahun silam tersebut.

Menghempaskan tubuh tingginya di kursi kebesarannya, lelaki itu kemudian membuka mulutnya dan berbicara dengan suara rendah berbahaya. "Ada yang bisa menjelaskan padaku kenapa misi kali ini tak berhasil?"

Sesaat suasana langsung berubah, terasa sunyi dan menyesakkan. Beberapa anak buah lelaki itu bahkan menundukkan kepala, takut mendengar nada suara yang tak lama lagi pasti bergetar penuh amarah. Bekerja selama berpuluh-puluh tahun di bawah komando yang sama membuat mereka bisa memahami seberapa menakutkannya pimpinan yang bergelar el mata hermano itu jika amarah sudah menguasainya.

"Kenapa kalian diam saja?" lelaki itu mengedarkan pandangannya dengan rahang mengeras. Matanya kemudian tertuju pada Jack, asisten kepercayaannya yang berdiri kaku di barisan paling depan. "Jack, katakan padaku... Kenapa ini bisa terjadi?"

Jack melangkah menghampiri pimpinan itu lalu berujar dengan nada sedikit ragu dan takut. "Mereka menjebak pasukan Andreas dan meledakkan mobil-mobil itu di dekat terowongan merseyside, boss."

Postur tubuh lelaki itu langsung berubah kaku. Ia kemudian mendesis geram. "Lalu?"

Jack berdehem sejenak. "Mereka semua... Mati." ucapnya lemah.

Sinar mengerikan semakin terpancar begitu saja melalui manik mata pimpinan itu. "Semuanya? Tak ada yang tersisa satu pun?"

Menghela napas dalam, Jack mengangguk kaku. "Markas kita di wilayah Bradford juga hancur tak berbekas." lanjutnya setengah takut.

Dengan mata menyipit tajam, pimpinan itu bangkit berdiri. Tampak jelas amarah mulai menguasainya, membakar perasaan dan semakin mengobarkan keinginannya untuk menghabisi MI6. Lalu dengan gerakan halus, ia mengeluarkan pistol semi otomatis miliknya yang berwarna emas. Pistol khusus berkaliber tinggi yang mampu mengoyak hingga ke lapisan dalam daging korbannya, Magnum Mod f92. "Siapa yang membuat ledakan itu?" tanyanya berbahaya.

"Dari hasil pengamatan, mobil pasukan kita meledak karena granat dan kemungkinan besar Tristan lah yang menyebabkan ledakan itu."

Genggaman tangan pimpinan itu mengerat, menekan kuat-kuat pistolnya. Sementara sudut bibirnya menipis penuh dendam. Keponakannya. Sudah dari awal ia yakin kalau anak Fernando itu akan menjadi ancamannya jika tidak di bunuh terlebih dahulu.

Seharusnya ia membunuh laki-laki itu sebelum di lahirkan ke dunia. Karena kehadirannya, hidupnya menjadi penuh dengan ironi dan drama. Karena kehadirannya pula, Fernando menjadi laki-laki lemah yang terbuai dengan cinta dan memilih hengkang dari organisasi gelap ini.

Semua bermula ketika ia dan Fernando sama-sama memimpin tampuk kekuasaan the black pearl dari Ayahanda mereka, Eduardo Sanchez. Saat itu organisasi mereka begitu solid dan menjadi organisasi satu-satunya di semenanjung Iberia yang mampu bersaing dengan para Mafia dari Rusia atau Italia. Sayangnya, kepergian Fernando mengubah semuanya.

The Target ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang