Part 18

38.1K 2.5K 39
                                        

Siap-siap menerima kejutan perasaan Tristan di part ini ya:-)

***

Apa Clarisse masih tak mau turun juga?" tanya Paul Peterson begitu Nicholas bergabung ke ruang makan.

Nicholas mendesah. "Ya. Dia tetap tak ingin makan."

"Kenapa anak itu keras kepala sekali? Apa dia selalu melewatkan jam makan malamnya seperti ini?" tanyanya pada istrinya. Kesibukannya di parlemen membuatnya tak bisa memantau kondisi Clarisse hingga dia selalu mengandalkan Nicholas dan Eliza untuk memperhatikan putrinya itu.

Eliza menggeleng. "Tidak." elaknya. Mendadak rasa cemas meliputi hatinya seketika. "Nick, apa kau tidak bisa membujuknya lagi?"

"Dia tak akan mau mendengarku lagi, Mom."

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" bisik Eliza. "Ini tidak bisa di biarkan begitu saja, nanti Clarisse bisa sakit."

Paul menandaskan makan malamnya dengan cepat. "Sepertinya aku yang harus turun tangan kali ini. Dia tak bisa di biarkan terus-menerus seperti ini hanya karena laki-laki itu. Masih banyak pria lain yang lebih baik segalanya dari Tristan." gumamnya tajam.

Eliza spontan menahan tangan suaminya yang hendak berdiri. "Jangan. Aku tahu pasti kalau kau ikut campur, kesedihan Clarisse pasti akan bertambah."

"Tapi aku harus mengingatkan hal ini untuk kesekian kalinya, sayang. Dia perlu melupakan Tristan dan semua rasa cintanya itu. Beruntung aku masih berbaik hati tidak membocorkan status buruknya dengan mafia Spanyol itu pada M16. Begitu pun dengan Anthony yang menyembunyikan kasus pembunuhan itu di balik nama besar DIS. Jika aku tahu hal ini dari awal, aku pasti tidak akan mau menjodohkan putri kita dengan anak mafia itu. Terlebih masa lalu mereka ternyata saling berkaitan." gumam Paul kesal. "Apa menurutmu inilah penyebab Clarisse tak pernah mau terbuka pada kita?"

"Aku tak tahu." sahut Eliza sedih.

Paul mengalihkan perhatiannya pada Nicholas saat sebuah pertanyaan terlintas di benaknya. "Nick, benarkah Tristan mantan pencuri yang pernah mendekam di penjara kapal?"

Nicholas mengangguk dengan mulut yang masih penuh makanan.

Paul terdiam sejenak, mendadak teringat sikap Tristan yang begitu pendiam. "Kenapa dia bisa bekerja di M16?"

"Ku rasa itu karena Anthony. Tapi aku tak tahu pasti kenapa M16 menerimanya sebagai salah satu anggota mereka."

"Lalu di penjara mana dia pernah menjalani hukuman itu?"

Nicholas meraih air putih lalu meneguknya hingga tandas. "Menurut keterangan di berkas rahasia laki-laki itu, dia pernah mendekam di penjara kapal eternity Prison tahun 1997. Ketika itu dia masih berusia 13 tahun. Dan dia tak sendirian, ketiga teman-temannya pun ikut menjalani hukuman di sana."

Paul mengusap dagunya, tertegun sejenak. "Eternity prison? Jadi, dia pernah mendekam di sana selama tiga tahun? Penjara yang sudah di tutup oleh Perdana Menteri David Cameron lima tahun lalu karena kurangnya fasilitas dan tempatnya yang mengerikan." dia kemudian melirik Nicholas yang sedang mengamatinya dengan intens. "Bukankah penjara itu tak mengenal batasan usia?"

Nicholas terdiam sejenak lalu menghela nafas panjang. "Tidak juga. Para tahanan seharusnya di kelompokkan sesuai orientasi seksual, jenis kejahatan, warna kulit dan sebagainya. Namun ada saatnya mereka di tempatkan bersama-sama dalam ruangan besar mirip aula jika melakukan sesuatu yang sangat fatal."

Dahi Paul mengernyit dalam. "Sesuatu? Apa itu?"

Nicholas tampak menimbang-nimbang jawaban apa yang akan dia berikan pada Ayahnya itu lalu mengambil french fries yang berada di hadapannya dan berkata. "Itu bisa di sebut juga sebagai kesalahan yang di sengaja." Sebagai orang yang bekerja di kepolisian, dia tentu bisa menebak apa yang sudah di lalui Tristan dan teman-temannya dalam sel tahanan tersebut.

The Target ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang