Chad mengamati Tristan dengan mata menyipit, berusaha mencerna semua ucapan laki-laki itu selama beberapa detik. "Apa hanya pelabuhan London saja yang diserang muatan berbahaya?" ia merendahkan suaranya ketika sejumlah perawat melintasi koridor sepi tempat mereka berbicara.
Tristan menggeleng. Suaranya terdengar sangat serius. "Tidak. Bandara heathrow juga mengalami hal yang sama. Apa kau tahu siapa kira-kira yang bermaksud membuat kekacauan ini?"
Chad bergeming. Pikirannya mendadak tumpul dan dia sama sekali tidak bisa menebak siapa dalang perbuatan tercela itu. "Aku tidak tahu. Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Apa kau akan pergi ke sana setelah mengantar Clarisse pulang?"
"Ya." Tristan mengabaikan getaran ponsel yang terasa di saku jaket kulit hitamnya. "Untuk sementara waktu, bisakah kau menjaga kakekku lagi? Setidaknya sampai aku kembali dari tugas itu."
"Tentu. Tapi aku tak yakin aku akan selalu menjaganya, Tristan. Bukankah kau bilang scotland yard turut ambil bagian dalam hal ini? Jika memang begitu, mereka pasti akan memanggilku sebentar lagi."
"Abaikan dulu panggilan itu, Chad."
"Abaikan?" alis Chad menyatu bingung. "Maksudmu aku harus menolaknya, begitu? Kau gila jika aku bisa menolak pekerjaan wajib yang harus ku jalani, Tristan."
"Bukan begitu." Tristan menghela napas dalam. Getaran ponsel kembali terasa di sakunya dan ia menganggap kalau panggilan itu mungkin dari Wilson, rekan kerja yang tak henti-hentinya mencoba menghubunginya perihal masalah yang harus mereka hadapi saat ini. "Aku tak bisa melimpahkan penjagaan Anthony kepada para pengawal itu saja, Chad. Begitu pun dengan Alan, dia masih sakit dan sudah tentu tak bisa di andalkan. Kau tahu maksud ku kan?" entah mengapa hatinya mendadak cemas jika ia memikirkan Anthony. Lelaki tua yang berstatus kakeknya itu baru saja siuman hingga ia pun tak tega meninggalkannya seorang diri.
"Aku mengerti." Pikiran Chad kemudian berputar pada Brayden. "Bagaimana dengan Brayden? Dia bisa di andalkan jika kau meminta bantuannya."
Tristan tercenung sejenak. Entah sejak kapan hubungan persahabatannya terasa hambar dengan lelaki itu. "Dia tak kan mau meninggalkan bisnisnya, Chad. Dan mungkin, dia juga tak kan mau mengantarku pulang jika kau dan Alan tidak mendesaknya tadi malam."
"Jangan berburuk sangka terhadapnya, Tristan." gumam Chad menengahi. "Dia seperti itu karena merasa kau tidak membutuhkannya lagi. Coba kau pikirkan, jika bukan dia lalu siapa lagi yang bisa menjaga Anthony? Kau tidak lupa kan bahwa dulu dia juga selalu menjagamu?"
Mendesah lagi, Tristan akhirnya menyetujui saran Chad. "Baiklah. Tapi apa yang harus aku katakan kepadanya?" pikirnya sembari mengusap helaian rambutnya dengan gusar.
Melihat tingkah Tristan, Chad terkekeh pelan. "Jangan bingung seperti itu, Tristan. Katakan saja padanya kalau kau membutuhkannya. Apa ada yang sulit dari permintaan itu?"
"Tidak. Hanya saja aku sudah tak terbiasa meminta apapun darinya."
"Justru karena itulah kau harus memulainya terlebih dahulu." bujuk Chad. "Sifat Brayden dan dirimu tak berbeda jauh, Tristan. Jika bukan kau yang memulainya, mungkin hubunganmu dengannya tak kan pernah berubah." ia masih mengingat dengan jelas pertengkaran kedua laki-laki itu sewaktu berada di klub karena keterlibatan Brayden dalam peristiwa pembunuhan kedua orang tua Tristan. Akibatnya, hubungan keduanya pun menjadi canggung dan tidak harmonis lagi seperti dulu.
Mata Tristan menyipit ketika menyadari satu hal. "Jadi kau dan Alan sengaja menyuruhnya mengantarku pulang karena hal itu? Bukan karena kehadiran Clarisse?"
"Salah satunya, ya. Aku ingin hubunganmu dengan Brayden membaik seperti dulu. Tapi kehadiran Clarisse pun membantu. Kau dan dia jadi terlihat santai dan tidak canggung satu sama lain. Aku benar kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Target Man
Romansa17+ (Cerita sudah diterbitkan secara self publish. Tersedia juga di google playbook) Tristan, pria pendiam yang memiliki masa lalu kelam di hadapkan pada permasalahan sulit ketika di pertemukan dengan Clarisse Peterson, wanita cantik yang tanpa disa...