10 hari sebelumnya...
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku tahu hari ini merupakan hari pertama untuk masuk kembali sekolah. Aku selalu sebisa mungkin menghindari keterlambatan namun tidak seperti biasanya, aku mengawali hari masuk sekolah dengan telat bangun.
Bagus!Aku bahkan sempat mengira masih baru masuk jam enam pagi akibat diluar langit yang mendung serta keadaan kamarku yang cukup gelap gulita lalu kusadari kemudian ternyata listrik sedang padam.
Disaat seperti ini, rindu sekali mendengar suara dibangunkan setengah diomeli oleh Ibu.
Tapi, tak ada suara siapa-siapa sekarang selain suara nafas menderu panikku sendiri ketika melempar ponsel yang masih terus mengalami gangguan sinyal sejak tengah malam ke tempat tidur, berlari ke kamar mandi untuk membasuh diri sedikit dan lanjut memakai baju seragam mengabaikan jam dinding diatas yang seakan memelototiku dengan jarumnya yang terus bergerak maju mendekati setengah jam lagi waktu masuk sekolah.
"Maaf Bu! Ayah!"
Tukasku pada foto mendiang kedua orangtuaku di meja.
"Lucy agaknya bakal telat hari ini!"Kujambret kencang tas selempang yang menggantung dikursi kayu belajarku membiarkannya jadi jatuh terbalik dilantai, menambah kelengkapan kamar yang berantakan dan langsung melarikan diri ke lantai bawah.
Tepat ketika kaki menginjak anak tangga terakhir, aku membelalak melihat kucing gemukku yang sedang asyik mencakari kertas berwarna kebiruan diatas meja rendah ditengah ruang tamu.
"Timo, jangan!"
Seruku disertai melompat setengah terbang, merebut surat berisi tentang pembayaran tagihan yang belum kubaca dari cakarannya.Breeet...
Surat itupun alhasil sobek setengah.
"YAH!"
Timo hanya menatap heran lewat mata kuning cerahnya ketika ku memekik, lalu ia melompat turun dari meja dengan menguap lebar.
"Jangan gitu dong Timo!!"
Omelku ketika ia lanjut berjalan menghampiri saudara kembarnya, Timi yang sedang menjilati kaki depannya.Kedua kucing itu tidak perduli, malah memanjat keluar jendela geser yang terbuka menuju teras dengan buntut panjangnya mengayun-ayun.
"Kita harus membicarakan ini pokoknya nanti heei!"
Aku terhenti sendiri.
lalu mendengus.
"Apa ini? Berbicara dengan dua ekor kucing seakan mereka manusia!"
Gumamku dengan geli.Kulirik kembali surat setengah sobek ditanganku yang menjelaskan semua tagihan pensupport rumah seperti listrik, air dan lainnya sudah dibayarkan untuk enam bulan kedepan.
"Yah makasih Regi."
Gumamku pendek sambil mengalihkan pandangan ke foto keluarga yang dipajang diatas meja lalu menghembuskan napas kencang-kencang.

KAMU SEDANG MEMBACA
RED CITY : ISOLATION
ActionRasa-rasanya, diriku sudah mengalami hal-hal buruk yang umum menimpa manusia yang masih hidup di bumi. Kehilangan orang tua di usia muda? Sudah kualami. Hidup sendiri dan bermusuhan dengan kakak kandung sendiri? Sedang kualami. Aku tahu keadaan buru...