Rasa-rasanya, diriku sudah mengalami hal-hal buruk yang umum menimpa manusia yang masih hidup di bumi.
Kehilangan orang tua di usia muda? Sudah kualami.
Hidup sendiri dan bermusuhan dengan kakak kandung sendiri? Sedang kualami.
Aku tahu keadaan buru...
"Kapt-" Aku sudah benar akan kehilangan napas. "Mutan- k-kau melihatnya juga?!"
Kapten menatapku namun seperti tak sanggup mengeluarkan kata-kata.
Alma lah yang menjawab pertanyaanku dari belakang dengan pekikan panik. "Luce!! Itu makhluk apa?! Lucy!"
Sam, Gery dan Gerald berebut maju mendekati jendela membuatku jadi terdorong kebelakang.
Mulut mereka pun perlahan membuka lebar, saling memberi tatapan ngeri.
Sedangkan aku menghembuskan napas kencang, rasa bingung dan kesal menggelembung di dada.
Bisa-bisanya mutan keparat, yang ku sudah bersumpah tak mau melihatnya lagi seumur hidup,
malah sekarang kembali muncul didepanku.
Bagaikan dejavu melihatnya menggelepar dari ikatan yang membelit tubuhnya.
Tangan kiri setengah buntungnya berhasil mendorong lepas satu dari dua tabung nitrogen pembeku yang disambung kedadanya dan menggelinding jatuh dari kabin.
Ini, apakah ini.. versi nyata dari sebutan 'dikejar dosa masa lalu?'
Alaram lobby pun tak berhenti berdering, membuat zombie-zombie mulai bermunculan dari segala arah.
Suara geraman mereka seperti suara volume radio yang diputar semakin kencang.
Berlari dengan cepat seperti kesetanan kearah gedung kami, sang pusat suara kegaduhan.
WRAAAAAAAAGHH!!
"Ah tidak!" Alma berbalik menggengam erat lenganku dengan panik. "Ya Tuhan! Kita sungguh-"
"Heh hei semua!" Gerald menengok sekilas penuh urgensi. "Lihat disana!"
Aku memanjangkan leherku dan melihat tiga mobil datang dari ujung kelokan jalan, mengebut mendahului kumpulan zombie itu.
"Penyintas lain!!" Pekik Gery dengan semangat. "Apa mereka mau menyelamatkan kita--"
Aku melangkah mundur, rasa panik semakin menjadi-jadi.
Mobil itu lah yang muncul ketika kami dihadang oleh barisan mobil rusak tepat setelah menyelamatkan Ekos.
"Kapt!Kapten!!"
Kapten yang sudah sibuk mengatur persenjataannya kembali di meja bersama Kopral Agam dan Prajurit Uri balik menatapku lalu ke jendela.
Mobil-mobil itupun memelankan lajunya tepat didepan pagar rubuh hotel kami.
"Minggir!" Kapten maju menghalau kami dari jendela bersama Kopral Agam dan Prajurit Uri. "Berbahaya! Kalian berlindung lah dibelakang sana!"
Gerald langsung menyeret badanku yang bergeming kebelakang meja resepsionis diikuti oleh Sam Alma dan Gery yang menarik russel dari kalungnya.
Mataku tak lepas fokus melihat sosok figur si pengemudi bertampang tua di mobil terdepan, dengan senyum bengisnya yang terlihat, familiar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.