Pertanda

33K 4.7K 303
                                        

Kami berlari sekelas diluar wilayah sekolah.

Trek lari rasanya hanya memutar saja.

Setelah keluar pagar sekolah, kami akan menemukan jalan lurus tanpa kelokan. Diujung jalan lurus, lanjut belok kekiri dan otomatis jalur tersebut akan mengarah kembali ke sekolah.

Setelah lebih dari seratus meter barisan lari pun pecah, dan akulah yang berada diposisi paling belakang.

Setelah lebih dari seratus meter barisan lari pun pecah, dan akulah yang berada diposisi paling belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi aku sih tidak peduli.

Karena lelah, aku hanya berjalan santai menikmati pemandangan deretan perumahan mewah baru yang dibangun didekat sekolahku itu.

Suasananya hening sekali, dan langit mendung semakin gelap. Saking santainya jalanku ini, teman-teman kelasku sudah menghilang tak terlihat sama sekali didepan.

Aku mengamati sekeliling, disebelah kanan kiri ku ada pohon berjejer dengan rantingnya bergoyang meliuk-liuk akibat tiupan angin dingin yang biasanya jadi pertanda akan turunnya hujan deras.

Diantara suara derak pohon, aku tiba-tiba mendengar suara derap langkah kaki berlari semakin dekat di belakang.

Tak sempat menengok, seseorang itu keburu menabrakku kencang sampai membuat kami sama-sama jatuh terjerembab.

"Aw!!"
Erangku sambil mengusap siku yang terasa mulai perih.
"Kalau jalan yang benar dong!! Liat pakai mata!!"
Omelku.

Kutepis debu pasir di kaki sebelum menatap sengit pada pelaku penabrak-ku itu.

Rasa marah pun langsung lenyap digantikan rasa terkejut.

"Eh Lia?!"

Wajahnya terlihat pucat dan ketakutan. Ia memandangku dengan mata membulat.

"Kupikir kau sudah didepan berlarinya-AAH!"
Aku yang baru bangkit berdiri langsung ditarik paksa lari olehnya.

"Cepat kita pergi Luce!"

"Eh-eh Lia kau kenapa sih?"
Potongku, berlari setengah keseret.
"Ber-henti menarik tanganku!"

Tapi Lia tidak menggubris, tetap menarik tanganku dan terus berlari. Aku benar benar bersusah payah mengimbangi kecepatan larinya.

Setelah cukup jauh berlari- menyeretku akhirnya Lia berhenti tepat didepan rumah kosong yang sepertinya baru selesai dicat.

Ia terhenyak sebentar,

Ia terhenyak sebentar,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RED CITY : ISOLATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang