Ekos

21.9K 3.2K 481
                                    

01.15 wib

"Kapt?"
Panggilku.

Kami sudah berada diluar lab, meninggalkan Dokter Astrid dan Suster Evan agar fokus dengan penelitian mutannya.

"Sebentar."
Kapten terlihat sibuk dengan handietalkienya sehingga tertinggal dibelakangku dan Prajurit Felix.

"Tunggu Luce,"
Prajurit Felix menahanku berhenti, tepat diatas puncak tangga turun menuju lantai satu.
"Kurasa kita harus menolongnya berjalan."
Bisiknya.

Kapten akhirnya memasukkan handietalkienya ke saku kemudian berjalan mendekati kami dengan terpincang.

"Letkol menanyakan keadaan kita, ia tahu tentang insiden mati listrik tadi."

"Oh ya? Apa yang terjadi?"

"Ada pasukan yang mengamankan gedung pembangkit listrik yang tersisa. Sepertinya sempat terjadi kekacauan. Tapi masih bisa diatasi-"

"Ya ampun!!"
Aku membeliak.

"Berapa lama pembangkit listriknya akan bertahan? baru sadar sekarang, ini ajaib sekali kita masih punya tenaga listrik yang mengalir-"

"Ya benar, ajaib."
Kapten menuruni tangga bersama kami dengan pelan.
Aku sedang memegangi lengannya ketika ia kembali bicara.

"Menurut Letkol, tiga hari setelah wabah menyerang, Korea Selatan kehilangan hampir semua tenaga listriknya. Jadi mereka menghadapi zombie dalam total gelap ketika malam hari."

"A...apa?"
Aku mengerjap ngeri membayangkan keadaan dinegara itu.
"Parah sekali!"

"Hei kalian dengar itu?"
Tanya Prajurit Felix tiba tiba ketika kami sudah menginjak anak tangga terbawah.

"Apa?"
Kataku bersamaan dengan Kapten.

Tess..Tretess..Tess..

"HUJAN!"
Pekik kencang Prajurit Felix berhasil mengagetkanku.

"Kita harus meminggirkan mobil kita sebelum hujannya menjadi deras!! Ingat kan, kaca mobil depan kita sudah tidak ada!"

Ia langsung berlari meninggalkan Kapten denganku.

"Dia melengos begitu saja, memang dia punya kunci mobilnya?"

"Kan pakai sambungan bawah kabel setir menyalakannya."

"Eh iya ya,"
Aku menyengir.

Kami lanjut berjalan di koridor lantai satu. Kapten yang sudah lupa dengan amarah sebelumnya, membiarkanku membantunya dalam berjalan.

"Apa kau tahu-"
Tanyaku sambil mengalungkan tangan Kapten ke bahuku.
"Tipe pembangkit listrik yang digunakan di Korea Selatan itu?"

"Hmm. Setahuku mereka lebih menggunakan pembangkit tenaga nuklir-"

"Seharusnya bisa terus menyala dong jika tenaga nuklir-"

"Tidak juga luce-"
Kapten meringis.
"Bisakah kau sedikit mengendurkan pegangan--"

"Eh maaf!"
Balasku menyadari terlalu erat memegang tangan Kapten tepat dibagian lebam birunya.

"Memang seharusnya tenaga nuklir bisa bertahan lebih lama." Lanjut Kapten.

"Tapi siapa yang akan menjaganya luce? Tenaga nuklir butuh pengelolaan yang teliti dan terus menerus. Mungkin lebih rumit pengelolaannya daripada kita yang rata-rata menggunakan tenaga air."

Aku mengangguk, mencerna teorinya.

"Menurutku, bisa saja mereka matikan dengan sengaja."
Kapten menaikkan sebelah alisnya.
"Masalahnya jika terjadi kesalahan atau kebocoran dan tak ada yang bisa menindakinya dengan cepat. Bisa kau bayangkan pasti kontaminasi dari nuklir?"

RED CITY : ISOLATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang