Eksplikasi

22K 3.2K 200
                                    

Pemandangan terakhir yang kulihat ketika menutup pintu ruangan UGD adalah pemandangan kaki Ekos yang mulai kembali berdarah.

Niatku untuk duduk menunggu didepan ruangan ketika keluar, pudar karena mendengar rentetan teriakan memilukannya.

Menyumpal lubang telinga sendiri dengan kedua jari telunjuk untuk memblokir suara teriakan, Aku melangkah melihat kiri kanan koridor mencari Kapten Ryan berniat untuk menyusulnya namun dia sudah menghilang tak berjejak.

Aku memutuskan berjalan cepat saja menelusuri kedalam rumah sakit. Berjalan menelusuri koridor kosong suram dengan bau pembersih lantai lebih mendominasi dari pada bau obat obatan.

Aku menemukan ruang admin kecil dengan jendela didepannya tertutup tirai, lampu ruangan yang aktif memperlihatkan bayangan pergerakan didalamnya.

Dengan semangat, aku menghampiri dan mengetuk pintunya.
"Permisi!" sapaku.

Aku mendengar bunyi kardus bergeser, seseorang didalamnya melangkah mendekati pintu.

"Eng- Saya Lucy, baru sampai ditempat ini. Kau tahu dimana yang lainnya? Atau bisakah kau beri tahu ruangan suster Widya?"
Aku menatap pintu yang bewarna coklat muda itu, menunggu untuk dibuka.

"HEII KAU!!"

Aku memekik dan terlonjak satu meter ditempat.
"Ampun deh sialan!"
Rutukku ketika memutar kepala kebelakang.

Ternyata ada pria si pembuka pintu sebelumnya.

Ia berdiri memeluk senjatanya dan tersenyum remeh.
"Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku kesasar."
Jawabku masih sambil mengusap- usap jantung.

"Kesasar, okey." senyum remehnya makin merekah.
"Kau dicuekin oleh dia ya?" cuapnya menunjuk kepintu dengan jempolnya.

Aku mengangguk.

"Begitulah Ibnu, mungkin dia bekerja sambil menggunakan Earphone."
Ia menggeleng prihatin.
"Buka saja tirainya dan bilang sekalian Dokter Astrid sedang butuh antibiotik."

Aku menghela napas panjang.
"Oke."
Aku menggeser tirai berwana hijau itu dan,

"Aaaaaakh!"

Aku memekik kemudian menutup mulut menahan jijik.

Tepat setelah tirai terbuka langsung terlihat zombie pria yang bola matanya terdorong menggantung keluar akibat gunting yang menancap dalam pelipis kirinya.

Aku yang tak sadar sudah jatuh tergeletak dilantai ditarik berdiri oleh si polisi jahil.

Sudah kena dua kali dikerjai.

Menyebalkan!

"A..yo..ber..diri!"
Kekehnya.
"Kau lulus inisiasi!"
Ia melanjutkan dengan tawa yang tak terkontrol.

Aku memberinya tatapan membunuh.

"Ahem, okay."
Ia terbatuk sekali. Wajahnya masih semerah tomat dan menarik napas.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RED CITY : ISOLATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang