"Oh ya ampun,"
Ketika membuka pintu kamar mandi usai berganti pakaian baru, aku menemukan Dokter Astrid yang sebelumnya sudah melakukan sesi tes tanya jawab denganku masih berada didalam ruangan.
Kami berada di ruang kamar tak jauh dari pintu masuk utama.
Letnan Jan bersama warga penyintas lain membersihkan 'sisa' kekacauan dan membebaskan kami dari tugas."Jadi dia tak apa-apa kan?"
Kapten terus memberiku tatapan prihatin, berdiri didepan pintu dengan tangan berada dibelakang punggung sama seperti Prajurit Felix disebelahnya.
"Aku masih menghitung kesimpulannya."
Dokter Astrid menjawab tanpa menatap balik Kapten, tangannya sibuk menandai centang pada kertas dipapan tulisnya.
"Apa dia baru saja mengalami kejadian traumatik? Cek! Apa ketika kejadian, dia mengalami atau melihat langsung seseorang yang terluka atau mati? Cek!. Apa ketika kejadian dia terlihat ketakutan atau kehilangan kemampuan bergerak atau mengend--"
"Aku tak apa kok!!"
Dokter Astrid malah lanjut berbicara, mengabaikanku.
"Menyentak seperti tadi juga merupakan pertanda syok traumatik Kapt!""Dok, bisa tidak kau berhenti berbicara terus pada mereka seakan mereka berdua adalah orangtuaku?!"
Suaraku mulai meninggi.
"Sudah kubilang tak apa-apa!"Prajurit Felix kemudian mendengus.
"Weh sepertinya Lucy sudah mulai kembali Kapt,""Kami hanya mengkhawatirkanmu luce, napasmu tadi seperti orang terkena asma dan kau terlihat diam saja semenjak tadi-"
"Memangnya kau mau reaksiku bagaimana Kapt? Joget jumpalitan?!"
Kapten membuka mulutnya ingin membalas balik terkatup ketika mendadak masuk Suster Widya dan Perawat Evan masing-masing memapah seorang polisi.
Prajurit Felix terlihat celingukan.
"Kau kemanakan anak itu?""Ah... Nina?"
Sahut Perawat Evan yang terlihat seperti mengenjan karena memapah polisi bertubuh gemuk.
"Kuserahkan sementara pada warga yang kebetulan tetangga rumah Nina dulu."Aku hanya diam, menelan ludah.
Kasihan sekali dia,
Dua polisi yang cedera kakinya pun diletakkan berbaring di tempat tidur seberangku.
"Dok,"
Panggil polisi gemuk berkumis walrus yang berada di kiri depanku.
"Berikan aku pereda nyeri, terserah deh yang tablet atau suntik,"
Ia menyentuh kakinya yang sudah diperban.
"Sakit banget sialan.""Apa yang terjadi pada kalian?"
Tanya Kapten yang menyilangkan tangan ke dadanya. Ia terlihat tidak iba sama sekali dengan keadaan kedua polisi itu."Mobil kami terbalik, kebetulan saya dan Aiptu Jiman yang duduk di kursi pengemudi dan penumpang depan terjepit dasbor."
"Ah begitu. Ada satu lagi pertanyaanku,"
Kapten Ryan mengambil jeda. Terlihat amat lelah, Ia menggosok wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Kalian punya otak tidak?!""Kapt!"
Prajurit Felix mengingatkan.Kapten terlihat menarik nafas berusaha mengontrol diri.
"Maaf saya hanya mau tahu kenapa kalian kembali begitu saja secara mendadak"Polisi gemuk itu menjawab ulang.
"Kami dikejar oleh penyintas yang sepertinya mau merampok kami, mobil kamipun terbalik karena mereka. Kemudian kami terluka, dikejar zombie lagi pula. Jadi kami memutuskan kembali ke sini-"

KAMU SEDANG MEMBACA
RED CITY : ISOLATION
ActionRasa-rasanya, diriku sudah mengalami hal-hal buruk yang umum menimpa manusia yang masih hidup di bumi. Kehilangan orang tua di usia muda? Sudah kualami. Hidup sendiri dan bermusuhan dengan kakak kandung sendiri? Sedang kualami. Aku tahu keadaan buru...