Distorsi

23K 3.4K 315
                                        

Perlahan mobil berhenti tepat didepan pintu masuk supermarket yang tertutup.

Kapten Ryan berdeham,

"Okay kalian siap masuk?"

Terdengar suara kokang senjata dari belakangku diikuti suara bersemangat Prajurit Felix.
"Siap Kapt!!"

Aku tentu merasa belum siap.

Mungkin tidak akan pernah merasa siap.

Bisa terbayangkan banyak 'kejutan' yang akan terjadi didepan.

"Luce oi."
Kapten Ryan membuyarkan percakapan diriku dengan akal sehatku.

"Eh.' aku mengerjap.

"Ini,"
Kapten merogoh kantongnya dan memberiku tiga jepitan kertas berukuran besar.

Aku menatap jepitan ditanganku itu dengan bingung.

"Bisakah kau akali?"
Kapten menunjuk rambutku.
"Akali untuk bisa menjadi alat untuk mengikat rambutmu yang panjang itu."

Aku mengangguk
"Oh okay,"

"Usahakan ikat keatas, digulung ala pramugari. Kau tahu kan." Kapten mengangkat alisnya.
"Karena jika rambutmu digerai atau dikuncir, bisa ada zombie akan menarik rambutmu ketika mengejarmu."

"Ah iya Kapten!"
Aku bergidik membayangkan kembali kejadian ketika zombie kekar itu berusaha menggapai rambutku.

Kapten Ryan dan Prajurit Felix sibuk mempersiapkan senjata dan amunisinya selagi aku sibuk menggulung keatas rambut ikalku yang panjangnya hampir sepunggung.

Ketika aku selesai mengikat, Kapten Ryan menepuk bahuku dan memberiku jempol persetujuan.

"Iya seperti itu, bagus." Komentarnya.

Prajurit Felix menyahut.
"Kau jadi terlihat seperti difilm putri pendekar cina yang suka ku tonton."

Aku mendengus menatap penampilanku lewat kaca spion.
"Kurang aksen tusukan sumpitnya saja ya."

"Oke!"
Kapten kembali berbicara.
"Mari kita turun. Luce,tetaplah berjalan dekat kami. Jangan pergi memisah sendiri, walau sepenasaran apapun kamu ketika melihat sesuatu."

Aku mengangguk cepat.
"Baik Kapt!"

Kapten mengkokang.
"Felix, peredam senapan aktif?"

"Aktif Kapt!"

"Ayo kita keluar!"
Kapten Ryan memerintahkan.

Aku perlahan membuka pintu mobil dan seperti yang lain menutup kembali pintu mobil dengan perlahan.

Aku berjalan mendekati Kapten Ryan.
"Luce mendekat sini dibelakangku."
Ucap Kapten matanya memandang sekeliling.

"Dan, yah!"
Kapten memandang prihatin kakiku yang tak beralaskan apapun.
"Luce itu kakimu. Apa lebih baik kau tinggal dimobil saja?"

Aku membelalak dan menggeleng cepat.
"Tidaaak Kapten, aku tidak mau sendiri. Aku ikut saja."

Mengingat kejadian sebelumnya aku tidak bisa apa apa kecuali hanya menatap si zombie kekar yang memukul kaca mobil sampai retak yang terputar jelas diotakku.

Kapten memandangku dalam, sebelum pandangannya beralih pada Prajurit Felix.
"Kau jalan dibelakang kami, oke! Dan kurasa kita harus ke bagian sepatu dulu."

Prajurit Felix mengangguk. Kami lalu berjalan perlahan mendekati pintu masuk.

Kami tidak menyangka sensor pintu masuk supermarket masih
berfungsi. Pintu terbuka dengan sendirinya. Angin dingin hembusan dari pendingin ruangan menyentuh wajahku tepat ketika terbuka.

RED CITY : ISOLATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang