"Menjadi amat berangin disini."
Keluhku, mengusapi mata yang terlilip debu akibat tidak ada lagi penutup kaca depan mobil.Aku menatap iri Kapten dan Prajurit Felix yang sekarang menggunakan kacamata hitam.
"Kok aku tidak melihat kalian membawa kacamata sebelumnya-"
"Kami selalu membawa ini di saku, termasuk penting untuk dibawa."
Terang Prajurit Felix.
"Dan bersyukurlah sampai saat ini tidak ada belalang yang menabrak wajah kita."
Lanjutnya menyengir.Aku balik berjongkok berlindung dibelakang jok kursi Kapten Ryan.
"Bagaimana Ekos hmm?"
"Ekos?" Aku mengerenyit.
Prajurit Felix menunjuk- nunjuk.
"Ekos pria disampingmu itu,"Pria dimaksud sedang tertidur, pandanganku beralih pada jaket polisi bertuliskan Eko s. yang menyelimuti badannya.
"Untuk mempermudah saja, toh kita belum tahu namanya"
Imbuh Prajurit Felix."Ekos." Ulangku sambil terkekeh.
"Hei bersiaplah kalian berdua." Kapten Ryan mengumumkan.
"Kita sudah mau sampai."Terlihat gedung rumah sakit tidak jauh dari kami. Aku menegakkan tubuhku, merasa bersemangat membayangkan bertemu dengan penyintas yang lainnya.
Mobil melaju semakin lambat dan berhenti sepenuhnya.
Untungnya tidak ada selokan yang terbuka. Semua jalan tertutup beton.
Aku pun semangat bergegas akan turun.
"Mau apa kau?!"
Sentak Kapten."Tu...run?" Aku menengok heran.
"Tidak sekarang!"
Kapten Ryan mengeluarkan handietalkienya."Belum ada pesan balasan." Gumamnya.
Aku menatap belakang kepala kedua tentara didepanku ini secara bergantian.
"Jadi bagaimana?" Tanyaku.
Kapten Ryan menyalakan lampu depan mobil tiga kali. Menatap gedung rumah sakit bertingkat dua itu dengan dahi berkerut.
Akhirnya muncul sesosok pria menatap kami dari jendela di lantai duanya.
"HEI ITU!"
Seru kami bertiga bersamaan."Ehm," Kapten Ryan berdeham.
"Kita tetap didalam mobil, Felix persiapkan senjatamu!"Prajurit Felix sedang mengganti magasin senjatanya saat muncul orang kedua di jendela.
Terlihat berbincang serius.
Kapten Ryan menyalakan tiga kali lampu depannya.
Kedua pria di jendela itu balik memandang keluar kepada kami. Dan salah satunya perlahan berbalik berjalan menjauh dari jendela.
"Mereka tidak mengijinkan kita masuk?"
Aku mempunyai pemikiran sama dengan Prajurit Felix tapi terbantahkan ketika ada dua pria berseragam polisi keluar dari pintu utama gedung berlari mendekati pagar.
Mereka melambaikan tangannya ketika pagar terbuka.
Kapten Ryan menekan pedal gas dan mobil maju perlahan memasuki pagar tinggi melewati lapangan parkir dan berhenti tepat didepan pintu utama.
Aku menatap jendela belakang melihat kedua polisi itu masih sedang menutup pagar.
Kapten Ryan dan Prajurit Felix melompat turun dari mobil, menaruh kacamatanya kembali kesaku masing masing, lalu menyelempangkan senjatanya dibahu.

KAMU SEDANG MEMBACA
RED CITY : ISOLATION
AcciónRasa-rasanya, diriku sudah mengalami hal-hal buruk yang umum menimpa manusia yang masih hidup di bumi. Kehilangan orang tua di usia muda? Sudah kualami. Hidup sendiri dan bermusuhan dengan kakak kandung sendiri? Sedang kualami. Aku tahu keadaan buru...