Apriori

20.2K 3K 659
                                        

17.00 wib

Aku merenung, memandangi langit koridor tinggi diatasku.

Aku merenung, memandangi langit koridor tinggi diatasku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah sakit benar-benar kosong sekarang. Saking kosongnya, aku bisa mendengar nyanyian nyamuk kebun yang memenuhi koridor, terbang diatas kepala ketika aku keluar dari toilet dekat pintu utama.

"ASTAGA KAU?!"

Aku terlonjak satu meter ditempat ketika mendengar suara teriakan serentak dibelakangku itu.

Aku pun memutar kepalaku kebelakang.

Dokter Astrid menatapku dari atas kebawah seakan aku ini hantu. Disebelahnya ada Briptu Malik berekspresi membelalak seakan habis kena gampar orang yang tak dikenal serta Chef Yuan disebelahnya lagi membuka tutup mulutnya seperti ikan.

"Ah jadi Chef Yuan tinggal juga?"
Kataku sengaja mendahului pertanyaan.

"Eh?"
Chef Yuan terlihat tak siap.
"Eh ya, saya tinggal-"

"Kau kenapa tak ikut Luce?"
Dokter Astrid memotong jawaban Chef Yuan. Mereka bertiga berhenti melangkah tepat didepanku.

Aku menghela nafas, bosan menjawab pertanyaan yang sebelumnya telah dilontarkan oleh sepuluh orang polisi dan dua tentara di parkiran.

"Aku tak bisa meninggalkan empat orang sahabatku yang masih ditempat persembunyian,"
Jawabku dengan cepat.
"Jadi aku ikut jadwal kedua bersamaan dengan mereka disana berangkatnya"

"Saya sih sudah tau kau itu tipe petualang nekat, tapi saya tak tahu kalau kau bakal senekat ini,"

"Bukan nekat, tapi gila!"
Dokter Astrid mengkoreksi komentar Chef Yuan.

"Apa bedanya?!"
Aku bersikeras.
"Kalian juga memilih tinggal, berarti kalian segila diriku."

"Yah sepertinya,"
Chef Yuan ikut mengangguk membuat leher gemuknya bergoyang.
"Kalau saya sih buat apa pergi, toh saya tak punya siapa-siapa.
Lagi pula jika saya pergi, Siapa yang akan mempersiapkan makan bagi mereka yang tinggal? Belum ditambah warga penyintas baru yang datang.."

"Intinya, kalian sama denganku. Kita mengalami Attachment antara satu dengan yang lain."
Jariku menunjuk.
"Semua teman yang berjuang disisi kita sekaranglah yang menjadi keluarga kita"

Briptu Malik mengangguk, ia pasti paling paham alasanku untuk tinggal.

Kami berempat lanjut berjalan, berbicara ringan tentang rencana perjalananku selanjutnya.

"Toh hanya dua atau tiga hari lagi"
Aku menambahkan alasan.
"Aku rasa tidak akan ada yang terjadi jika kami sudah sampai dihotel persembunyian"

"Hei ayo semua sudah siap!!"
Panggil Briptu Yoga yang berlari menghampiri ke depan pintu utama dengan tas ransel Briptu Adam di punggungnya.
"Tinggal menunggumu nih Lucy!"

RED CITY : ISOLATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang