Atavisme

17.6K 3K 160
                                    

Dengan tangan masih agak gemetaran, aku lanjut mengeluarkan modemnya dari tas dan meletakkannya menyala disamping laptop.

Penuh gelisah, aku mengetuk-ngetuk jariku ke meja menunggu tanda sambungannya berjalan.

Ting!

Yes!

"Terimakasih Tuhan!!"
Pekikku ketika berhasil tersambung langsung kugeser kursornya mengklik aplikasi web page sosial.

Dan seketika terbukalah akun Briptu Adam. Belum terlogout.

"Ijin Exit dulu ya Briptu Adam,"
Ocehku mengeluarkan akun jaringan sosialnya, mengetikkan nama akun dan password kepunyaanku.

Tak butuh waktu yang lama, akun sosialku pun terbuka.

Mataku bergeser cepat melihat ke arah chat aktif dilayar kanan bawah,

Dan terlihatlah satu nama yang aktif diikuti oleh munculnya permohonan video call dari nama yang sama.

"Oh astaga ini benaran?!"
Pekikku dan buru-buru menggeser kursornya mengklik ACCEPT.

Ketika videocall aktif, kami kompak saling meneriaki satu sama yang lain.

"ANNA KAU AKTIF!!"

"KA LUCY!!"

Baru kali ini aku melihat rambut Anna terlihat awut-awutan. Biasanya rambutnya selalu rapih dikepang, atau setidaknya dijepit kesamping.

 Biasanya rambutnya selalu rapih dikepang, atau setidaknya dijepit kesamping

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Anna bergerak melihat ke kiri kananku.

"Gimana kabar ka lucy? Dan dimana bang Gery? Kemarin katanya dia bersamamu-"

Aku menarik lepas dulu masker yang menutupi wajahku.
"Gery tak berada disini-"

Ia langsung panik.
"APA KENAPA? DIMANA DIA?"

"Tenang, dia aman ditempat persembunyian. Kalau aku sedang berada ditempat...lain,"

"Kenapa? Apa yang terjadi?"

"Aku hanya keluar bersama teman kakakku, mencari suplai"

Ia membelalak.
"Kak Lucy keluar... Itu kan berbahaya sekali,"

"Memang,"
Aku tertawa mengasihani diri.
"Tapi tak apa, disini aman kok"

"Ka Lucy sedang berada ditempat apa? Kok dibelakangnya seperti banyak laci-"

Aku menengok kebelakangku.

"Ah...ya."
Kataku kembali menatap layar, ingin menjelaskan bahwa dibelakangku adalah lemari pendingin mayat namun langsung urung.
"Itu lemari penyimpan donor darah, dan bagaimana dengan kau? Kau masih di kamp pulau komodo? Banyak tempat tidur susun dibelakangmu..."

"Ah masih ka Lucy, disini semakin banyak yang datang. Makanya tiap kamar sekarang ditaruh tempat tidur susun setidaknya enam buah, jadi total satu kamar berisi dua belas orang."

RED CITY : ISOLATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang