Reverti

26.2K 3.1K 1.2K
                                        

"Luce astaga Tuhan!!"
Kapten dengan wajah sudah sepucat hantu meneriakiku tepat ketika aliran air berhenti menerpa.
"Hampir saja kau-- apa yang terjadi? Mana mutannya?!"

Aku masih tercengang tak percaya.

Dan posisiku benar-benar dalam keadaan menggantung setengah,

Jemari kirinya berhasil mencengkram erat sisi lengan jaket wolku.

"Kenapa banyak air gini? Kau tak apa-"

Ini sungguh nyata!

"Astagaa Kapt!"

Rasanya ingin sekali memeluknya!

"K-kau sungguh masih hidup!"
Kuayunkan satu tangan keatas, menyentuhi wajahnya.
"Kapten Ryan!"

Kami lanjut berpandangan dalam keheningan.

Saling memberi senyum haru.

"Iya Lucy-"
Balasnya pada akhirnya dengan anggukan.
"Ya, aku masih hidup."

Kuraih bahunya.
"Oh iya, mutannya sudah mati meledak Kapt!"
Lanjutku lalu antusias menggoncang-goncangnya.
"Hancur-"

Zruut!--

"Luce!-"

Taps!

.

.

.

Sekujur tubuhku sontak merinding.

Kami sama-sama terdiam menganga, menyisakan bunyi tetesan air disekitar kami.

Pegangan Kapten pada lenganku sempat slip.

Ia menahan pergelangan tanganku sekarang.

"Luce.."

"Ya Kapt,"

"Bisa tolong hati-hati, jangan banyak bergerak dulu-"
Ia bernapas tegang, mengeratkan pegangannya padaku.
"Tuhan, kau ini selalu paling berhasil dalam membuatku jantungan!"

"Hahah-"
Aku memberinya tawa gugup sembari malu menyadari terlalu frontal ingin memeluknya.
"Mmaf Kapt--"

Pats!

Mendadak seberkas sinar senter menyoroti kepala kami,

"Waaaaaakh!"

Muncul suara pekik melengking Alma dari atas disusul teriakan yang lainnya menggema disekeliling.

"Kapten!"

"Luucy!"

"Oh Tuhan!!"

"Kalian masih hidup!"

"Syukurlah!!"

"Lihat!! lihat!! mereka masih hidup!"

"Kalian mema--"

"Heh HEII DIAM!!"
Potong Kapten bernada penuh kejengahan dengan kepala mendongak penuh.
"Cepat hentikan kehebohan kalian dan bantu tarik kami dari sini sekarang!"

Aku mendengar suara gumam membenarkan dan suara langkah menjauh.

Hanya Kopral Agam yang tinggal ditepi pinggir atas, tetap membantu menyorotkan sinar senter kepada kami.
"Syukurlah Kapt kau masih bertahan.."
Sahutnya.

"Ya, aku terlalu marah untuk bisa mati dengan tenang-"
Kapten balik menunduk. Sepertinya merasakan diriku yang mulai menggigil kedinginan.
"Kau oke? coba cari lubang didepanmu--"

RED CITY : ISOLATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang