Rasa-rasanya, diriku sudah mengalami hal-hal buruk yang umum menimpa manusia yang masih hidup di bumi.
Kehilangan orang tua di usia muda? Sudah kualami.
Hidup sendiri dan bermusuhan dengan kakak kandung sendiri? Sedang kualami.
Aku tahu keadaan buru...
"Gery, matikan sirene mobilnya! Kau mengundang zombie disekitar untuk datang mengikuti kita!"
"Diam kau Alma! Jangan membentakku. Sirene nya memang otomatis menyala saat aku menyalakan mobil!" Amuk Gery sambil memukul tombol mematikan sirene disamping setir mobilnya.
"Dan kau Luucy!" Sentaknya. "Jangan pernah kau lakukan itu lagi!! Itu bisa membahayakan nyawa kita, berlari kembali keluar karena seekor anjing dengan zombie sedekat itu mengejar? Apa sih yang ada diotakmu?!"
"Hei kau tidak perlu berkata seperti itu! Kupikir kau juga peduli pada Russel-"
"Diam kau Gerald!! Kau juga harus bisa mengendalikan rasa penasaran dan sok pahlawanmu-" Nada Gery semakin meninggi. "Aku kan tadi sudah tak setuju untuk kau masuk kedalam gedung, kumau kita langsung pergi ketempat lain saja, tapi kau tak mendengarkan!!
Gerald membela diri. "Aku hanya penasaran saja, dan berharap menemukan alat untuk mengontak militer disekitar-"
"Wey sudahlah Gery-Gerald, hentikan!" Sam menengahi. "Yang pentingkan kita semua selamat sekarang, jadi tidak apa apa-"
"Ooh ya kauu juga diam!! Terlebih kau ini, goblok!!"
Aku meringis ketika Gery kembali melanjutkan.
"Jangan pikir aku lupa tentang kesialan pertama yang kita hadapi, karena kecerobohanmu tidak mengecek keadaan jalan, menyebabkan zombie itu melihat dan mengejar kita semua!!"
Ia berteriak. "Kau turut andil dalam kematian murid-murid lain yang mengikuti kita itu Sam!! Semoga saja mereka mati, bukan berubah menjadi salah satu makhluk busuk itu!!"
Kami semua terdiam.
Gery bernapas tersengal memberi tatapan murka ke semua dan sekilas kupikir ia akan kembali mengamuk karena saking kesalnya.
Ketika beradu mata denganku, ia langsung membuang wajahnya kembali kedepan lalu meremas kencang setir didepannya.
Sam pun tak balas menjawab. Ia malah terlihat terpukul, menunduk dengan tangan terkepal.
Aku dan Alma jadi saling berpandangan, tak menyangka Gery akan mengucapkan kata seperti itu pada Sam.
Dan mungkin itu juga pertama kali kami melihatnya mengamuk seperti ini.
.
.
Mobil terus melaju pelan tanpa tujuan. Dan hari sudah semakin malam. Keheningan tak mengenakkan meliputi kami. Russel bahkan tidur disamping kakiku. Ia terlihat lelah sama seperti kami semua. Terlalu banyak yang kami hadapi dalam waktu kurang dari sehari.
Selama perjalanan, aku melihat kiri kanan kaca pertokoan yang rusak seperti habis dijarah, dan terkadang ada mayat atau potongan tubuh manusia yang berserakan dijalan.
"Kenapa sepi ya? Tidak banyak mobil yang lewat sedari tadi."
Tidak kusangka Gery menyahut gumamanku dengan menatapku lewat kaca spion. "Mungkin yang masih hidup lebih memilih bersembunyi dirumah, atau mungkin mereka sudah kabur duluan menuju luar kota."
Pada saat aku hampir tertidur, terdengar suara helikopter lewat dilangit. Kami semua melihat antusias kejendela masing-masing.
Helikopter itu terbang lumayan dekat bahkan berhasil membuat mobil kami terasa sedikit bergetar.
Lalu heli pun terbang semakin menjauh.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mungkin tidak kita memanggil helikopter itu supaya datang menjemput kita?" Alma merajuk.
"Tidak mungkin Al, dengan hanya suara teriakan kita, tak mungkin terdengar. Bisa menggunakan klakson ini, kita bunyikan, tapi nanti kita malah keburu diserbu zombie sebelum mereka turun menjemput. --Lagipula itu terlihat seperti helikopter pemerintah, mungkin digunakan untuk mengambil suplai atau menjemput pejabat penting yang terjebak disini, buktinya mereka melengos pergi begitu saja-"
Gery menekan pedal rem secara tiba tiba, menyebabkan kepalaku terantuk kursi duduknya yang berada tepat didepanku.
Aku hampir mengomel, namun sadar ketika melihat didepan kami terdapat kerumunan zombie dan mobil-mobil terbakar yang memblokir jalan.
"Oh ya Tuhan!!" Kami memekik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sepertinya kita tak bisa lewat sana." Gery dengan cepat menekan pedal gas dan memutar setir berbelok kekanan.
Setelah pertemuan singkat dengan kawanan zombie, suasana mobil kembali hening. Mobil kembali melaju pelan. Setelah sekitar setengah jam berjalan pelan tanpa arah, Alma mendadak memekik, kemudian menarik-narik siku Gery.
"Hei itu liat papan reklame sebelah kiri sana!! disebutkan ada hotel dekat sini, Gery berhentikan dulu mobilnya sebentar!"
Kami melihat kearah yang Alma tunjuk.
Kami melihat namun tidak mengerti apa maksudnya. Alma memutar bola matanya keatas. "Masa kalian tidak mengerti?" tekannya jengah.
"Kau.. tidak berpikir kita bisa bermalam disana kan? pasti disana banyak zombienya!" Seru Sam ketakutan.
"Kalian baca dahulu yang jelas pemberitahuannya!!" Alma balik mengomel.
.
The Peninsula Group Proudlypresents THE CROWN HOTEL
Grand opening this August- .
"Itu berarti kan kurang dari dua minggu lagi, pasti belum ada orangnya dan masih dikunci-"
Aku hanya diam saja tak menjawab. Namun aku tahu takkan sanggup jikalau harus terus tidur dimobil berhimpitan seperti ini. Tapi kubiarkan yang lain untuk memutuskan.
Sam hanya mendengus mendengar ide Alma. Lanjut berkata, "Kita bisa tidur dihotel? hal terlalu indah menjadi kenyatan," Diikuti Gerald menggumamkan kata tidak realistis.
"Ya terus bagaimana?! Kita mau berputar-putar terus dijalan tanpa tujuan--"
"Ide gila, tapi ada benarnya juga-"
Jawaban persetujuan mendadak dari Gery membuat Gerald dan Sam membelalak.
Entah karena ia ingin menebus letusan amarah sebelumnya dengan menyetujui saja tiap ide yang ada.
"Bagaimana menurutmu Luce?" Gery lanjut menanyakan pendapatku karena aku hanya diam. "Mobil ini juga sisa bensinnya hanya sedikit. Memang sudah tak dalam keadaan penuh isi tangki bensinnya saat kita temukan tadi."
Aku menegakkan posisi duduk. "Hmm, yah mungkin benar kata Alma, itu kan hotel yang belum dibuka. Seharusnya sih kosong dan masih dikunci" Anggukku pelan. "Jadi tidak ada salahnya dicoba." Kuangkat kedua bahuku. "Kita kan juga belum makan seharian ini. Siapa tahu ada stok suplai."
Kami terdiam sejenak.
"Baiklah," Gery balik meluruskan posisi duduknya. "Mari kita coba."
Ia perlahan menekan pedal gas.
Dan mobil pun kembali melaju, menuju tempat tujuan kami yang baru.