Sampel Z

21.7K 3.2K 517
                                    

23.30 wib

"Aw!"

Aku meringis merabai pipi yang telah ditotol obat oleh Suster Widya.

"Auuuuuuwawaw-uuuhh perihh-OH TIDAK!!AWWW!!-duhh aaakh tidaa-AAAW-AAA-"

"BUSET DAH APAAN SIH LUCE?!"

"Emang KAU tidak lihat?!"
Balasku agresif pada Prajurit Felix sambil menunjuk pipi kanan.
"Jadi bengkak seperti ini!"
Mataku mulai berair.
"Dan nyeri sekali rasanya berdenyut denyut. Aww-"

"Efek obatnya seperti itu. Awalnya terasa perih, nanti juga hilang. Dan bengkaknya akan kempes dalam waktu tiga jam kedepan."
Suster Widya menanggapi tenang, selagi mengobati Kapten Ryan yang duduk menyamping ditempat tidur didepanku.

"Cederamu itu kecil Luce,"
Prajurit Felix berkomentar dengan menyilangkan tangan kedada.
"Coba kau lihat dong Kapten! Lukanya banyak, tapi dia terlihat tenang saja tuh!"

Menurutku, Kapten bukan terlihat tenang. Namun terlihat seperti menahan sumpah serapah yang sudah berada diujung lidahnya.

Ia berusaha meminimalisir pergerakan, agar tubuhnya tidak semakin terasa nyeri.

Aku bisa melihat banyak bulatan biru memar dari badan sampai ke kaki ketika pakaiannya dibuka, yang menyisakan celana pendeknya saja.

Kapten mengalami cedera yang paling banyak diantara yang lain. Cedera punggung, tangan dan dislokasi kaki kiri akibat di tarik dan dibanting oleh si mutan.

Tapi setidaknya tidak ada tulang yang retak atau patah.

"Untung kau memakai rompi pelindung Kapt." Tukasku melihat Suster Widya mengoleskan obat di memar punggung Kapten dengan kapas.
"Tidak terbayang deh jika pecahan lampu flourescent itu melukai langsung punggungmu."

Kapten hanya mengangguk sambil sesekali berdesis.

Tok...tok

"Hai halo..."
Sapa Briptu Yoga memasuki kamar inap kami yang kebetulan bersebelahan langsung dengan ruangan Ekos terbaring.

"Sapa Briptu Yoga memasuki kamar inap kami yang kebetulan bersebelahan langsung dengan ruangan Ekos terbaring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kawan kalian tidur terus, ia bahkan tidak peduli ketika aku beritahukan bahwa ada zombie menerobos masuk. Sehingga pintu ruangannya kukunci sementara."

"Mungkin dia masih terlalu lemah, karena lukanya."
Komenku.

"Ya."
Ia mengangkat kedua alisnya.
"Ngomong-ngomong kalian lihat Letnan Jan tidak?"

Prajurit Felix langsung menunjuk ke arah tempat tidur yang tertutup tirai putih dipojok.

"Astaga!! Apa dia--"

"Tidak, dia hanya butuh istirahat
untuk pulih dari cedera punggungnya."

"Ah, Syukurlah."
Wajah Briptu Yoga terlihat lega sekali.
"Dan bagaimana keadaan kalian?"

RED CITY : ISOLATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang