Chapter 17

197 12 12
                                    

Yahhh gimana nihh idenya muncul lagi takut ilang makanya buru buru tak tulis ehehehehe
Maaf kalo typo di mana mana
Gumawo




Malam di kota Seoul terasa sepi dan mengerikan bagi Maylisa,
Ia hanya dapat menatap Jimin dari balik kaca melihat dengan khawatir keadaan Jimin yang sudah terbaring lemah dengan puluhan alat kedokteran yang menempel pada tubuhnya,
Dia hanya bisa menangis menatap Jimin, berdoa untuk Jimin dan berharap Jimin segera sadar.
Yaaa dia sekarang hanya bisa berdiri di balik ruang bertulis "ICU" di pintunya.
"Saranghae Jimin-ahh, sadar lahh bangun lahh demi aku" kata Maylisa lirih namun terdengar jelas oleh seorang namja yang sedari tadi berdiri di belakang Maylisa dekat namun karena Maylisa terlalu fokus hingga dia tak sadar akan keberadaan sang namja.
Mulai terasa akan hadirnya seseorang Maylisa menengok kebelakang namun ia tidak menemukan siapa siapa,
Yaa karena namja tadi telah beranjak meninggalkan Maylisa.

Suara langkah kaki yang tergesa gesa terdengar jelas dan pasti mendekat pada ruang yang menahan Jimin di sana,
Yaa mereka adalah SheShe, Diva, Jungkook dan Jin yang datang bersama untuk memastikan keadaan Jimin dan Maylisa.
"Yakk pabo" teriak SheShe.
"Jimin" jawab Maylisa sembari memeluk SheShe dan menunjuk di mana Jimin dirawat seketika itu juga tangis Maylisa pecah ia menangis sejadi jadinya dipelukan SheShe.
"Tak apa May semua akan baik baik saja" kata Diva menggunakan bahasa Indonesia untuk menenangkan Maylisa.
"Jiminn....Jiminn...." teriak Maylisa terus memanggil nama Jimin di sela isak tangisnya.

Hari mulai larut malam dan Maylisa tetap menanti dibalik kaca sedangkan Diva,SheShe,Jungkook dan Jin sudah duduk di ruang tunggu.

Dokter keluar dari ruangan Jimin membuat mereka semua berkumpul untuk meminta keterangan sang dokter.
"Bagaimana keadaan Jimin" tanya Maylisa khawatir.
"Mian, untuk penyakit apa yang pasien alami saya tidak bisa memberitahunya karena pasien sendiri yang meminta untuk penyakitnya di rahasiakan dan sudah menjadi kewajiban pihak rumah sakit untuk menjaga kerahasian tersebut namun sekarang kondisi pasien sudah stabil dan bisa untuk dijenguk namun hanya satu orang saja yang dapat masuk" jelas dokter.
"Ne, biar Maylisa saja yang masuk" kata Jungkook menatap Maylisa.
"Ne" kata Maylisa semangat.
Dan ia bersiap memakai baju khusus untuk memasuki ruangan ICU,
Ia masuk perlahan langkah demi langkah mendekati Jimin,
Ia duduk disamping Jimin,
Tetesan air mata mulai mengalir dipipinya,
Ia tersenyum manis menatap Jimin,
Perlahan ia mendekati telinga Jimin dan berbisik lirih "saranghae Jimin-ah, kau harus bertahan demi aku"
Air mata terus mengalir dipipi Maylisa namun Jimin terlihat merespon perkataan Maylisa,
Jimin menggerak gerakan jarinya tanda ia mengetahui keberadaan Maylisa,
Setetes air mata keluar dari ujung mata Jimin,
Maylisa menyadari semua respon Jimin ia mengusap air mata Jimin lembut dan pelan,
Sebuah bisikan dikatakan oleh Maylisa kembali "terimakasih sudah meyakinkanku Jimin-ahh, saranghae" seutas senyum terlukis diwajah Maylisa.

...................

Dan ini dia seorang Namja terduduk di bangku taman tempat Jimin dirawat, tetesan air mata keluar dari ujung matanya ia merutuki dirinya menyesal.
Yaa dia, Yoongi.
Namja yang berdiri dan mendengar semuanya jelas saat Maylisa mengungkapkan ketulusan hatinya dibalik kaca ruangan Jimin dirawat.
"We Jimin-ahhh, kenapa tak kau katakan dari awal kalau kau mencintainya!" Teriak Yoongi frustasi.

Dari lorong dekat taman sang Hope berjalan tergesa gesa mengkhawatirkan keadaan Jimin namun sebuah teriakan tadi menariknya untuk melihat ke arah taman,

"Yoongi" batinnya melihat seorang namja yang duduk di taman dengan teriakannya.

Ia mendekat dengan tujuan mencari tau apa yang sudah terjadi pada sang Yoongi.

"Yakk Yoongi-ah, Gwenchana ?" Tanya Hope khawatir saat melihat mata Yoongi yang sembab bekas tangisannya.
"Ne Hope-ahh" jawab Yoongi dengan suaranya yang parau.
"Lalu kenapa kau menangis ?" Tanya Hope.
"Apa kau tau kalau Jimin mencintai Maylisa ?" Tanya Yoongi tanpa menghiraukan pertanyaan Hope tadi dengan tatapan kosong lurus ke depan.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang