Masa lalu Pernikahan part 2 (Menikahlah dengan ku)

1.2K 84 17
                                    

Zhielle membuka mata, di sampingnya Frankenstein menatap cemas
"kau tidak apa-apa?"
"pertanyaan bodoh"
"aku... Akui memang keterlaluan"
"lalu?" Zhielle bangkit dari tidurnya dan duduk sejenak
"tidak ada," balas Frankenstein acuh, Zhielle melirik sesaat "apa kau masih berpikir untuk pergi?"
"aku akan menunggu keadaan ku lebih baik dan mencari kakak ku"
"kau pikir kau bisa?"
"jika aku terus mencari, aku yakin akan bisa menemukan dirinya kelak... Aku berterima kasih untuk bantuan mu, aku memang sedikit keterlaluan dan memprovokasi mu" Frankenstein diam saja dan tak menanggapi
"beristirahatlah... Jika butuh sesuatu aku berada di luar" ia lalu dari hadapan Zhielle, tanpa di sadari Frankenstein, Zhielle menatapnya lekat-lekat.

Hari demi hari berlalu, Zhielle lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah, sementara Frankenstein bekerja di luar, Zhielle tidak pernah bertanya dan enggan menanyakakannya langsung sementara Frankenstein pun tak mau mengatakan apa pun. Di suatu pagi yang cerah, Zhielle dan Frankenstein duduk di meja makan panjang berwarna coklat gelap, Frankenstein sibuk membaca lembar demi lembar buku di tangannya sambil sesekali meminum segelas teh hangat di depannya
"ku lihat, akhir-akhir ini kau sibuk di luar?"
"aku bekerja, dunia manusia tidak sesederhana di Lukedonia, untuk hidup kau harus bekerja dan mendapatkan uang"
"apa aku bisa membantu?"
"tidak perlu, aku harus segera berangkat" Zhielle mengintip dari balik jendela ketika Frankenstein mulai berangkat dengan menaiki kereta kuda, melintasi keramaian orang sekitar
"dia sangat dekat dengan ku, berdiri di depan ku tiap hari, tapi dia bahkan tidak melihat ku... Apakah untuk membuat mu mencintai ku adalah sebuah keajaiban? Jika aku memerlukan sebuah keajaiban untuk itu, aku akan melakukan semua yang aku bisa" gumam Zhielle dengan lirih.

Malam telah larut, tapi Frankenstein belum kembali, Zhielle dengan cemas berdiri di depan pintu menunggunya pulang, di temani suasana pemukiman yang sudah begitu sunyi beserta kabut yang menyelinap diantara rumah yang berdiri jarang, ia menggenggam lilin di tangannya erat sebagai penerangan.

Suara kereta kuda mendekat, ia bangkit dengan gembira sementara Frankenstein sedikit terkejut melihatnya.
"apa yang kau lakukan di depan pintu?"
"aku khawatir..., kau pulang lebih larut dari biasanya"
"di toko sedang banyak pelanggan"
"pelanggan di toko?"
"aku membuat bisnis dan menjual beberapa obat-obatan yang di perlukan oleh orang-orang, aku tidak suka bekerja pada orang lain"
"aku mengerti"
"masuklah" mereka pun masuk bersama, Frankentein membuka jaketnya dan duduk dengan wajah lelah
"apa keberadaan ku disini membebani mu?"
"tidak sama sekali"
"apa, aku juga bisa bekerja?"
"tidak, seperti yang sudah kukatakan, disini tidak seperti di Lukedonia, semua orang di zaman ini berpikir bahwa para wanita sebaiknya hanya tinggal di rumah, itu terdengar tidak masuk akal dan sedikit bodoh"
"begitu"
"lalu bagaimana keadaan mu?"
"aku?"
"iya"
"aku belum sehat... Kadang-kadang aku masih merasa sakit"
"kalau begitu aku akan memeriksa mu?"
"tidak ,tidak usah, aku, aku akan baikan, aku akan beristirahat" Zhielle lalu di ikuti tatapan mata heran Frankenstein
"jika aku sudah baikan maka, aku harus pergi dari sini" keluhnya

Sinar matahari yang menyilaukan mengganggu ketenangan tidur Zhielle, matanya mengernyit tak suka, saat perlahan ia membuka mata, sudah nampak Frankenstein di depannya
"apa yang kau lakukan disini?" ia bangkit dengan terburu
"kenapa kau begitu takut, aku tidak melakukan apapun pada mu"
"bukan... Bukan begitu maksud ku"
"aku sudah memeriksa mu, keadaan mu sudah cukup baik"
"apa itu berarti aku boleh pergi?" Frankenstein membalas ucapannya dengan tatapan kosong
"entahlah... Apa, kau mau pergi ke toko dengan ku?"
"apa boleh?"
"kau juga tidak melakukan banyak hal bukan?"
"iya"

Mereka pergi berdua dengan berjalan kaki, melintasi keramaian lalu lalang orang di sekitar jalan kecil di depan rumah mereka.
"kenapa kita tidak naik kereta kuda seperti yang biasa kau lakukan?"
"aku ingin mengajak mu berjalan-jalan sebentar, lagi pula kusir kuda ku sedang libur sekarang"
"kau punya kusir kuda?"
"kenapa begitu heran?"
"tidak apa-apa"
"ada taman bunga lili di sekitar sini"
"benarkah?"
"iya, ikutlah dengan ku"
Mereka berdua melewati areal yang lebih sepi, di pinggir jalan tak jauh dari rumah mereka ada hamparan bunga lili yang membentang indah,Zhielle melongo sebentar dengan kagum
"ini lebih banyak dan luas di bandingkan di Lukedonia"
"benar"
"apa aku boleh memetiknya?"
"entahlah, tapi akan ku belikan nanti saat kita pulang"
Seekor kucing liar kemudian menggelayut di antara rok besar Zhielle, ia melirik ke arah kakinya,  kucing berbulu putih itu bermanja padanya, ia mengamatinya keheranan
"apa itu?"
"seekor kucing" Zhielle berjongkok dan membelai kucing itu
"ini kucing... Tidak ada di Lukedonia," Frankenstein hanya mengamatinya sambil tersenyum samar"apa kita boleh membawanya pulang?"
"tidak boleh" Zhielle mengangkat wajahnya membalas jawaban Frankenstein
"kenapa?"
"hewan peliharaan  akan mengotori rumah"
"tapi, dia lucu"
"bahkan kalau pun kucing itu memelas, aku tidak akan menerimanya" Frankenstein kemudian berjalan menjauhi Zhielle, Zhielle melirik kucing itu dengan iba sambil melambaikan tangan.

Tak berapa lama mereka berjalan, ada sebuah pernikahan di sebuah gedung, penuh dengan tawa dan bunga, mata Zhielle berbinar sepanjang melewati gedung itu, ia lalu menarik lengan jas Frankenstein
"ada apa itu?"
"acara pernikahan"
"apa manusia juga menikah?"
"apa kau fikir hanya vampire yang menikah"
"bagaimana kalau kita berhenti sebentar"
"untuk apa? Aku juga tidak mengenal mereka?"
"tapi aku penasaran, ingin tahu bagaimana bila manusia itu menikah"
"aku sibuk, nanti saja"

Mereka berdua tiba di sebuah toko berukuran besar milik Frankenstein, toko itu sudah ramai beberapa orang mengantri, toko itu adalah sebuah toko obat dengan dua etalase kaca di depannya, ia membuka toko itu dan orang-orang itu mulai menghambur masuk dan bertanya padanya mengenai obat-obatan yang mereka perlukan, sementara Zhielle hanya duduk di salah satu kursi dan mengamati semua orang.
Beberapa kali Frankenstein memperhatikan tingkahnya, saat suasana mulai sepi ia kemudian menghampiri Zhielle yang hanya mengamati jalan sepi di depannya.
"apa kau merasa bosan?" ia berbalik segera
"tidak"
"aku memiliki sebuah buku... Apa kau mau membacanya?"
"buku apa?" Frankenstein membalikkan tubuhnya pada sebuah lemari kayu di belakangnya, ia mencari ke beberapa rak kosong, sampai mendapati sebuah buku dongeng merah
"ini dia" ia memberikan buku itu pada Zhielle
"buku apa ini, tulisannya sedikit aneh"
"kau tidak bisa membacanya?"
"tidak, hurufnya jauh berbeda dengan huruf di Lukedonia"
"benar juga, kau bisa beradaptasi dengan bahasa manusia, tapi akan sulit memahami tulisan mereka"
"kurasa begitu"
"aku akan mengajari mu membaca"
"benarkah... Tapi, buku ini ceritanya seperti apa?"
"akan lebih baik jika kau sendiri yang membacanya"

Tanpa terasa malam mulai membalut, Zhielle sudah terhuyung dan sesekali tubuhnya terjatuh ke atas meja karena kantuk, tapi melihat Frankenstein masih sibuk, ia berusaha terjaga sampai suasana benar-benar sepi dan hening.
"ayo pulang" ajak Frankenstein
"sudah selesai?"
"sudah"
Mereka berjalan menembus malam yang berkabut, malam itu langit begitu terang dengan gumpalan awan putih yang terdiam dan bersanding di samping purnama, Zhielle melirik ke atas langit dengan kagum
"lihat" Frankenstein berbalik
"apa?"
"bulannya cantik ya?" Frankenstein ikut melontarkan pandangannya ke atas langit hanya beberapa detik, kemudian menatap Zhielle yang sedang asyik tersenyum
"iya... Sangat bagus," Zhielle menatapnya heran
"kenapa?"
"tidak apa-apa... Sebaiknya kita lekas pulang"
"baiklah"
Sepanjang jalan mereka terdiam, Zhielle yang berjalan di belakang Frankenstein menatapi punggungnya dengan sedih, ia kemudian berhenti di depan taman bunga lili dimana mereka singgah sejenak pagi tadi.
"aku... Akan pergi besok" Frankenstein berbalik, menghadapi Zhielle yang sedang menunduk sayu
"kenapa?"
"aku sudah baikan, lagi pula aku tidak mau membebani diri mu"
"bukankah sudah ku bilang tidak begitu"
"tidak..., tidak perlu meyakinkan ku, aku sebenarnya, sangat suka berada sedekat ini dengan mu"
"lalu, bila kau merasa suka, kenapa kau ingin pergi?"
"meski aku suka, aku pikir kau mungkin tidak, kau hanya merasa harus menjaga ku, aku tidak bisa begitu"
"sudahlah..., lupakan omong kosong ini" balasnya dengan nada ketus, Frankenstein kemudian menjauh dari Zhielle
"kau mungkin tidak merasa bermasalah sekarang, tapi nanti, esok, lusa, minggu depan, tahun berikutnya, kau akan bosan dan benci pada ku, sementara aku yang sudah sangat senang bisa berada sedekat ini dengan mu harus terbiasa untuk di tolak oleh mu" ucap Zhielle setengah berteriak, Frankenstein berbalik memandangnya
"bahkan jika pun itu hanya untuk melindungi seseorang, aku tidak akan bisa sampai sejauh ini... Apa kau selalu berfikir bahwa aku terpaksa menerima ini semua?"
"benar"
"baiklah... Anggap ini adalah permintaan terakhir ku, dan aku tidak akan mengulanginya lagi" Frankenstein meraih sekuntum bunga lili di sampingnya, ia membentuknya menjadi sebuah cincin dan menggenggamnya
"tidak ada gaun pengantin putih, atau cincin maupun bunga bertebaran di kaki mu, tidak ada yang akan datang dan memberi mu selamat, aku juga tidak pernah tau pernikahan seperti apa yang kau mimpikan, kau mungkin tidak akan selamanya hidup bahagia dengan ku, beberapa kali aku mungkin akan membuat mu menangis dan menderita, tapi jika kau percaya pada ku, ambillah cincin ini dan menikahlah sekali lagi dengan ku" Zhielle terdiam sejenak tak percaya
"kau melamar ku?"
"kau terima atau tidak?" Zhielle terharu dan menangis
"aku mau..., aku mau" ia menghambur dan memeluk Frankenstein, Frankenstein hanya meliriknya dengan sebuah senyum
"pakaikan" pinta Zhielle, Frankenstein lalu memakaikan cincin itu pada Zhielle
"aku Frankenstein, berjanji akan selalu menjaga mu, meski aku egois dan keras kepala juga sedikit kasar, kau harus berjanji untuk selalu bersama ku, apa kau akan menerima ku?" Zhielle mengangguk
"aku..., Zhielle walaupun seorang vampire tapi aku akan berusaha untuk tidak meminum darah Frankenstein, dan meski aku bodoh, agak lamban dan tidak berbakat mengerjakan pekerjaan rumah kau harus menerima ku, jadi kau akan bersama ku selamanya"
"ku putuskan begitu" mereka pun berpelukan hangat di bawah naungan bintang

Noblesse Fanfic Frankenstein Love Story 2 (Tamat) Lanjut Part 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang