1

1K 81 14
                                    

Frankenstein terbangun di pagi hari,  disampingnya tempat tidur Zhielle telah kosong, ia melirik sejenak keluar jendela, seketika tatapannya tertuju pada sebuah gelas dan termos kecil diatas meja disisinya, dengan selembar memo
"Aku bangun lebih pagi hari ini untuk berolahraga, saat aku melihat sebuah gelas di atas meja, aku tiba-tiba teringat bahwa kau akan sangat sibuk pagi ini, jadi kubuatkan segelas kopi untukmu, tapi karena cemas akan dingin sebelum kau bangun maka, aku meletakkannya dalam termos kecil ini, selamat menikmati dan berjuanglah..."
Dari Zhielle
Frankenstein tersenyum membalas pesan itu.

Zhielle telah kembali dari berolahraga dan mendapati rumah telah sepi
"Semua sudah pergi, apa kakak suka teh yang kubuat ya? " gumamnya, ia beranjak ke kamar, saat membuka pintu ia sedikit terkejut mendapati Frankenstein sedang berganti baju dan hanya mengenakan celana kain hitam panjang seperti yang selalu dikenakannya, rambut dan tubuhnya basah, sinar matahari dari jendela disampingnya membuat kulit dan tubuhnya berkilau keemasan.
"Maaf," kata Zhielle canggung "Aku akan keluar"
"Tidak perlu"
"Tapi"
"Tolong ambilkan kemeja untuk ku" Zhielle  berpikir sejenak, kemudian dengan sedikit gugup membuka lemari di depan Frankenstein, ada banyak kemeja pria didalamnya, ia sedikit bingung memilih
"Kau mau kemeja warna apa? "
"Kau suka warna apa? "
"Aku suka kemeja yang selalu kau kenakan? "
"Yang putih? " Zhielle mengangguk tanpa berbalik padanya
"Kalaubegitu, ambilkan yang putih"
Setelah menggapai kemeja putih yang dimaksud, Zhielle berbalik dan mendapati dada bidang Frankenstein tepat didepannya, wajahnya sedikit memerah
"Ini" ia menyodorkannya sambil menunduk malu
"Bisa kau pakaikan untukku? "
"Rambutmu sedikit basah, bisakah aku mengeringkannya? "
"Aku tidak punya banyak waktu"
"Aku punya pengering rambut"
"Baik, tapi cepat"
"Baik," Zhielle mendorong tubuh Frankenstein ke meja riasnya yang berada didekat pintu, ia mengambil handuk dan mengeringkan rambut Frankenstein sebelum menggunakan pengering rambut diatas meja, dengan cekatan ia mengeringkan rambut keemasan Frankenstein sementara pria itu meraih ponselnya.
"Aku iri, ternyata rambutmu sangat bagus, tebal dan lembut, rambutku sedikit kasar dan sulit disisir, kupikir sisir ku akan menjerit saat memulai menyisir rambutku"
"Benarkah? "
"Iya, " Zhielle mengamati Frankenstein yang lebih serius dengan ponselnya "Kau sedang mengobrol dengan siapa? "
"M21"
"Kenapa? "
"Dia sedang berada di KSA, dia meminta ku tempo hari untuk, merawat sendiri M24, jadi aku akan sangat sibuk belakangan ini, tidak masalah kan bila kau berlatih sendiri? "
"Tidak apa-apa, rambut mu sekarang sudah setengah kering, aku akan mengambil kemeja mu sekarang," ia meraih kemeja putih di atas tempat tidur "Berbaliklah sebentar,"
Zhielle berlutut didepan tubuh jangkung Frankenstein yang sedang duduk didepannya, ia menyimpulkan sebuah senyum pada Frankenstein yang bahkan tak membalasnya, dengan perlahan dikancingkannya kemeja itu dengan rapih dan hati-hati
"Apa perasaan ku saja,atau ototmu jadi tambah besar sekarang? "
"Kenapa bertanya begitu? "
"Hanya penasaran"
"Tanyakan hal lain saja"
"Kalau kau sibuk, itu berarti kau akan amat sangat, amat mengabaikanku?"
"Tidak akan amat sangat amat mengabaikanmu, hanya mengabaikanmu"
"Itu terdengar buruk"
"Tidak akan amat sangat amat buruk"
"Heei... Kau meniruku"
"Kau menulariku"
"Aku tidak bervirus, aaah... Sudah selesai" Zhielle kembali tersenyum hangat pada Frankenstein
"Duduk disini..., " Frankenstein menepuk-nepukkan tangannya kesamping kursi, memberi Zhielle isyarat duduk disampingnya, saat berada didekatnya, Frankenstein menjatuhkan kepalanya dibahu Zhielle
"Kenapa kau pendek sekali, karena bahumu, leherku bisa patah"
"Itu karena aku pendek, kau harusnya tidak memprotes ku"
"Kau kan bisa mengambil bantal, lalu duduk diatasnya"
"Kalau begitu ambilkan" Frankenstein meraih bantal disampingnya dan memberikannya pada Zhielle, ia meletakkannya diatas tempat kursi lalu mendudukinya
"Sebenarnya apa yang kau makan saat kau masih kecil, sampai kau bisa sependek itu"
"Mana ku tahu, aku sudah lupa, lagipula aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan agar bisa lebih tinggi, selain mengenakan hak tinggi"
"Kalau begitu, tarik badanmu"
"Apa bisa begitu? "
"Apa kau percaya padaku?"
"Mungkin itu bisa membantu"
"aahhh... Kau ini" gerutunya kesal
"Kenapa tidak melakukan percobaan padaku juga, isi mur dan juga baut pada lututku agar aku bisa setinggi dirimu? "
"Kau lagi-lagi meminta hal tidak masuk akal"
"Biar saja"
"Siapa yang mengikat rambutmu? "
"Aku sendiri, apa terlihat jelek? "
"Tidak, tapi aku baru tahu kau memiliki leher yang panjang," jari Frankenstein menyentuh leher Zhielle, ia hanya memandangi Frankenstein dari sudut matanya, jemarinya beralih kematanya"Kau juga punya mata yang besar dan hidung kecil" tandasnya sambil menarik hidung Zhielle lalu meliuk-liukkannya "Kau juga punya bibir tebal"
"Apa kau tidak suka kalau aku punya bibir tebal, kalau begitu aku akan operasi plastik"
"Jika kau melakukan itu, aku tidak akan lagi mengakuimu sebagai isteri ku"
"Itu jahat sekali"
"Biarkan saja"
Zhielle meraih jari panjang Frankenstein dari hidungnya, menggenggamnya dengan lembut diantara kedua tangannya
"Kau ingat, cerita dari buku dongeng yang tempo hari kau berikan padaku? "
"Yang mana? "
"Tentang serigala Gabu dan domba Mei"
"Aku lupa"
"Suatu hari, serigala Gabu dan domba Mei terjebak karena badai, mereka lalu berteduh didalam sebuah gubuk tua, mereka tidak saling tahu identitas masing-masing dan saling memperkenalkan diri, lalu berjanji untuk bertemu lagi keesokan paginya ditempat yang sama, awalnya mereka saling terkejut saat tahu bahwa ternyata Gabu adalah serigala dan Mei adalah domba, tapi hal itu tak mengubah perasaan mereka masing-masing, mereka selalu bersama menghabiskan waktu berdua, lalu, gerombolan mereka kemudian mengetahui hubungan mereka, Gabu diminta memata-matai gerombolan domba Mei, begitupun gerombolan domba Mei menginginkannya memata-matai gerombolan Gabu, tapi karena tidak mau saling mengkhianati mereka lalu memutuskan melarikan diri ke hutan ditengah badai salju lebat, dalam perjalanan beberapa serigala mengepung mereka, dengan susah payah, Gabu melindungi Mei hingga dia sendiri terluka, dan lemah karena sudah beberapa hari ia tidak makan daging apapun, tapi Gabu selalu mengatakan pada Mei bahwa ia baik-baik saja, Mei yang tahu kondisi Gabu kemudian menawarkan dirinya sebagai makanan, tapi Gabu menolak dan bersikeras tidak mau memakan Mei, tanpa diduga ternyata ada serigala lain yang mengejar mereka, sekali lagi Gabu melindungi Mei hingga dia mati karena kedinginan dan kelaparan"
"Aku ingat cerita itu"
"Apakah kau tidak merasa itu mirip dengan kita? "
"Maksudmu aku domba dan kau serigalanya? "
"Memangnya tidak? "
"Aku serigala dan kau dombanya"
"Lalu bagaimana akhirnya? "
"Tentu saja kita akan selalu bersama"
"Kalaukau, suka akhir yang bahagia atau sedih? "
"Akhir bahagia selamanya itu tidak pernah ada, tapi memperjuangkan segala hal selamanya adalah kenyataan"
"Kalau begitu, kencanlah denganku selama 100 hari"
"Aku tidak punya waktu untuk kencan dengan mu"
"kalau begitu setengah hari, ajak aku jalan-jalan, pegang tanganku seperti ini"
"Aku harus pergi sekarang, aku banyak urusan," Frankenstein bangkit dari duduknya ia mengambil jas dalam lemari, namun sebelum ia meraih gagang pintu, ia berbalik sejenak
"Aku akan mengabulkan satu keinginanmu hari ini, jadi katakanlah"
"Bawakan aku es krim"
"Kau suka rasa apa? "
"Coklat dan vanilla"
"Kalau begitu, tunggu aku pulang"
"Baiklah" Zhielle tersenyum manis pada Frankenstein yang membalasnya dengan senyum kecil

Noblesse Fanfic Frankenstein Love Story 2 (Tamat) Lanjut Part 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang