3

1K 78 16
                                    

Zhielle menghambur ke laboratorium, sontak Frankenstein, M21, Tao, Takio, Regis dan Seira meliriknya terkejut, wajahnya pucat dan matanya sayu.
"Dimana kakakku? "
"Dia sedang beristirahat di ruang bawah tanah" Frankenstein menyahutnya tenang, sementara kepanikan menghias wajah Zhielle, ia begitu kacau.
"Aku harus menemuinya"
"Dia sedang tidur, jika kau mengganggunya, kau hanya mengganggu waktu istirahatnya" Frankenstein nampak kesal menanggapi tingkah Zhielle di hadapannya, gadis itu sedikit terkejut dan memasang wajah penuh penyesalan.
"Aku minta maaf, aku buru-buru datang dari sekolah saat mendengar bunyi ledakan, ini sedikit terlambat, apa yang terjadi sebenarnya? " orang-orang kompak memasang wajah sedih mendengar pertanyaannya, sementara Frankenstein sendiri berusaha tetap tenang dalam situsi itu.
"Tuan Raizel, dia sudah bertarung dengan tetua ke 10, dan menggunakan kekutannya demi menyelamatkan aku dan Takio"
"Benar, semua ini terjadi karena kami"
"Kakakku melakukan itu karena bagi dia, kalian sangat penting... Kalian berjuang dengan keras melindungi kota ini, melindungi orang yang kalian cintai, dibandingkan kalian, rasanya aku begitu menyedihkan" Zhielle meninggalkan mereka semua dan menuju ke ruang bawah tanah, tempat di mana peti mati Raizel berada, ia duduk disampingnya dan menangis, memeluk peti mati keemasan itu dengan wajah berbalut putus asa.

Tak berapa lama, Frankenstein datang dan menghampirinya, dengan masih mengenakan pakaian lab nya, ia mendekat ke arah Zhielle dan memegang bahunya, penuh perhatian.
"Ayo, tuan hanya perlu beristirahat beberapa lama"
"Harusnya aku, mendengarkan ucapanmu tempo hari, jika saja aku tidak mengambil langkah ceroboh maka, aku yakin dengan kemampuanku aku akan bisa menyelamatkan kakakku sekarang" Zhielle terisak sedih, kedua matanya lekat menatap peti mati di depannya, tampak khawatir, Frankenstein lalu menarik lengannya, menuntun gadis itu ikut dengannya, dan meski sedikit enggan Zhielle pun tak bisa menolak, ia mengikuti Frankenstein dengan wajah tertunduk ke laboratoriumnya yang nyaris hancur akibat ulah dari M24. Memasuki ruangan itu Zhielle baru menyadarinya dan melongo sejenak.
"Ini, apa yang terjadi pada fasilitas lab mu? "
"M24, dia rupanya menyusup dan mencuri data kemudian merusak tempat ini"
"Kenapa kau begitu ceroboh, kau menaruh semua datamu dan dia berhasil mencurinya? "
"Tidak seluruhnya, hanya sebagian data dari penelitian baru-baru ini, lagipula belakangan aku sibuk dan melupakan mengamankan file ditempat ini"
"Jadi kau akan menggunakan lab bawah tanah? "
"Benar, perlu beberapa persiapan dulu untuk bisa menggunakannya" Zhielle dengan wajah frustasi dan sedih melangkah ke arah tempat tidur di depannya, sementara Frankenstein duduk di kursi depan komputer, suasana hening menyergap mereka berdua
"Apa yang harus kulakukan? " suara Zhielle nyaris tak terdengar karena begitu lemahnya ia bicara, kepalanya menunduk dalam dengan kedua tangan mencoba menutupi wajahnya, melihat itu membuat Frankenstein cemas padanya.
"Kau kenapa? "
"Entahlah... Belakangan ini aku merasa tidak berguna dan hanya duduk sebagai penonton, aku semakin lemah dan tidak bisa mengandalkan diriku sendiri... Apa yang sudah terjadi padaku? " Air matanya menetes begitu saja, menderas tanpa ia sadari, Frankenstein beranjak dari kursi mendekat ke arah Zhielle dan meraih tubuhnya, memberikan pelukan dalam dadanya yang kokoh "Jika saja aku bisa lebih kuat, dan tidak manja, kenapa tubuhku sangat lemah, kenapa begitu? "
"Semua ini bukan salahmu, kita tidak pernah menginginkan ini terjadi, tenanglah"
"Aku perlu waktu sendiri" Zhielle melepaskan pelukan Frankenstein dari tubuhnya, dan berlalu meninggakan dirinya yang tanpa ia sadari menatapnya penuh arti.

Keesokan paginya Frankestein masih sibuk berkutat di laboratoriumnya yang lain dibawah tanah, ketika kemudian Zhielle menemuinya
"Kau sibuk sekali"
"Aku harus mengatur file dan informasi mengenai  penelitianku" fokusnya begitu terarah pada layar komputer didepannya
"Latih aku"
"Sudah kubilang, aku tidak akan melatihmu jika kau tidak memiliki stamina yang bagus"
"Itu mustahil, semua kekuatanku sudah tidak sama dengan dulu"
"Kalau begitu, buatlah menjadi sama"
"Kau bercanda, kau memintaku berlari dan berolahraga hanya untuk menahanku, kau tidak mengijinkan ku lagi bertarung"
"Kau terlalu putus asa" Frankenstein mengalihkan perhatiannya pada Zhielle, mencoba mengerti kekalutan gadis itu
"Frankenstein"
"Boss" Tao, Takio, M21, Regis dan Seira mengunjunginya bersama, membuat percakapan diantara mereka terhenti, mata birunya menatap mereka, sementara Zhille menarik dirinya mundur ke arah tempat tidur
"Ada apa? "
"Bisakah kau membantu kami? " lanjut Tao
"Apa yang kalian inginkan? "
"Kami ingin menjadi lebih kuat, apa yang terjadi sekarang karena kami terlalu lemah" Sergah Takio
"Kalian sudah lebih kuat dibandingkan sebelumnya" Frankenstein bangkit dari duduknya dan memperhatikan mereka semua
"Tidak, kami menginginkan lebih, kami mohon latih kami"
"Kalian bisa saling bertarung untuk berlatih"
"Tidak, kami butuh seseorang yang lebih kuat untuk melatih kami"
"Apa yang dikatakan M21 benar, kau memiliki pengalaman bertarung lebih banyak, kau bahkan sudah terbiasa bertarung dengan musuh yang lebih kuat darimu dan bisa menang, kami membutuhkan orang sekuat dirimu untuk melatih kami" Tao mencoba meyakinkan Frankenstein dengan berapi-api
"Apa yang kalian katakan memang benar, aku sudah terbiasa bertarung dengan para kepala keluarga di Lukedonia, aku menantang mereka berduel bersamaan, membuat ke 12 kepala keluarga mengejarku, tapi sayang sekali hal itu tidak terlaksana karena tuan lebih dulu turun tangan"
"Apa mereka benar melakukan itu? "Regis melirik ke arahnya lekat, seolah tak percaya
"Itu karena Lord memintaku mengalahkan ke 12 kepala keluarga sebelum bisa melawannya, biar bagaimana pun, bagiku saat itu sangat menggairahkan" Zhielle diam-diam meliriknya dengan tajam
"Kurasa aku paham bila kakakku menyegel kekuatanmu" celetuknya, Frankenstein hanya meliriknya tanpa berkomentar
"Tapi, aku tidak akan melatih kalian dengan cara biasa dan tuan juga tidak ingin kalau sampai aku membunuh kalian" Frankenstein melirik mereka semua dengan seringai kejam, namun dengan tajam M21, Takio, dan Tao tak ragu menjawab pertanyaannya
"Itu tidak masalah bagi kami" balas Tao, mewakili jawaban dua karipnya itu tanpa ragu
"Kami sudah bersiap dengan semua kemungkinan"
"Benar kata Takio" M21 nampak memasang wajah penuh kayakinan
"Hanya kau yang bisa melatih kami" timpal Seira, sejenak ia berpikir kemudian memberi jawaban
"Baiklah aku mengerti, tapi kita tidak bisa berlatih disini, aku memiliki pulau pribadi, kita akan kesana dan berlatih ditempat itu, tapi karena tuan tidak boleh sendiri maka, untuk sementara Seira dan Zhielle akan menjaga disini, kalian akan bergantian"
"Aku ikut" pinta Zhielle, pandangan semua orang beralih padanya
"Sudah kubilang kau tidak bisa"
"Suka atau tidak, kau akan membawaku, semua aset mu, baik barang bergerak dan tidak berada di bawah penguasaanku" balas Zhielle begitu yakin, dengan memasang senyum picik, membuat Frankenstein tak berkutik, ia hanya menarik nafas dalam, sementara yang lainnya terlihat kagum.
"Baiklah... Aku tidak bisa mengubah surat perjanjian itu lagi"
"Surat perjanjian apa? " celetuk Tao penasaran, membuat Frankenstein mengernyitkan alisnya saat mengingat kejadian itu
"Jangan mengungkit bagaimana dia memanfaatkan kondisi emosiku tempo hari"
"Itu hanya antisipasi, para wanita manusia senang menggoda dan menguras dompet pria kaya" tandas Zhielle dengan wajah tanpa dosa
"Kau pikir aku sebodoh itu"
"Tentu saja, kau menyerah padaku... Aku merasa kau juga cukup gampang goyah"
"Dalam latihan nanti, aku tidak akan bersikap lembut padamu" Frankenstein mencoba mengalihkan pembicaraan mereka
"Kapan kau lakukan itu" protes Zhielle sambil lalu dengan wajah dingin

Noblesse Fanfic Frankenstein Love Story 2 (Tamat) Lanjut Part 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang