4

993 83 15
                                    

Mereka telah bersiap berangkat ke pulau pribadi Frankenstein, Zhielle beranjak dari kamarnya dengan percaya diri, mengenakan pakaian terusan putih bermotif floral merah muda, kacamata hitam dan topi lebar putih, semua orang memandanginya keheranan, begitupun Frankenstein yang tak habis pikir dengannya.
"Kita akan pergi latihan, bukan berlibur" Zhielle membalas ucapanya dengan senyum simpul
"Fashionku nomer 1, siapa peduli tujuannya" Seira lalu di sisinya, dengan sigap ia meraih jemarinya dan langsung melompat memeluknya
"Kuserahkan kakakku padamu, tolong jaga dia" Seira nampak kewalahan dan sulit bernafas menerima pelukan itu
"T... Tentu saja, tapi tolong lepaskan saya, saya kesulitan bernafas" dengan salah tingkah Zhielle melepas pelukannya
"Ah... Maaf, aku sulit mengendalikan diri, tapi tunggu... Kulihat belakangan kau hanya memakai pakaian itu, begitu aku kembali, aku akan membuatmu seperti boneka"
"Jangan mengajarkan yang tidak-tidak padanya" timpal Frankenstein, Zhielle lewat didepannya dengan cuek sambil menarik koper merah miliknya
"Rasanya akan menyenangkan bila aku punya anak perempuan" gumamnya begitu saja

Didalam helikopter Zhielle sibuk memainkan ponselnya disamping Frankenstein yang lebih sibuk dengan laptop warna abu-abu miliknya, sementara yang lainnya duduk didepan mereka dengan tenang dan tak banyak bicara.
"Apa aku harus update status liburanku, atau mengambil foto" gumam Zhielle spontan dengan wajah serius
"Jangan menulis apapun di akun media sosial mu" tanggapan Frankenstein sontak saja membuat ia melirik
"Kenapa? "
"Akan berbahaya jika ada yang tahu dimana kita berada"
"Kau pikir tetua Union  juga menggunakan SNS, itu bagus sekali, mungkin saja bila aku memfollow akunnya dia akan berhenti berbuat onar, mungkin mereka adalah jenis manusia kesepian"
"Ha ha ha ha... Ucapanmu membuatku tertawa"
"Tertawamu itu terpaksa sekali"
"Kau pikir yang kau bilang itu lucu? "
"Tidak"
"Kalau begitu diamlah"
"Kalau begitu aku main game saja"
"Tidak ada game" Frankenstein menarik ponsel hitam Zhielle dan memasukkannya dalam saku jas hitamnya, Zhielle yang tak terima mulai memasang wajah dongkol, dia menaikkan tubuhnya keatas kursi dan mendekat ke arah Frankenstein sambil menggeledah tubuhnya, membuatnya merasa terganggu dan tak nyaman.
"Hentikan itu, menggerayangi ku seperti itu"
"Kalau begitu berikan ponselku"
"Tidak"
"Berikan Frankenstein" rengek Zhielle yang mulai merajuk
"Tidak" balasnya, Zhielle mendekatkan wajahnya pada Frankenstein, menatap iris mata birunya lekat, namun pria itu kemudian menarik telapak tangannya yang lebar ke muka Zhielle dan mendorongnya jauh
"Jangan menatapku begitu"
"Galak," balasnya lagi sambil duduk dengan tenang dikursinya, orang-orang didepan mereka melirik salah tingkah, Zhielle membalas tatapan itu dengan menyodorkan tangannya seolah menodong
"Berikan"
"A... Apa? " tanya Takio dengan bingung
"Tentu saja ponselmu" Takio merogoh sakunya mencari ponsel miliknya
"Jangan berikan" balas Frankenstein
"Berikan, atau aku potong gajimu"
"Gaji kalian adalah mutlak dibawah pengawasanku, jadi jangan berikan"  Takio menjadi kebingungan dengan perdebatan mereka berdua, sementara Zhielle melirik picik ke arah Frankenstein
"Mutlak dibawah pengawanmu? Yang benar saja, aku ini adalah bendahara SMA Ye Ran" tak mau kalah, Frankenstein menimpalinya dengan sinis
"Tanpa tandatangan ku, kekuasaanmu tidak berguna"
"Tanpa berkas dariku, tandatangan mu tidak berguna, aku bisa menahan semua berkas gaji karyawan SMA Ye Ran, sekolah akan lumpuh, para karyawan mogok, dan sekolah kacau... Hahahahahaha" tawanya bangga, sementara Frankenstein terdiam kehilangan kata-kata
"Jadi aku harus? "
"Berikan padaku" pinta Zhielle pada Takio
"B... Baik"

Mereka telah tiba di pulau tersebut, angin yang cukup kencang akibat baling-baling helikopter tersebut terasa seperti badai yang mengombang-ambing, menemani langkah mereka ketika turun dari helikopter.
"Kita istirahat dulu, dan membongkar barang, latihan akan dilakukan nanti"
"Kenapa tidak sekarang saja"
"Benar ucapan Tao, kami bisa istirahat dan membongar barang nanti" kata M21 menyambung, Frankenstrin berpikir sejenak, dan tak bisa menolak keinginan mereka.
"Kalau itu yang kalian inginkan" mendadak Dark Spear menghujam tubuh mereka berempat, sontak mereka terkejut, sementara Frankenstein hanya menyeringai kejam
"Kenapa tiba-tiba" komentar M21 spontan
"Kalian harus bersiap dengan segala macam bentuk serangan" Zhielle yang berdiri disamping Frankenstein hanya melongo, ia menarik kemeja Frankenstein didekatnya
"Kenapa aku tidak? "
"Mereka akan melatih kekompakan mereka sebagai sebuah tim"
"Aku mengerti" Zhielle lalu, kemudian mencari tempat duduk yang teduh dan menatapi mereka semua yang mulai sibuk berlatih.

Sudah berjam-jam mereka semua berlatih, pakaian mereka berantakan dengan banyak lecet dan luka, serta keringat yang membanjir ditubuh mereka, Tao, Takio, M21 dan Regis, bersungut lalu duduk di tempat duduk Zhielle yang sudah menyediakan handuk dan minuman, ia menyodorkannya masing-masing pada mereka.
"Terimakasih" timpal mereka kompak, Zhielle mengelus rambut Regis dengan sayang
"Kau sudah berjuang keras" mendapat pujian itu, membuatnya bersemu malu, sementara Frankenstein masih berdiri tanpa terlihat lelah, Zhielle mengambil sebotol minuman dan handuk, melemparkan padanya, diraihnya kedua benda itu tanpa kesulitan.
"Giliranku ya?" Tanya Zhielle sambil menatap Frankenstein yang sudah menghabiskan sebotol air minum itu seketika
"Terserah kau saja"
"Gunakan Dark Spear tidak? "
"Akan kulihat jika itu perlu"
"Baik, lalu aku harus menyerang dengan jurus taekwondo, atau karate? "
"Sesukamu saja"
"Baik, tapi masalahnya aku tidak tahu keduanya... "
"Kalau begitu, gunakan yang kau tahu"
"Baik... Baik, aku mulai bersemangat"Zhielle menarik nafas dan mulai mengambil langkah cepat, menyerang Frankenstein, ke 4 orang itu menatap serius latihan tersebut
"Kau pikir siapa yang menang? " komentar Takio begitu saja
"Tentu saja Frankenstein" balas M21 yakin
"Tentu saja" Regis pun menyetujui
"Kurasa tidak, pasti Zhielle yang menang" Tao tersenyum dengan pendapatnya sendiri
"Kenapa begitu? "mereka semua kompak bertanya padanya
"Kalian tidak lihat, mau sekejam apapun boss kita, saat berhadapan dengan Zhielle bukankah dia juga berubah menjadi luluh, bisa dibilang, sekejam apapun seorang pria, didepan wanita yang dia cintai, dia akan tetap menjadi lembut"
"Aku sependapat dengan omongan Tao" balas Takio disampingnya
"Tapi ini berbeda, ini latihan, kupikir dia tidak akan berlaku lembut kali ini"
"Aku kali ini setuju dengan pendapat M21"
"Ckckckckck... Regis,  M21, kalian benar-benar tidak tahu tujuan boss? "
"Apa maksudmu dengan tujuannya, berhentilah mengatakan hal yang tidak perlu" Tao mengalungkan lengannya pada Regis, membuatnya tak nyaman dan melepaskan lengan Tao dengan seenaknya
"Jadi begini kawan-kawan, boss kita melawan kita lebih dulu, menghabiskan separuh tenaganya agar saat dia bertarung dengan Zhielle efek serangannya tidak akan begitu fatal... Bukankah itu masuk akal? " menyadari hal tersebut, membuat mereka semua kompak menatap ke arah pertarungan itu lagi.

Frankenstein mengimbangi kecepatan gerak Zhielle, mereka tampak tak begitu serius bertarung, karena Zhielle sendiri tidak memberikan efek serangan yang cukup fatal selain hanya mencoba mendaratkan pukulan ketubuh Frankenstein, ia terhenti dan membuang nafas beberapa detik.
"Kurasa ini tidak begitu berguna, seperti sedang main saja" protesnya
"Lalu kau mau apa? "
"Seriuslah sedikit" Zhielle mengeluarkan pedang miliknya, Shadow sudah berada dalam genggamannya, Frankenstein melakukan hal serupa
"Penuhilah panggilanku, Dark Spear" Senjata yang ganas itu sudah berada dalam tangannya yang mengepal
"Ini lebih baik"
"Aku belum tahu sejauh apa kemampuanmu selama ini, saat kita bertarung aku tidak mendapat kesempatan cukup baik untuk menguji kekuatanmu, aku memang tidak begitu menaruhmu dalam list bangsawan yang ingin ku kalahkan"
"Yaa... Bisa dibilang, aku tidak begitu kuat, aku tidak lihai dalam pertarungan tapi aku sangat ahli menghabiskan uang"
"Kurasa mempertimbangkan menarik kartu kredit mu"
"Apa? " Zhielle memulai serangan awal pada Frankenstein, dengan cekatan ia berhasil menahan arah pedang yang mendekat padanya
"Aku lihat tagihan kartu kredit bulan ini dari mu lumayan cukup besar" mereka saling berhadapan dengan pedang didepan wajah mereka berdua
"Itu, bukan salahku, diskon itu menggodaku, mereka memanggilku dengan mengiba, kau tahu menghindari diskon adalah dosa" Zhille bergerak ke arah punggung Frankenstein, ia berbalik segera dengan Dark Spear
"Jangan membuat pembelaan tidak perlu" mereka terus sibuk saling mengayun pedang dengan kompak
"Kalau aku terlihat cantik, itu juga untukmu" balas Zhielle yang meloncat tinggi dari arah tak terduga
"Tapi bukan aku yang memakai tas dan sepatu itu" pedang Zhielle menghilang begitu saja, tanpa terasa ia sudah menggunakan kekuatannya selama 5 menit, ia jatuh dalam pelukan Frankenstein yang meraih tubuhnya, Zhielle menatapnya sedih
"Jangan ditarik"
"Kita lihat nanti"
Frankenstein melepas tubuh Zhielle, berjalan ke arah anak-anak lainnya berada, sementara Zhielle mengekor gontai
"Lihat sekarang saja, jangan ditarik, aku akan hemat bulan ini" ia mencoba meyakinkannya, namun Frankenstein tak menanggapi.

Noblesse Fanfic Frankenstein Love Story 2 (Tamat) Lanjut Part 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang