34

16.5K 842 34
                                    

Hari yang Zain tunggu. Kini mereka sudah bersiap dari pukul 4.30 pagi untuk bisa datang ke pantai lebih awal.

Amel masih tertidur di sofa, sedangkan Zain membantu ayahnya memasukan barang ke bagasi.

"Keyla? Tolong masukin roti ke wajah yang itu ya?"

"Ya bun."

"Masikkin juga susunya Amel."

Memasukan semua persediaan dan perintah Bunda.

"Udah bun."

"Kasih ke Zain suruh masukkin ke mobil."

Membawa keranjang yang penuh dengan makanan dan keperluan.

Mencondongkan keranjang itu tanpa suara ke Zain.

"Apa?" Tanya Zain memancing suara Keyla untuk keluar.

"Inihh masukin mobil!" Ujarnya, lalu Zain menerima keranjangnya, setelah itu memasukan dlm mobil.

"Udah beres semua, Zain kamu gendong Keyla masuk ke mobil ya."

"Bun Keyla disini?"

"Astaga, maaf maksudnya gendong Amel."

Gak cuma gendong bun, nikahhin juga Zain mau.

Semua terkekeh memdengar kesalahan nama saat bundanya menyuruh Zain, kecuali Keyla.

*

Perjalanan menuju pantai, dimana Zain duduk di samping kemudi, atau di samping ayahnya sedangkan bagian tengah ada Keyla Amel dan bundanya.

"Semoga kita bisa liat sunrise."

"Iya apalagi anak kayak mereka ini suka banget sama namanya sunrise." Ucap Yasser, menyindir Zain dan Keyla.

"Dari kemarin diliat liat kalian berdua kok diem aja nih?" Tanya bundanya, karna biasanya pasti mereka berantem atau gak Keyla suka deket deket Zain gitu.

Tak ada yang menjawab.

"Tuh ditanyain bundanya diem, kalian lagi berantem? Udhlahh baikan gih mau seneng-seneng tapi berantem."

"Zain? Kamu sama Keyla kenapa?"

"Hoammm..." tiba-tiba Amel terbangun.

"Eh udah bangun sayang?"

"Bunda susu.."

"Keyla ambilin susunya yang di dot punya Amel." Membalikan badannya ke kursi belakang, meraih dot punya Amel lalu memberikan kepada adiknya.

Dengan cepat Amel meminumnya, umurnya sih udah 7 tahun tapi kelakuannya masih kayak anak umur 5 tahun.

"Kalian belom jawab kenapa berantem? Ada masalah apa? Tumben tumbenan."

"Amel tau." Amel angjat bicara membuat Keyla dan Zain melototinya.

"Nga.. ngak tau deng."

"Masalah kecil kok yah, palingan nanti juga lupa." Ujar Zain memalingkan perkataan Amel tadi.

"Iya ya, secara kalian kan anak labil." Ujar bunda sambil membuat ayah tertawa.

Keyla tu yang labil.

Kak Zain yang labil, mana ada gue labil.

*
Sesampainya di pantai, yang jauh dari kota, mereka sampai pukul 05.15 pagi ini sempatan mereka bisa melihat sunrise bersama keluarga.

"15 menit lagi sunrise, ayah sama bunda mau ngurus penginapan dulu ya, Amel mau ikut siapa?"

Zain melirik ke Amel, berharap dia ikut dengan orang tuanya, dan membiarkan Keyla bersama dengan Zain.

"Ikut ayah sama bunda, Amel juga gak tau apa itu rice."

"Sunrise bukan rice."

"Tauk deh, Amel sama ayah aja, ayah gendong." Yasser meraih tubuh Amel lalu menggendongnya, yaudah kalian jalan-jalan disini aja, nanti ketemuan di mobil ,berlahan ayah dan bundanya pergi tak lupa adik kecilnya.

"Key," meraih tangan Keyla.

"Jangan sentuh gue."

"Izinin gue jelassin semuanya, baik-baik.."

"Gak kak, jangan rusak mood gue!" Lalu dia pergi.

Membiarkan Keyla jalan beberapa langkah lebih dulu. Dia tak ingin Keyla tambah membencinya dengan meminta maaf terus menerus.

Tapi... belum jauh dari tempat mereka jaga jarak, ada segerombolan anak muda seumuran dengan Zain datamg dari arah yang berbeda, dengan jalan sempoyongan dan tertawa tak karuan.

"Cewek bro." Ujar teman satu gerombolannya.

"Haii manis.. lagi olah raga ya? Mau dong abang temenin." Raut wajah Keyla menjadi panik tak mau hal yang dulu terjadi dengannya.

"Sorry, gue mau pergi, minggir!!"

"Jangan pergi dulu dong, kamu mau minum?" Menyodorkan sebotol bir kearah Keyla.

"Gak makasih, tolong minggir sebelum gue teriak."

"Sebelum kamu teriak mungkin kamu udah kita telanjangin." Keyla melotot! Bulu kuduknya berdiri, kali ini mereka benar benar brengsek, Keyla takut hal buruk menimpanya.

Zain sempat kehilangan jejak Keyla, tapi saat beberapa langkah dia lakukan, akhirnya menemukan Keyla, dengan segerombolan laki laki cabul!

"Berhenti ganggu dia!!" Semua menoleh.

"Ada yang sok jadi pahlawan rupanya.

"Pergi! Sebelum gue buat kalian semua bonyok!"

"Oh jangan jangan lo mau ikut kita godain nih cewek, tenang bro santai kita bagi bagi giliran, apa lo mau yang pertama nyobain tubuh nih cewek, ok kita mulai sekarang-"

Brukkk...

"Brengsekk!! Dia adek gue bajingan!!"

Druuugg...

Brukkk...

Hantaman dengan seluruh emosi Zain yang selama ini dia pendam, dia lampiasakan ke seluruh gerombolan pria itu, apalagi mereka sedang mabuk jadi peluang Zain lebih banyak untuk bisa mengalahkan mereka.

"Pergi!! Jangan nganggu adek gue lagi brengsek!!" Dan mereka lari ketakutan, Zain benar benae berbeda jika sudah mulai fight, dia akan lebih terlihat ganas dan menakutkan.

"Hikkss..hikss.." keyla menangis, Zain buru-buru menarik adiknya itu dalam pelukannya.

"Jangan nangis Key, ada gue disini."

"Kakk.." memeluk Zain erat.

"Makasih kak.."

"Iya Key, ini juga udah tugas gue ngelindungin adik adik gue, kan gue udah bilang." Keyla mengangguk.

"Jangan suruh gue pergi dan ngejauh dari lo Key, tolong maaffin gue. Kalok lo belom bisa maaffin gue, setidaknya lo coba denger semua penjelasan gue dulu.."

"Gue cuma butuh lo dengerin gue.. dan maaffin gue, lo mau?"

Keyla mengangguk, zain tersenyum senang.

"Jangan nangis lagi ya? Kakak ada disini, jangain Keyla." Memeluk Zain sekali lagi, itu kata-kata yang pernah Zain lontarkan waktu Keyla juga sempat di ganggu dengan anak nakal di kompleknya dulu.

Zain menggandeng Keyla hingga bibir pantai untuk melihat sunrise yang akan terjadi 5 menit lagi. Mereka terlihat selayaknya seorang kekasih sangat cocok.

"Jadi apa yang mau kakak omongin?"

Apa gue harus terus terang sekarang? Dan bilang kalok gue punya perasaan lebih ke dia?

_________

Menurut kalian Zain bakal cerita semuanya gak?

Nah tunggu sampek gue next lagi:v sekarang vommentnya, jan lupa yang belom follow gue buruan follow sebelum gue private🔒typo epliwel.

I Love My Stepbrother ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang