Prilly tengah duduk di ruang daddynya. Menatap geram orang tua yang ada dihadapannya itu.
"Daddy! Kenapa siih!? Prilly capek niih. Manggil tapi dikacangin juga." Prilly mencibir daddynya. Daddy Prilly terkekeh.
"Yaudah balik ke kelas. Udah bel dari tadi. Daddy cuma pengen liat wajah kamu doang." Prilly melebarkan matanya.
"Ish! Dasar daddy ngeselin!" Prilly menghentakkan kakinya dan melangkah menuju kelasnya.
Ia berlari kecil. Ia tau pasti ia akan dimarahi lagi hari ini. Prilly mengetuk pintu kelasnya. Ia menunduk.
"Dari mana saja kamu Prilly?" Suara Bu Dian menggema ditelinga Prilly. Prilly mulai mengangkat kepalanya.
"Dari ruang dad.. Eh. Ruang Pak Rizal bu." Prilly merutuki kebodohannya yang hampir saja keceplosan tentang daddynya.
"Ya sudah duduk." Prilly mengangguk lalu kembali duduk ditempatnya.
Ali menatap Prilly aneh. Rasanya ia sangat dekat dengan Pak Rizal yang menurut murid murid disini sangat cuek dan dingin. Sama seperti dirinya.
Sesaat kemudian Ali kembali fokus pada buku dan pelajaran. Begitupun Prilly.
***
Prilly menjatuhkan kepalanya di mejanya. Pelajaran terakhir tidak ada guru. Jadi semua murid leluasa melakukan apapun.
Prilly menguap berkali kali. Matanya mulai terpejam.
"Hei!" Suara Angel terdengar di telinga Prilly. Prilly mendengus. Ia memutar bola matanya.
"Apa lagi sih Ngel?" Prilly berucap lemas.
"Lo gak usah sok kecentilan sama Baby Ali ya!" Angel mencubit pipi Prilly. Prilly meringis.
"Apaan siih kamu? Aku gak kecentilan." Angel mencibir Prilly. Tangannya kembali melayang pada rambut Prilly.
Mereka berdua tak sadar jika dibelakang Prilly masih ada manusia yang sedang mereka perdebatkan.
Prilly menahan tangan Angel agar tidak lebih kuat menarik rambutnya.
"Sakiit. Jangan Ngel. Sakit." Prilly meringis.
"Makanya, lo kalau dikasih tau sama gue nurut! Gak ada ya yang gak nurut sama gue! Lo gak boleh deketin Ali lagi!"
Tangan Angel semakin menarik rambut Prilly. Bulir air mata mulai jatuh dipipinya. Semua siswa tak ada yang berani menentang atau berusaha membantu. Karna, mereka tau bagaimana sifat anak itu.
Ali yang melihatnya geram sendiri. Tangannya mengepal.
Ia berdiri. Menggebrak meja dan kemudian menghempaskan tangan Angel dari rambut Prilly.
Ia maju mendekati Angel. Angel tersenyum.
"Lo. Jangan sekalipun nyentuh dia! Lo gak berhak nentuiin pasangan gue! Dan ingat baik baik. GUE. GAK SUKA SAMA LO!" Kata kata itu diucapkan Ali penuh penekanan hingga membuat Angel termundur beberapa langkah.
Pandangannya menatap mata tajam Ali. Hatinya mulai kalut. Ia menggebrak meja kemudian berjalan keluar kelas. Semuanya tampak sunyi dan kembali menjalani aktifitasnya.
Prilly masih saja menangis. Bando yang dikenakannya sudah patah. Rambutnya berantakan. Ali mendatanginya.
Ia merapikan rambut Prilly perlahan. Hingga rambut itu kembali seperti semula. Ia merogoh kantongnya. Ia.mengeluarkan sebuah pita pink kecil. Kemudian diselipkan diantar rambut Prilly.
Kini Prilly terlihat lebih cantik. Matanya tak lagi sembab. Siswi yang melihatnya terlihat iri dengan Prilly. Mereka mencibir Prilly.
Ali menghapus air mata Prilly. Siswi kembali menjerit.
Prilly menatap Ali. Ali menatapnya dingin.
"Makasih." Tak ada jawaban, Ali malah menarik tangan Prilly keluar kelas.
***
Ali masih menarik tangan Prilly kearah rooftop. Prilly menghela nafasnya. Rambutnya diterpa angin. Langit kini mendung. Menambah sejuk udara disekitar.
Ali mengajak Prilly duduk di ujung rooftop. Disana terdapat kursi taman. Tak banyak siswa yang kesini. Hanya Ali yang sering kemari.
"Sejuk banget disini." Prilly menyenderkan badannya di kursi.
"Kalau gue lagi galau. Gue kesini. Lo juga boleh kesini." Prilly menatap Ali.
"Kamu bisa galau juga?" Tanya Prilly polos.
"Lo itu polos atau bego siih? Gue juga punya perasaan kali." Prilly tertawa.
"Maafin deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Learn To Love
Fanfic"Ali. Kamu itu gak bisa senyum ya?" Pertanyaan itu selalu terdengar di telinga remaja usia 17 tahun Ini. Ali hanya menatap dingin sekelilingnya. *** Kapan ya aku bisa liat kamu senyum terus setiap hari? Senyum kamu itu indah tau. Aku bisa jadi tem...