Ali sedang mengumpulkan ranting ranting pohon dengan yang lain. Tapi tak banyak. Semua kelompok hanya satu perwakilan saja.
Ali masih sibuk menggenggam kayu kayu yang ada ditangannya.
"Ishh! Daddy hellow! Ini berat bangettt! Prilly gak kuat."
Ali menoleh saat mendengar gerutuan dari seseorang. Dilihatnya gadis tembem yang sedang duduk dengan kaki yang diselonjorkan. Ia mengusap peluhnya.
Ali yang melihat itu mendatanginya. Ali duduk tepat disamping Prilly.
"Eh Ali." Prilly masih setia memijat pelan kakinya. Ali yang menatapnya heran.
Ali mengambil alih kaki Prilly dan memijatnya perlahan. Prilly terkejut. Tapi ia hanya memandang Ali dengan tatapan anehnya.
"Awwwh! Ali pelan pelan sakit!" Prilly menggerutu manja saat Ali menekan kakinya kuat. Ia hampir menangis.
"Sakit! Udah ah gak usah dipijetin lagi! Bukannya enak malah enek. Kesiksa sakit lagi." Prilly menghapus air matanya yang masih ada dipelupuk matanya. Prilly mulai bangkit.
Ali menggigit bibir bawahnya. Ia sangat gemas dengan gadis ini. Ia menarik tangan Prilly agar duduk kembali. Prilly mengikutinya, tapi ia tak mau menatap Ali.
Ali meraih kaki Prilly lagi, tapi Prilly menolaknya. "Gak Usah!"
Ali kembali menarik kaki Prilly lembut. Ia memijatnya lagi, kali ini tanpa tekanan yang ranggas. Kini All melihatnya dengan pelan dan lembut.
Prilly melihat tangan Ali yang lihai di kakinya. "Kamu jadi tukang pijet ajah. Cocok kok."
Ali mendengus. "Dasar!"
"Udah Li. Aku mau balik ke tenda. Gak enak pagi pagi gini udah dihutan. Entar dikira ngapain lagi udah aku balik ya?" Prilly bangkit dengan membawa kayunya dengan susah payah.
"Sini biar aku bantu sedikit." Ali mengambil sebagian kayu Prilly dan berjalan mendahului Prilly.
***
"Makasih ya Li udah bantuin." Mila mendengar perbincangan diluar tenda. Ia melongo saat melihat keadaan diluar.
Jadi Prilly enak banget.
Ali menaruh kayu Prilly dan kembali mencari kayun lagi.
Mila keluar. "Wuiih Prill! Enak banget jadi lo. Gue irrii!!" Mila mengguncangkan bahu Prilly pelan.
"Ih Mil. Apan siih?" Prilly mendorong pipi Mila.
"Udah yuk makan." Lanjutnya kemudian menyusun kayu kayunya.
***
Semua murid membereskan barang barangnya bersiap untuk kembali pulang. Prilly memasuki bus dan kembali duduk di paling belakang. Ia memasang lagi headshetnya.
Lagi lagi, seseorang melepas salah satu headshetnya. Tak salah lagi.
"Alii! Kamu ganggu aku mulu!"
"Gie penjaga lo. Lo lupa? Gje disuruh sama kekasih gelap lo itu."
Prilly menggerutu. Sangat menyebalkan jika Daddynya sendiri dibilang kekasih gelapnya.
Tapi mau diapaiin? Semua warga sekolah tak tau sebenarnya Prilly anak Pak Rizal. Termasuk sii tengil Ali. Prilly hanya mengelus dadanya sabar.
"Aku mau tidur." Prilly menatap Ali. Ali meliriknya. Ia menepuk bahunya sendiri. Memberi perintah agar Prilly tidur di bahunya.
Prilly menjatuhkan kepalanya. Matanya mulai tertutup rapat.
Ali mengelus kepala Prilly agar tidurnya lebih nyenyak. Diam diam, Ali mengambil tangan Prilly dan di lingkarkan di perutnya. Ali menepuk nepuk tangan Prilly yang berada diatas perutnya itu.
Kepala Ali ikut jatuh diatas kepala Prilly. Alhasil keduanya tertidur.
***
Jangan dibutakan cinta Li! Hahaha! Cinta itu basi! Jangan percaya dengan apapun yang berhubungan dengan cinta! Lo mau di sakitin lagi?
Lo mau kejadian waktu itu kejadian lagi!? Hati hati kelles.
Suara suara itu memenuhi rongga kepala Ali. Membuatnya menggeleng dalam tidurnya. Keringat dingin mulai mengucur dari pelipisnya.
Prilly sedari tadi menatap Ali heran.
"Ali. Heii! Kamu kenapa? Kamu mimpi apa ? Ali bangun." Prilly menggoyangkan perut Ali. Ali tetap saja menyebut kata 'Tidak'.
Prilly mulai kawatir. "Alii!" Prilly mengelus pipi Ali. Disitulah Ali melototkan matanya. Nafasnya naik turun.
Prilly menghapus keringat Ali. Ali mentapnya. Kemudian memeluk Prilly erat.
"Prill. Bilang ke gue kalau cinta itu indah? Bilang ke gue kalau kejadian itu gak akan ke ulang lagi." Prilly meremas baju belakang Prilly. Ia masih memeluk Prilly erat. Kepalanya ia selipkan di leher Prilly.
"Ali. Enggak. Cinta itu indah kok. Kejadian apa? Kalau kejadian itu buruk aku harap gak kejadian lagi. Jangan kaya gini Li. Aku kawatir." Prilly mengelus kepala Ali yang ada dilekukan lehernya.
"Gue takut disakitin." Prilly menggeleng.
"Enggak. Jangan takut jatuh cinta ya. Sstt udah diem. Udah nyampe tuh. Yuuk pulang." Ali mencoba membangkitkan kepalanya. Ia mengucek matanya.
"Makasih Prilly." Ali menatap Prilly sendu. Prilly tersenyum. Prilly menggandeng tangan Ali untuk turun dari bus. Prilly masih berjalan berdempet dengan Prilly. Kepalanya masih ia tempatkan di atas kepala Prilly.
Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Semua murid maupun guru sudah tidak ada disekolah. Akhirnya Prilly membawa Ali ke halte depan sekolah mereka.
"Udah dong. Jangan takut ih. Massa Aliando manja gini. Ushh ushh ushh." Prilly mengelus kepala Ali. Seperti Ibu yang sedang menenangkan anaknya.
"Iya. Ayuk pulang sama gue. Gue anter." Ali mengambil motornya yang terparkir diluar gerbang dan menjalankannya menuju Prilly.
Prilly menaiki motor. Ia memeluk Ali dari belakang. Motor itu melaju meninggalkan kawasan sekolah.
***
"Makasih yah. Jangan sedih terus. Cinta itu indah kok. Belajarlah mencintai." Prilly mengelus kepala Ali. Ali mengangguk.
"Dadah." Ali melambaikan tangannya. Kemudian menjalankan motornya.
Prilly menggeleng dengan senyumnya.
"Ciie ciee dianter ali cieee.." Prilly menepuk dahinya.
"DADDY!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Learn To Love
Fanfiction"Ali. Kamu itu gak bisa senyum ya?" Pertanyaan itu selalu terdengar di telinga remaja usia 17 tahun Ini. Ali hanya menatap dingin sekelilingnya. *** Kapan ya aku bisa liat kamu senyum terus setiap hari? Senyum kamu itu indah tau. Aku bisa jadi tem...