Ali menatap kosong jendela yang terbuka. Tangannya memetik gitar yang mengeluarkan nada nada aneh menurutnya.
"Li?"
Sebuah suara membuyarkan lamunan laki laki itu. Ali menengok. Wajah dinginnya masih ia pancarkan.
"Mama mau ke Swiss." Ali menghela nafasnya. Selalu seperti itu."Terserah mama." Ali kembali memandang jendela. Selalu. Tak pernah ada yang berubah.
Mama Ali menatap anaknya sendu. Sesaat kemudian menutup pintu kamarnya.
"Gue benci ada disini."
***
"Ali!!!"
"Ali lo hebaaattt!"
"Ayoo Lii semangat!"
"Aliii!! Lo ganteng bangeett! Gollin Lii!"
Suara riuh penonton futsal itu tidak sama sekali mengganggu konsentrasi Ali. Hari ini perlombaan futsal antar sekolah.
Pertandingan ini memang diselenggarakan di SMA Ali. SMA Farwell School.
Tak dipungkiri bahwa siswa siswi sekolah yang menjadi lawannya meneriaki Ali. Siapa yang tak mengenal Ali? Jika ada pertandingan, Ali selalu menjadi bintang. Jika ia yang bertanding, seluruh stadion, seluruh ruangan pastinya akan penuh.
Ali sibuk mengincar bola yang sekarang berada di kaki lawan. Matanya menatap tajam.
Ia mengejar bola. Saat ia sudah dekat, kaki Ali di senggol sengaja oleh lawan.
"Aarrggghh!" Ali memegang tulang keringnya. Matanya tertutup rapat.
"Aaliii!!!"
"Aliii! Lo gakpapa Li!!"
"Wooyy!! Pangeran gue jatooh!"
Seluruh ruang futsal kembali riuh. Semua meneriaki Ali yang sedang dibantu berjalan oleh petugas Kesehatan Sekolah.
Ali dibawa ke UKS. Kakinya sudah di perban dan diolesi minyak sedikit.
Tiba tiba pintu UKS terbuka. Seorang gadis menampakkan wajahnya.
"Ali?" Suara lembut gadis itu menarik perhatian Ali. Ali menatapnya.
"Kamu gakpapa? Ada yang sakit? Aku kaget pas kamu diterjang sama anak itu." Gadis itu berjalan menuju brangkar yang ditiduri Ali.
Tangan gadis itu berulah. Mengusap lembut kepala Ali.
"Prill." Ali menatap Prilly dalam.
"Hhm?" Prilly mengambil sesuatu dari kantong kresek yang ia bawa.
Prilly mengeluarkan satu kotak bekal nasi untuk Ali.
"Makan dulu nih." Prilly membantu Ali duduk. Kemudian ia menarik kursi untuk ia duduki.
"Gak mau makan." Ali menatap Prilly datar.
"Kamu harus makan. Supaya cepet sembuh." Prilly tetap kekeh untuk memberi Ali makan.
"Gak. Gue gak laper." Ali menggeleng lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Learn To Love
Fanfiction"Ali. Kamu itu gak bisa senyum ya?" Pertanyaan itu selalu terdengar di telinga remaja usia 17 tahun Ini. Ali hanya menatap dingin sekelilingnya. *** Kapan ya aku bisa liat kamu senyum terus setiap hari? Senyum kamu itu indah tau. Aku bisa jadi tem...