Ali tersenyum manis.
"Pagi, sayang." sapanya saat melihat Prilly kembali membuka matanya. Gadis itu mulai jengah, karena sudah tiga kali Ali mengatakan sapaan itu.
"Diam Ali! Aku masih ngantuk." balasnya sembari menutup kedua matanya rapat.
"Aku mau mengajakmu ke danau kali ini. Ayolah." bujuk Ali masih kekeuh, pria itu sudah bersiap sedari tadi. Tinggal menunggu Prilly yang masih meringkuk dibawah selimut.
"Aku gak mau, ah! Entar gak jadi lagi." tukasnya sembari membalik badan membelakangi Ali.
"Ish. Mau gak? Aku gak suka loh kamu kaya gini sama aku. Besok kita udah balik, dan aku pengen ke danau sekarang. Kalau kamu gak mau, ya udah deh. Aku sendiri." ambek Ali. Ia berpura-pura berjalan menuju pintu.
Tak ada pergerakan sama sekali dengan Prilly. Gadis itu menghiraukan perkataan Ali yang mulai kesal.
"Aa! Prill! Aku kutuk kamu jadi bidadari nih. Ayoo dong! Aku mau kasih tau sesuatu sama kamu." ucapnya berlari kembali ke kasur dan mengguncangkan tubuh istrinya lagi.
"Hm."
"Ya tuhan! Kebo banget ya? Kamu jahat yang."
Prilly pasrah, ia bangun lalu menatap Ali tajam. Tanpa banyak omong, ia langsung menuju kamar mandi.
Ali tersenyum penuh kemenangan.
"Aku tunggu dibawah, yang!" teriaknya dan berlari kebawah.
Dibawah, sudah ada Digo dan Sisi yang tengah sarapan pagi. Cuaca cerah begitu mendukung mood Ali hari ini. Senyumn mematikan itu tak pernah lepas dari bibir merahnya.
"Pagi kawan!" Ali mengecup pipi Digo, perlakuannya yang tiba-tiba membuat Digo tersentak.
Digo menoleh, menatap Ali nakal. Dikecupnya pipi Ali bertubi-tubi. Ali berontak, merengek meminta untuk dilepaskan.
"Najis." tuturnya melirik Digo yang tengah tertawa puas. Ali tak menggubrisnya, ia malah memakan roti coklat buatan Sisi dengan lahap.
"Ali? Ayuk, entar mendung lagi ini." suara Prilly menghancurkan kenikmatan Ali untuk menikmati rotinya.
Ali mengangguk cepat, ia melambaikan tangannya kepada Digo dan Sisi yang memutar bola matanya malas.
***
Ali menarik tangan Prilly halus.
"Disini, aku sama Digo punya rumah pohon. Kamu mau liat?" Philly mengangguk antusias. Di ikuti nya Ali yang memimpin perjalanan.
Tak jauh dari tempat mereka berpijak, ada sebuah rumah pohon yang cukup besar di antara dua pohon yang besar pula. Rumah pohon itu tersambung, bisa menampung sekitar lima sampai enam orang.
Prilly memanjat hati-hati keatas, dibawahnya ada Ali yang perlahan menyusul langkah gadisnya.
"Waktu kecil, aku minta Mama untuk dibuatin rumah pohon. Buat aku main sama teman-teman aku. Tapi, karena disini jarang ada anak seusiaku waktu itu. Aku sering kesini sendirian. Disini strategis, kalau kamu liat kedepan, ada danau. Kalau kebelakang kamu bisa liat perkebunan. Kamu suka disini? Aku gak nyangka aja, dulu aku masih kecil. Sekarang udah jadi suami kamu." senyum Prilly mengembang. Diusapnya pipi berisi milik Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Learn To Love
Fanfiction"Ali. Kamu itu gak bisa senyum ya?" Pertanyaan itu selalu terdengar di telinga remaja usia 17 tahun Ini. Ali hanya menatap dingin sekelilingnya. *** Kapan ya aku bisa liat kamu senyum terus setiap hari? Senyum kamu itu indah tau. Aku bisa jadi tem...