Ali yang melihat Prilly berada di pintu dapur pun mulai mendatanginya. Seperti Prilly belum sadar jika Ali.mendekatinya.
"Apa Ali mau meninggalkanku sendiri?"
Langkah Ali terhenti begitu saja. Jantungnya berpacu dengan cepat.Jangan bilang Prilly mendengar obrolanku dengan Digo.
Ali kembali melanjutkan langkahnya menuju gadis itu dengan wajah yang biasa saja. Ali menepuk bahu Prilly hingga Prilly tersadar.
"Eh.. Al.. Ali?" Prilly langsung berbalik, melanjutkan masakannya yang sempat tertunda. Ali tahu, Prilly pasti mendengarnya. Ia menghela nafasnya kasar.
"Masak apa sayang? Boleh aku bantu?" Prilly mengangguk senang. Ia menyerahkan tepung dan telur untuk Ali.
"Kamu pecahin telurnya terus di masuk in disini. Kalau udah, masukin tepungnya segini. Okey?" Ali mengangguk paham. Dengan hati-hati ia mengetuk telur itu hingga retak. Setelah itu ia langsung membuka telur itu diatas mangkuk.
Prilly yang sedari tadi memperhatikannya begitu jengah. Lama sekali Ali memecahkan telur. Ia langsung menggeser posisi Ali.
"Kamu gak pernah bantu mama dirumah ya?" Ali hanya cengengesan. Ia begitu heboh saat Prilly memecahkan telur dengan hitungan yang cepat tanpa ada cangkang telur yang tercampur di mangkuk itu.
"Hebat kamu yang! Gila aku aja butuh lima menit."
"Lima menit? Sepuluh menit, iya." Ali hanya cengegesan menatap Prilly. Lalu ia kembali membantu gadis itu sambil sesekali mencolek pipinya dengan tepung hingga wajah Prilly berhamburan oleh tepung.
Prilly membalasnya, sampai kue dan sarapan yang mereka masak sudah selesai. Ali membantu menata meja makan, sedangkan Prilly yang menaruh makanan ke piring didapur.
"Wuiih, Ali tobat. Biasanya lo paling gak mau nyentuh dapur. Napa tu muka lo.kaya mau ke medan perang? Gue tau, lo mau tangkap teroris yang bekerjasama dengan ISIS kan?" selidik Digo yang mendapat tabokan dari Ali.
"Enak aja lo. Gue pacar yang baik bantuiin Prilly masak. Nah elo? Makan, tidur, mandi, sama pacaran doang kerjaan lo." sindir Ali.
"Terserah lo deh! Kalo dipikir-pikir gue sama Sisi kaya majikan. Lo sama Prilly mirip juru masak sama pembantu."
Anjir.-
"Somplak ya lo Digo! Gak gue kasih makan baru tau rasa lo! Supaya kaya gelandangan yang kena busung lapar! Melendung perut lo!" teriak Ali sembari menjitaki kepala Digo bertubi-tubi. Digo hanya meringis meminta bantuan Sisi dan Prilly yang tak memperdulikan mereka. Sisi dan Prilly hanya asik makan sembari mengobrol.
"Ampun Ali!! Aaa! Ampuun." Prilly dan Sisi tertawa.
"Ali sudah.. Ayo makan, nanti kamu sakit. Aku gak mau telat makan." suruh Prilly yang langsung diangguki oleh Ali. Ali dengan sigap duduk disamping Prilly dengan senyuman khasnya sampai mata bulat laki-laki itu tak terlihat.
"Lebar amat senyum lo. Lo kira lagi iklan pepsodent?" sambar Digo sambil mengunyah.
"Sayaangg! Liat tuh Digo.. Jahatin aku muluu." rengek Ali pada Prilly.
"Digo! Nakal banget sih kamu! Jangan gangguiin Ali! Aku suruh Sisi buat putusin kamu niih!" Digo terbelalak. Ia langsung mengapit lengan Sisi posesif.
"Mampus lo!" ucap Ali sembari menjurlurkan lidahnya.
Ali mengecup pelan pipi gembul gadisnya. Prilly mengusap pipi Ali lembut lalu membalas mengecupnya.
Digo dan Sisi ikut-ikutan. Digo mencium tangan Sisi lalu Sisi ikut mencium tangan Digo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Learn To Love
Fanfiction"Ali. Kamu itu gak bisa senyum ya?" Pertanyaan itu selalu terdengar di telinga remaja usia 17 tahun Ini. Ali hanya menatap dingin sekelilingnya. *** Kapan ya aku bisa liat kamu senyum terus setiap hari? Senyum kamu itu indah tau. Aku bisa jadi tem...