Learn To Love - 34

16.8K 1.4K 65
                                    

Dipeluknya tubuh Prilly erat sembari melontarkan kata maaf berkali-kali.

"Aku bukan boneka yang selalu di permainkan semau kamu. Aku manusia, punya perasaan. Aku juga punya hati juga punya kesabaran. Kesabaran memang tidak ada batasannya. Tapi, aku sudah lelah dengan semuanya. Kamu ngelarang aku bertemu dengan lelaki lain, padalah kamu sendiri gak ngaca siapa yang awalnya melakukan. Aku juga pengen kamu tau rasanya jadi aku! Aku capek diginiin terus! Aku bukan budak kamu yang terus kamu suruh-suruh sesuai perintahmu. Aku bukan permen karet, jika manisnya sudah habis akan dibuang. Aku juga manusia Li.." lirih Prilly.

Ia sama sekali tak membalas pelukan Ali. Perlahan ia menjauhkan tubuhnya dari tubuh Ali.

Ia mengambil handphone dari tasnya lalu dibuang tepat didepan kaki Ali. Ali hanya diam, menunggu apa selanjutnya yang akan di lakukan oleh gadis ini.

"Aku buang handphone aku. Supaya kamu gak terus salah faham kalau aku gak hubungi kamu. Kamu bisa lihat, batraiku benar-benar habis. Supaya kamu puas, tak ada lagi yang mengganggu fikiranmu. Lebih baik kita introfeksi diri masing-masing. Pikirkan, siapa yang salah disini, siapa yang memulai disini, siapa yang kasar disini. Aku gak mau sakit lagi, lebih baik kita sendiri-sendiri dulu. Seolah-olah kita tak saling kenal. Kuharap kau mengerti."

Setelah mengatakan itu, Prilly langsung berlari meninggalkan Ali yang mulai meneteskan bulir air matanya.

"Prill! Maafin akuuu! Prilllyy! Jangan sayang.. Kumohon jangan pergi.." Ali terduduk si rerumputan halaman dengan tangis yang sudah membanjiri pipinya.

"Gue harap lo bisa lebih dewasa lagi dalam menghadapi masalah, Li." ucap Kevin.

"Gue salah Vin! Gue bodoh! Terlalu bodoh untuk ngertiin dia!" kata Ali penuh penekanan.

"Maaf sayang..."

***

Ali berjalan lesu memasuki kampus. Didampingi Kevin yang sedari tadi mencoba untuk menghiburnya. Paru-parunya seperti mati. Susah untuk mengatur nafas.

Tak lama, pandangannya bertemu dengan siluet gadis cantik yang tengah tertawa lepas bersama Mila. Rambutnya berterbangan mengikuti gerakan angin. Dengan dress pink dibalut dengan bleazer putih. Dirambutnya dihiasi bando berwarna putih senada.

Ali merasa sakit, melihat mata gadisnya masih bengkak. Mungkin karena ia menangis tersedu-sedu. Sakit sekali melihatnya tertawa tanpanya.

Mata Prilly berkontakan dengan mata Ali. Tawanya memudar, Ali malah mengumbar senyum manisnya. Sialnya, hal itu malah tak digubris Prilly. Prilly malah menarik tangan Mila cepat dan menghilang dibalik pintu kelas.

Ali tampak lesu. Ia merutuki kebodohannya.

"Gue mau bolos." ucap Ali berjalan kembali ke mobilnya, Kevin diam saja. Mungkin Ali sedang membutuhkan ketenangan.

Deru nafas begitu terdengar. Ali benci akan situasi ini, dimana keegoisannya yang selalu menimbulkan masalah.

Tangisnya tak bisa lagi ia bendung.

"Maaf Prill.."

***

Seminggu berlalu dengan cepat, Prilly benar-benar melakukan perkataannya. Ia tak menghubungi Ali atau menemuinya sekalipun. Kabar yang selalu sampai ke telinganya pun sama sekali tidak digubris.

Nafas Prilly beradu begitu hebat, merasakan gejolak aneh ayng berada didalam tubuhnya. Pikirannya tertuju pada Ali. Tiba-tiba saja ada kerinduan yang seolah-olah membuatnya ingin bertemu dengan Ali. Sakit sekali rasanya jika mengingat lelaki itu yang selalu merenung di lapangan basket sendirian pada pagi hari.

Learn To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang