Prilly menunggu hujan reda. Daddnya tadi sudah pulang. Prilly mendengus. Seharusnya ia tadi ikut daddynya saja kalau seperti ini akhirnya.
Prilly menggeleng. Sekolah sudah sepi. Terpaksa. Ia mengambil kuda kuda. Kakinya dengan cepat melangkah di bawah hujan.
Nafasnya tersenggal. Rumahnya masih sangat jauh. Tak ada angkutan umum sama sekali disini. Prilly mulai menggigil. Tangannya mendekap tubuhnya sendiri. Kepalanya mulai linglung. Ia jatuh. Tak sadarkan diri.
***
Prilly terbangun dari pingsannya. Matanya menatap sekeliling. Ia memegang pelipisnya.
"Di kamar ya? Kok bisa disini siih?" Prilly terduduk. Suara decitan pintu terdengar di telinga Prilly.
"Mommy?"
"Hey honey? Are you okey?" Mommy Prilly mengelus kepala Prilly.
"I'm Fine. Kok Prilly disini Mom?" Prilly masih bingung.
"Tadi temen kamu nganter kamu kesini. Hebat loh dia. Gendong kamu yang beratnya minta ampun" Prilly merengut.
"Mommy! Ish. Eh entar dulu, temen siapa?"
"Itu siapa siih? Lupa. Dia itu sampe bajunya basah semua tau. Jambulnya yang badai itu sampai lepek. Oiya. Bulu matanya lentik."
Tunggu. Bulu mata lentik? What!?
"Ali mom?"
"Ah iya! Ali! Omaygat! Dia ganteng banget Prill. Bulu matanya , bibirnya yaampuun!" Mommy Prilly heboh sendiri.
"Oh gitu. Bagus ya mom? Udah mulai geniit." Daddy Prilly menyentil pelan kening Mommy Prilly.
"Eh daddy. Hehehe enggak kok dad." Mommy Prilly cengengesan. Prilly menahan tawanya.
"Ciee. Yang dianter Ali. Ehem ehem." Daddy Prilly menggoda Prilly. Pipi Prilly besemu.
"Daddy! Udah aah. Kalian keluar dari kamar Prilly. Prilly mau istirahat." Prilly mendorong kedua orang tuanya itu.
"Ciieciee." Teriak Mommy dari luar. Pintu sudah dikunci Prilly. Ia menyenderkan kepalanya di pintu.
"Omaygat. Ali."
***
Mata Prilly menatap sekelilingnya. Kelasnya hari ini ribut sekali. Hari ini freeclass karna guru guru sedang rapat.
Prilly menopang dagunya. Ia melirik kebelakang. Ia melihat Ali yang tengah sibuk membaca buku Sastra Budaya Amerika.
Prilly mendengus. Ia berjalan kearah luar. Bangku di taman sekolah menjadi pilihannya. Halaman buku pertama ia buka.
Novel menjadi pilihannya hari ini. Halaman per halaman ia buka. Prilly mulai terhanyut dalam cerita novel itu.
Tangisnya membanjiri saat membaca bagian yang menurutnya sedih.
"Ampun. Kasian banget" Prilly menangis sesegukan.
Seseorang menyodorkan sapu tangan untuk Prilly. Prilly terhenyak. Sesegukannya berhenti sesaat. Ia melihat orang yang memberikan sapu tangan itu padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Learn To Love
Fiksi Penggemar"Ali. Kamu itu gak bisa senyum ya?" Pertanyaan itu selalu terdengar di telinga remaja usia 17 tahun Ini. Ali hanya menatap dingin sekelilingnya. *** Kapan ya aku bisa liat kamu senyum terus setiap hari? Senyum kamu itu indah tau. Aku bisa jadi tem...