Dira masih mengikuti langkah Reval yang menyusuri pertokoan salah satu mall ternama di kota ini. Pikirannya masih bertanya-tanya, tapi dia hanya bisa diam pasrah. Dira menunduk canggung. Entah kenapa semenjak telapak tangan Reval merangkul bahu sebelah kanannya, hatinya terus berdesir-desir. Mungkin tubuhnya menjadi sangat kaku sekarang.
Reval berbelok masuk ke sebuah toko aksesoris wanita. Bibirnya masih menyunggingkan senyuman. Bahkan pemuda itu masih santai disaat Dira menyuguhkan ekspresi heran. Mereka terhenti di bagian depan toko yang berornamen pink itu.
"Lo nggak salah, kan?" tanya Dira masih menatap Reval. "Mau ... ngapain?"
"Lo janji mau nemenin gue, kan?"
Dira mengangguk cepat.
"Sekarang, temenin gue nyari satu aksesoris di sini. Apapun itu ... kalo menurut lo bagus ambil aja. Okay?" ujar Reval yang akhirnya mampu menjawab sebagian besar pertanyaan yang muncul di kepala Dira.
Dira langsung mengerti dan mulai mengamati sekitarnya, banyak rak yang berisi banyak -little things she needs- khas toko ini. "Emang mau buat sia---" tanya Dira tapi terpaksa berhenti sebelum selesai. Dia tidak menemukan Reval di posisi semula. Pemuda itu sudah berada beberapa meter jauhnya. Dira sedikit heran melihat Reval bisa seantusias ini.
Apapun yang menurut gue bagus, kan? Oke, mungkin aja buat gue. --Dira bergumam di dalam hatinya. Tapi detik selanjutnya dia seperti tidak setuju dengan asumsinya barusan. Dia merasa aneh dengan dirinya sendiri, pemikiran macam apa itu. Mungkin Reval memiliki misi khusus untuk someone special, selain dirinya. Siapa yang tau? Tapi satu tekad kuat seperti telah tertanam di hatinya.
Buat siapapun juga, gue tetep harus nyari yang terbaik.
Seketika matanya tertarik pada salah satu bagian di sudut toko. Banyak perhiasan tangan yang dipajang di sana. Seperti biasa, kakinya melangkah tanpa sadar mengikuti rasa tertarik yang berubah menjadi rasa ingin tau lebih lanjut. Pandangnya bertumpu pada satu benda yang menarik perhatiannya.
Sudah lama Dira menginginkan benda bernama dream catcher. Dia pertama kali tertarik ketika menonton film Twilight Saga. Meskipun dia tidak percaya magis yang terkandung dalam jaring-jaring penangkap mimpi buruk itu, tapi dia benar-benar merasa benda itu unik.
Dia mengambil salah satu gelang dengan hiasan dream catcher di bagian depan. Gelang yang sederhana tapi terasa mampu melindungi siapapun pemakainya. Tanpa sadar bibir Dira melukiskan senyuman tipis saat mengamatinya.
Dia berbalik. Mencari sosok Reval yang memilih berpencar dengannya. Belum sempat pandangannya menemukan hasil, matanya kembali tertarik pada benda berkilauan yang berada beberapa meter dari tempatnya. Sebuah kalung dengan gantungan dream catcher yang terlihat elegan. Sejurus kemudian tangan Dira sudah mampu menggapai benda itu.
"Udah ketemu, Dir?" Reval tiba-tiba berdiri di sebelahnya. Tangannya bergerak menggaruk kepala bagian belakangnya. Dira tau itu bukan karena Reval merasa gatal sepenuhnya, dia hanya bingung.
Dira tidak menjawab pertanyaan Reval karena pemuda itu sudah lebih dulu melihat benda di tangannya. "Coba kasi tau gue, emangnya barang ini mau lo kasi ... siapa?" Dira bertanya balik. Dia mencari pandangan Reval yang terfokus ke arah lain. Bisa dipastikan pemuda itu sedang sibuk berpikir. "Sejak kapan lo main rahasia gini sama gue?" tuduh Dira secara langsung setelah tidak mendapat jawaban dalam beberapa saat.
"Ya ampun, Dir. Bukan, gitu...." Reval buru-buru angkat bicara. Dia tidak mau Dira tambah berprasangka dengannya.
Dira melirik Reval kesal. "Terus, siapa? Gue cuma pengen tau, Val. Tapi kalo lo emang nggak mau ngasi tau ... harusnya dari awal lo nggak usah cerita!" sentaknya sambil membuang pandangan ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Second Time
Teen FictionKata orang, cewek dan cowok itu nggak akan bisa menjalin hubungan persahabatan murni. Kenapa? Mungkin klise, sudah terlalu sering terbukti. Bukan hal aneh lagi jika ungkapan ini ternyata berlaku juga diantara Dira dan Reval. Tidak ada kisah cinta y...