-Enam belas-

4.5K 423 101
                                    

"Menurut lo gue harus gimana, coba?" tanya Dira lirih dan hampir putus asa.

Farhan mengalihkan pandangannya dari laptop dan menatap Dira bingung. "Ya, lo harus cari pacar dalam waktu dekat lah," sahutnya enteng lalu kembali menatap layar laptop melanjutkan tugas kelompok mandiri mereka. "Lo nggak boleh nyerah gitu aja, Dir."

Ini semua tentang perjodohan Dira yang terasa semakin mendesak. Dia merasa sangat bimbang dan berharap Farhan bisa membantunya. Barangkali idenya yang sering muncul tidak terduga bisa membantu, tapi nyatanya sepupunya itu juga masih sibuk memikirkan solusi untuk pekerjaan di organisasi yang masih menumpuk. Apalagi sekarang masih jam pelajaran --meskipun tanpa guru, tapi konsentrasi mereka jadi terpecah untuk menjawab soal-soal tugas mandiri

Lisa menatap Dira prihatin. Dia seperti bisa ikut merasakan bagaimana perasaan sahabatnya itu. "Emang lo nggak mau dijodohin kenapa, sih, Dir? Dia jelek atau kampungan kaya cerita di film FTV gitu?" tanya Lisa penasaran sambil memasang tampang polosnya.

Dira menghela napasnya lalu mengusap wajahnya frustasi. Dia benar-benar tidak mempunyai ide berlian kali ini. Dan pertanyaan Lisa semakin membuatnya gemas dan hampir kehilangan kontrol diri. Dira masih tidak ingin mengungkapkan identitas calon jodohnya kepada Lisa untuk sekarang.

Andai lo tau kalo orang yang mau dijodohin sama gue itu Ryan, pacar lo, Lis. Mungkin lo nggak akan kepikiran sama cerita klise di film FTV. --Batin Dira berteriak tidak habis pikir tapi nyatanya Dira tidak mungkin mengeluarkan semua kata-kata itu.

"Ya, gue nggak mau aja dijodohin walaupun dia nggak jelek juga, sih...," kata Dira hati-hati sambil masih berpikir. "Dan ini tuh, nggak kaya film FTV yang sering lo tonton, Lisaaa!" ujarnya geregetan sehingga mengundang gelak tawa dari Farhan yang menikmati ekspresi kesal Dira.

Lisa nyengir, menampilkan deretan giginya sambil mengacungkan jarinya berbentuk huruf V. Gadis itu menyadari, Dira tidak satu selera dengannya dalam menonton film FTV. Dira menarik napas perlahan dan ikut terkekeh sejenak sebelum kembali menangkupkan wajahnya ke meja.

"Gue bingung, pertemuan keluarga itu udah diundur ... tapi gue masih belum juga nemu orang yang mau nemenin gue," gumam Dira lirih tanpa mengangkat kepalanya.

Lisa dan Farhan yang berusaha sibuk mengerjakan tugas kelompok mandiri dadakan mereka saling berpandangan. Mereka tidak tau bagaimana caranya menghibur Dira jika sedang dalam posisi seperti ini. Dira hanya butuh ide cemerlang, maka dia akan kembali bersemangat seperti biasanya.

"Ah gini, Dir! Gue pinjemin Ryan, deh. Gimana kalo lo pergi ke acara itu sama Ryan aja?" ujar Lisa tiba-tiba sumringah seolah-olah sedang memaparkan ide terbaiknya.

Sontak Dira langsung mendongak dan menatap Lisa tidak percaya.

Nggak mungkin. Itu konyol. Gila.

"Nah!" Farhan ikut menimpal. "Ide bagus, yang penting lo bawa seseorang ke acara itu, nggak peduli pacar lo beneran apa bukan, ya, kan?" lanjut Farhan yang justru membuat suasana semakin rumit di dalam kepala Dira.

"NGGAK MUNGKIN!" tukas Dira setengah berteriak sambil menggebrak meja. Sontak itu membuat Lisa dan Farhan terkejut lalu mengernyit heran. "Ya ampun, itu gila. Nggak ... gue nggak mau," kata Dira terlihat panik dan bersikeras menolak.

Lisa masih belum menyerah meyakinkan Dira. "Nggak papa, Dir. Gue nggak keberatan, kok, kalo lo mau minjem Ryan buat acara itu," ujar Lisa masih santai.

Dira menarik napasnya. Dia berusaha menahan semua umpatan yang terkandung dalam otaknya sekarang. Ini tidak sesederhana itu. Oh, andai Lisa tau jika Dira mengajak Ryan ke acara keluarga itu sama saja dengan bunuh diri. Justru perjodohannya akan semakin mulus diperkuat, bukan sebaliknya.

[✓] Second TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang