"Dira?"
Suara lembut yang sangat dikenali Dira perlahan masuk ke telinganya dan membuat gadis itu kembali ke dunia nyata. Perlahan Dira membuka matanya, mengerjap beberapa kali sampai kemudian dia menyadari ada keajaiban yang terjadi pada dirinya.
Gadis itu menatap langit-langit ruangan ini yang sudah tidak asing lagi untuknya. Dia berada di dalam kamarnya sendiri. Dira kemudian menarik nafas perlahan lalu menoleh ke arah Avi yang menampilkan raut cemas di samping Dira. "Kamu udah sadar, sayang?" tanyanya lagi.
Gadis itu tidak langsung menjawab. Dia mengamati tubuhnya sejenak lalu meraba dahinya, ada sesuatu aneh yang tertempel lekat di sana. Tapi dia cukup lega setelah mengamati anggota tubuhnya masih lengkap.
Oh, syukurlah! Gue nggak jadi di makan sama anjing.
"Memangnya aku kenapa, Mam?" tanya Dira pelan mengingat kejadian tadi malam berjalan begitu cepat. Dira bangkit dari posisi berbaring menjadi duduk dibantu Avi.
Avi masih mengamati Dira dengan tatapan khawatir tapi masih berusaha berbicara lembut. "Tadi malam kamu pulang udah nggak sadarkan diri, sayang. Mama khawatir. Kamu masih merasa ada yang sakit?"
Dira menggeleng karena memang dia merasa baik-baik saja selain kepalanya yang masih sedikit pusing. "Aku udah nggak papa, Mam. Maaf, ya ... Dira nggak bermaksud bikin Mama khawatir," sahut Dira sambil menunduk merasa bersalah.
Avi tersenyum lembut lalu menarik Dira dalam pelukan hangatnya. "Nggak papa, sayang. Yang penting sekarang kamu udah baik-baik aja, kan?"
Dira mengangguk seiring ada rasa lega yang menjalar di dalam hatinya. "Oh iya, tadi malam siapa yang nganter aku pulang, Mam?" tanya Dira penasaran membuat alisnya hampir tertaut.
"Farhan. Kamu memang pergi sama dia, kan?"
Kok bisa?
Dira merasa ada kejanggalan yang terjadi. Gadis itu kemudian terdiam seiring otaknya mencerna keanehan ini. Padahal semalam jelas-jelas sepupunya itu sudah pulang duluan.
Avi menangkap suatu keheranan pada ekspresi Dira tapi belum sempat dirinya menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya. Avi dan Dira saling berpandangan dalam sejenak.
"Sebentar, Mama buka pintu dulu, ya...," kata Avi langsung beranjak keluar kamar Dira setelah menerima anggukan pelan dari putrinya.
Setelah beberapa saat, Avi tidak kembali ke kamar Dira. Gadis itu sedikit terkejut ketika seorang pemuda datang dan membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Dia yang masih mengenakan seragam sekolah terlihat lelah dan langsung masuk tanpa permisi.
"Gimana keadaan lo?" tanyanya datar sambil mendekati Dira dan duduk di sofa kamar Dira.
Dira yang masih dalam posisi duduk di ranjang mengabaikan pertanyaannya. "Semalem yang bawa gue pulang itu lo, Han?" Dira balik bertanya. "Kok bisa, sih?"
Farhan meletakkan tasnya sembarang lalu menyender santai. "Awalnya yang nemuin lo itu bukan gue."
"Terus siapa?"
Farhan menatap fokus ke arah Dira. "Alva. Dia yang ngabarin gue katanya lo kecelakaan," Farhan menjeda kalimatnya. "Pas gue dateng lo udah diobatin sama dia, akhirnya gue yang nganter lo balik," jelasnya.
Dira hanya bergeming sambil memutar kembali memori otaknya semalam. Dia tidak ingat apapun setelah berusaha melarikan diri dari anjing yang hendak menerkamnya. Walaupun lukanya tidak terlalu parah, tapi dia bisa tidak sadarkan diri cukup lama. Bahkan hari ini, Dira terpaksa absen masuk sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Second Time
Teen FictionKata orang, cewek dan cowok itu nggak akan bisa menjalin hubungan persahabatan murni. Kenapa? Mungkin klise, sudah terlalu sering terbukti. Bukan hal aneh lagi jika ungkapan ini ternyata berlaku juga diantara Dira dan Reval. Tidak ada kisah cinta y...