-Delapan-

4.3K 456 94
                                    

Air yang berasal dari langit tampak mengguyur rata seluruh kota. Tanpa sadar mega mendung sudah bernaung di atas sana menutupi sinar matahari. Padahal beberapa menit yang lalu kondisinya masih normal. Ternyata cuaca terlalu labil sehingga bisa cepat berubah.

Farhan langsung berbelok dan menuju tempat sesuai petunjuk Lisa. Kafe Manhattan terlihat ramai meskipun hujan lebat mengguyur. Setelah sampai, Farhan sengaja turun duluan untuk mengambil payung di bagasi belakang, sedangkan Dira masih menunggu di dalam mobil.

Tanpa sengaja Dira menemukan sesuatu yang tidak asing melalui pandangannya. Tepat di depan mobil ini --sekitar 5 meter jaraknya, dia melihat sebuah mobil yang sangat dikenalnya. Bahkan dia semakin yakin setelah melihat plat nomor dan bekas cakaran kucing di pojok kiri belakang mobil itu.

Reval?

Beberapa saat kemudian, Dira baru sadar pintu sebelah kiri depan mobil itu masih terbuka dengan tangan gadis yang memakai gelang menjulur bersiap menutup pintu. Sayangnya Dira tidak bisa melihat siapa gadis itu, hanya tangan kirinya yang nampak jelas. Detik selanjutnya mobil itu sudah tertutup rapat dan melaju menembus hujan.

Dira yakin gelang itu, gelang yang dipilihnya tadi malam. Dia tau desainnya tidak pasaran. Dan hebatnya gadis itu memakainya. Siapa dia?

Lamunannya terpecah saat mendengar Farhan mengetuk kaca jendela. Dia sudah bersiap dengan payung berwarna merah yang cukup besar untuk menangkis hujan. Sejurus kemudian Dira langsung turun dan ikut berlindung di payung yang sama.

"Tadi ada Reval, Han. Lo liat nggak?" tanya Dira di tengah deru hujan yang meredam suaranya.

Farhan menatapnya bingung. "Mana Reval?" katanya balik bertanya lalu mengedarkan pandangan sekilas.

"Pas kita dateng, dia udah pergi tadi," jelas Dira yang hanya ditanggapi dengan huruf O dari mulut Farhan.

Mereka sampai di depan kafe. Banyak juga orang yang sedang berteduh di sini. Farhan melipat payungnya lalu meletakkannya di tempat payung yang tersedia. Mereka menduga Lisa pasti belum sampai di sini.

Dira segera memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela dan Farhan memesan makanan. Dugaan mereka benar, gadis itu pasti masih terjebak di jalan. Sambil menunggu Lisa, Farhan bersiap melanjutkan game-nya yang sempat terputus tadi dengan memanfaatkan wifi kafe ini.

Dira disibukkan dengan memikirkan hal yang ditangkap langsung oleh matanya beberapa saat yang lalu. Otaknya dipenuhi pemikiran yang rumit. Tapi hanya ada satu pertanyaan yang paling mengakar kuat, siapa cewek beruntung yang dipilih Reval itu?

"Eh, iya, Dir. Gimana kelanjutan perjodohan lo?" tanya Farhan membuat Dira tersadar dari lamunannya. Gadis itu menatap sepupu di depannya, yang ternyata tidak mengalihkan pandangan dari layar ponsel.

Dira menghela napas berat. "Nggak bakal dibatalin."

Kini Farhan meliriknya sekilas. "Lo terima gitu aja?" tanyanya lagi dengan heran. "Emang udah nyoba idenya Nindya?"

Dira mengusap wajahnya lalu memangku dagunya dengan tangan kanan. "Itu dia masalahnya, Han," ujarnya pelan tapi masih terdengar jelas. "Gue nggak tau akan bawa siapa nanti ... pas acara keluarga itu," lanjutnya semakin lirih.

Makanan yang datang menyela pembicaraan mereka. Setelah pelayan itu pergi, akhirnya seseorang yang ditunggu-tunggu menampakkan batang hidungnya. Lisa langsung duduk di bangku sebelah Farhan yang kosong dengan nafas sedikit tersengal-sengal.

"Sorry, nunggu lama...," ujar Lisa memulai babak pembicaraan baru.

"Lo dari mana, sih?" tanya Farhan yang masih heran melihat Lisa.

[✓] Second TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang