Enam bulan sudah berlalu sejak momen tidak terlupakan malam itu. Kurang lebih seminggu kemudian, Dira dan Alva melangsungkan pernikahan yang sangat meriah dan berkesan. Semuanya memang telah disiapkan dengan sangat baik oleh Alva, sehingga Dira --bahkan sampai detik ini, hanya bisa merasa tidak percaya dengan semua kejutan yang menimpanya bertubi-tubi.
Dira menduduki kursi ayun yang menggantung di balkon kamar tidurnya, menyambut angin sore yang menyejukkan. Dia terus tersenyum menatap album foto di pangkuannya. "Alva emang kaya pangeran banget, untung jodohnya sama gue!" gumamnya bangga.
Album itu berisi banyak momen yang berhasil dijepret bahkan sejak mereka masih memakai seragam putih abu-abu. Meskipun Dira sedikit kecewa karna saat acara penting semacam graduation SMA dan wisuda, Alva justru tidak hadir bersamanya tapi Dira tetap merasa terkesan kepada pria tercintanya itu.
Setidaknya masih ada beberapa foto hasil selfie alay mereka berdua di masa lalu yang cukup ampuh mengobati kerinduan mengenang masa itu. Album itu ditata sesuai urutan waktu sehingga membuat gadis itu bernostalgia lagi. Dira tidak menyangka Alva masih menyimpan ini semua.
Senyumnya semakin mengembang ketika pandangan Dira memindai suatu halaman yang berisi banyak foto saat dirinya dilamar Alva di rooftop. Ternyata Alva telah menyewa seorang photographer profesional untuk membidik momen langka itu. Pikiran Dira kembali menerawang, merasa beruntung karena segala keputusannya berbuah manis juga pada akhirnya.
Peristiwa itu rupanya menginspirasi orang-orang terdekat mereka. Sebulan kemudian, Lisa dan Ryan juga menggelar pernikahan. Bahkan sekarang diketahui, Lisa telah mengandung dan otomatis keduanya akan segera menjadi orang tua. Dira dan Lisa justru lebih sering bertemu setelah menikah, waktu mereka sangat senggang karena keduanya sama-sama menangguhkan pekerjaan dan karir demi menjalankan tugas menjadi istri seutuhnya. Istri yang makmur dan bahagia, lebih tepatnya.
Bulan selanjutnya, Reval ikut menyusul. Pemuda itu juga telah meresmikan hubungannya dengan Nadhira dan menggelar resepsi di Singapura dan Indonesia. Sekarang keduanya lebih sering tinggal di Singapura, tapi meskipun begitu hubungannya dengan Dira dan Alva tetap terjaga, tidak pernah terputus.
Setelahnya, tepat sebulan yang lalu. Farhan dan Rani juga akhirnya resmi bertunangan. Mereka belum melangsungkan pernikahan dengan alasan Rani yang masih sibuk kuliah semester akhir. Keduanya masih menetap di kota yang berbeda dengan Dira, tapi meskipun begitu mereka tetap sering berkunjung ke rumah Dira dan Alva jika ada waktu luang.
"Nah, kamu di sini ternyata," Alva tiba-tiba muncul dan membuat Dira yang sedang melamun sedikit terperanjat. Pemuda itu langsung mengambil tempat di sebelah Dira.
Dira menoleh mengamati Alva. Rambut pemuda itu masih basah dan berantakan, tapi hal itu justru membuat wajahnya seolah semakin bersinar cerah di mata Dira. Gadis itu baru ingat jika suaminya memang baru selesai mandi.
"Kamu belum sisiran, ya, Al?
Alva nyengir polos lalu menggeleng. "Sisirnya dimana, sih? Tadi aku liat nggak ada."
Alis Dira terangkat. "Nggak ada?" Dia meletakkan album foto yang sedang berada di pangkuannya itu ke meja kecil sebelah kursi ayunan dan kemudian rasa heran menuntunnya beranjak ke dalam.
"Coba cariin deh, sayang!"
"Ini apa?" pekik Dira dari dalam kamar. Alva hanya terkekeh pelan. Sejurus kemudian Dira mengacungkan benda yang sebelumnya dianggap tidak ada oleh Alva. "Bilang aja, sebenernya kamu minta disisirin, kan?"
Alva memasang senyum termanisnya ke arah Dira yang telah berdiri di sampingnya. "Nah, itu udah tau."
"Dasar manja!" gerutu Dira, tapi diam-diam gadis itu tetap melengkungkan senyuman. Tangannya kemudian bergerak meraih kepala Alva dan menyisir rambut pendeknya sampai rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Second Time
Teen FictionKata orang, cewek dan cowok itu nggak akan bisa menjalin hubungan persahabatan murni. Kenapa? Mungkin klise, sudah terlalu sering terbukti. Bukan hal aneh lagi jika ungkapan ini ternyata berlaku juga diantara Dira dan Reval. Tidak ada kisah cinta y...