Alva berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih ramai. Matanya aktif menyisir identitas ruangan yang tergantung di atas pintu, demi menemukan ruangan kelas XI IPS 2 sesuai petunjuk yang tertera dari pesan singkat di ponselnya.
Setelah menemukan ruangan itu, dia langsung masuk tanpa ragu meskipun pintunya tertutup rapat. Hawa dingin dari pendingin ruangan langsung menyemburnya ketika berada di dalam ruangan ini.
"Hoi, Al!" sapa salah satu pemuda yang pertama kali memergokinya memasuki ruangan. Mendengar sapaannya, lima pemuda lain yang sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing langsung ikut menoleh ke arah Alva.
Alva melambaikan tangannya dan tersenyum sebagai balasan. Dia berkeliling, ber-high five ria dengan enam orang yang telah menunggunya itu sambil berusaha menebar keramahan. Alva langsung mengambil salah satu bangku dan duduk dengan santai. "Gue ikut bangga liat penampilan kalian walaupun tanpa gue," katanya memulai pembicaraan.
"Lo apa kabar, bro?" tanya pemuda berwajah Arab disela-sela aktivitasnya menyantap makanan camilan yang telah disediakan panitia Pentas Seni Gardatama.
Alva menoleh dan menjawab pertanyaan dari Reza, "Gue baik-baik aja, Za. Lo semua gimana?"
"Ya ginilah, biasa-biasa aja, Al," celetuk seseorang pemuda lain dengan santai, mewakili semuanya.
Alva terkekeh pelan menyadari ekspresi datar dari salah satu temannya itu. "Lo emang belum berubah, ya, Ram."
Para anggota HighBoss semula berjumlah tujuh orang dengan Alva sebagai captain. Sekarang HighBoss hanya beranggotakan Ken, Rama, Reza, Aris, Theo dan Dito. Mereka lah yang sekarang menjelma menjadi cowok idaman di Karandha Wijaya.
HighBoss sebenarnya adalah perkumpulan, semacam genk karena anggotanya terlibat dalam lingkungan pertemanan yang sama. Untuk mengisi waktu senggang, mereka juga aktif bermain band dan langsung memiliki fans fanatik yang jumlahnya tidak sedikit.
Hal itu juga yang membuat popularitas para anggota HighBoss langsung melonjak. Tidak terkecuali Alva, sebagai vokalis tentu dia yang paling mudah dikenali orang. Tetapi segala popularitas tidak membuatnya terlena, dia justru merasa tidak menemukan ketenangannya sendiri.
"Oh, iya!" Ken tiba-tiba menyela setelah terlihat sibuk dengan ponselnya dari tadi. "Jadi lo udah menemukan dia?" tanyanya yang langsung mendapat perhatian penuh dari Alva. Alva dengan mudah sudah bisa menduga siapa orang yang dimaksud temannya itu.
"Namanya Dira," jelas Alva.
Aris berdecak sambil masih memperhatikan Alva. "Lo tau, bro? Karandha Wijaya mendadak gempar pas video lo kesebar luas," katanya santai tapi mata Alva sukses melebar mendengarnya.
Alva sedikit tersentak. "Video apaan?"
Theo yang dari tadi masih terlihat asyik sendiri dengan ponsel dan terhubung dengan earphone yang menyumpal telinganya mendadak ikut menimpal, "Ini gue lagi nonton itu, Al."
Alva mendadak panik. Berbagai asumsi negatif langsung menyerang pikirannya. Dia bangkit dan menghampiri Theo yang sedang telentang dan bersantai di pojok ruangan. Menyadari Alva ingin melihat videonya, Theo akhirnya menyodorkan ponselnya.
Perlahan kerutan di dahi Alva mengendur menyadari pikiran negatifnya tidak terbukti. Dia menghela napas lega, pemikiran buruk dan kepanikannya barusan memang sedikit berlebihan.
"Oh ini...," responnya dengan mata yang masih mengarah ke video yang berisi momen saat dirinya meminta Dira menjadi pacarnya di lapangan tenis kemarin. "Gila, ternyata ada aja, ya, yang videoin ini, nggak nyangka gue," lanjutnya sambil masih berdecak tidak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Second Time
Ficção AdolescenteKata orang, cewek dan cowok itu nggak akan bisa menjalin hubungan persahabatan murni. Kenapa? Mungkin klise, sudah terlalu sering terbukti. Bukan hal aneh lagi jika ungkapan ini ternyata berlaku juga diantara Dira dan Reval. Tidak ada kisah cinta y...